Apa fungsi Pengetahuan dan Intelegensi bagi Manusia?

Pengetahuan merupakan cara manusia untuk ‘berada’ (eksis) dan merupakan suatu adaptasi akumulatif yang sangat terbuka dan dinamis. Dengan memiliki pengetahuan kemungkinan manusia di masa sekarang maupun di masa depan terbuka. Namun, pengetahuan manusia tidak pernah seutuhnya identik dengan dirinya sendiri, karena kebenaran dan kepastian dalam hidup dan kehidupan manusia tidak pernah selesai. Kebenaran dan kepastian yang bercorak manusiawi selalu “bernuansa” dan berperspektif.

Manusia memiliki kemampuan untuk selalu berbeda dari dirinya sendiri, melampaui dirinya sendiri, maka demikian pula halnya dengan pengetahuannya yang juga tidak pernah dapat melulu menjadi miliknya sendiri, sehingga ia tidak tahu apa yang diketahuinya. Sebagaimana keberadaan manusiaberkembang terus-menerus, berlangsung sebagai suatu pencapaian. Maka pengetahuan pun merupakan pencapaian terus-menerus,ibarat sebuah hadiah yang selalu harus dimenangkan kembali. Secara kultural pengetahuan manusia ada, tetapi kebenarannya tetap berada di bawah syarat-syarat eksistensi manusia.

Melalui pengetahuanlah manusia mempunyai hubungan dengan dunia dan orang lain, dimana benda-benda dimanifestasikan dan orang-orang dikenal, dan bahwa tiap orang menghadiri dirinya. Pengetahuan menyebabkan manusia bisa berada di posisi yang lebih tinggi, dan sekaligus mengatasi batas-batas badan itu, yang diperlukan supaya pengetahuan bisa terjadi.

INTELEGENSI MANUSIA

Terminologi Intelengensi atau Intelligere berasal dari kata intus (berarti dalam) dan legere (berarti membaca dan menangkap). Intellegere dapat diartikan sebagai “membaca “ dimensi dalam segala hal dan menangkap artinya yang dalam. Insight yaitu mengenal sebagai cirri khas dari intelegensi. Yang disebut sebagai menjadi seseorang yang inteligen sesungguhnya berarti memiliki kemampuan untuk menangkap apa yang fundamental pada jenis yang ini atau macam “ada” yang itu (mesin, makhluk hidup, binatang, manusia). Dengan kata lain, mampu menangkap apa yang esensial dari suatu gejala, melihat apa yang hakiki dalam kegiatan tersebut.

Insight bukanlah pengetahuan, yang terdiri dari apersepsi atau aprehensi tentang apa yang esensial dalam suatu realitas atau yang perlu dalam gejala. Insight bukanlah merupakan keseluruhan kegiatan intelektual, karena masih harus dibuktikan dan diverifikasikan melalui jalan penalaran atau refleksi. Penalaran juga bukan merupakan keseluruhan intelegensi, karena masi memerlukan serangkaian proses untuk menyarikan fakta (fenomena) menjadi . satu esensi atau hukum. Bila bersifat deduktif, maka ia mulai dari suatu prinsip untuk mencapai kesimpulan.

Intelegensi merupakan kemampuan yang tidak terbatas untuk memahami sesuatu. Tidak ada realitas yang secara principal tak dapat dicapainya dan bahwa tidak ada yang tidak dapat menjadi objek penyelidikannya. Namun yang kemudian menjadi pertanyaan, “Bagaimanakah kegiatan integensi manusia terjadi?” Intelegensi merupakan kemampuan yang memungkinkan manusia selalu mengerti apa yang dipahaminya. Sebagai kemampuan manusia dan beroperasi bersama-sama dengan kemampuan manusia lainnya, intelegensi memrupakan proses manusia untuk memahami sesuatu progresif, namun secara bertahap, memerlukan waktu dan mengandaikan sesuatu berdasarkan daya ingat. Intelegensi merupakan proses yang bukan hanya memerlukan aktivitas dinamisme intelektual , namun juga perlu kehendak, keyakinan, keberanian dan kesabaran. Untuk dapat mengerti dibutuhkan bantuan dan kolaborasi, perlu informasi terhadap suatu objek, bimbingan penelitian, berpikir dalam hubungan dengan orang-orang lain.

Source

Abidin, Z. (2000). Filsafat Manusia: Memahami manusia melalui filsafat. Cet. Ke 3. Bandung. Remaja Rosdakarya
Leahy, L. (2001). Siapakah Manusia? Sintesis Filosofis tentang Manusia. Yogyakarta, Kanisius