Apa yang dimaksud dengan Problem Focused Coping (PFC)?

Fungsi, Aspek dan Faktor-faktor Problem Focused Coping (PFC)

Problem-Focused Coping yang selanjutnya ditulis PFC, merupakan strategi individu dalam mengatasi atau mengurangi stresor yang dianggap mengancam atau berbahaya bagi dirinya dan untuk memperoleh kontrol terhadap situasi.

Apa Fungsi, Aspek dan Faktor-faktor Problem Focused Coping (PFC)?

Fungsi Problem Focused Coping (PFC)


Menurut Folkman (1984), fungsi utama koping ada dua yaitu menyelesaikan masalah yang dihadapi hingga tuntas sehingga menghambat munculnya masalah lain ( Problem Focused Coping (PFC) dan mengatur respon emosi terhadap situasi yang penuh stres Emotion-Focused Coping (EFC). Penelitian yang dilakukan oleh Folkman dan Lazarus (dalam Folkman, 1984) menunjukkan bahwa baik Problem Focused Coping (PFC) maupun Emotion-Focused Coping (EFC) digunakan individu untuk menghadapi setiap situasi yang penuh stres. Penggunaan Problem Focused Coping (PFC) meningkat pada situasi yang dinilai dapat diubah menjadi lebih baik. Sedangkan penggunaan Emotion Focused Coping (EFC) meningkat pada situasi yang dinilai tidak memungkinkan untuk diubah. Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa-siswa yang menilai stressor akademik sebagai situasi yang menantang dan terkontrol akan lebih menggunakan Problem Focused Coping (PFC) dan pikiran positif ( positive thinking ) dibandingkan siswa-siswa yang menilai stressor akademik sebagai situasi yang mengancam (dalam Pestonjee, 1992).

Berdasarkan beberapa penelitian pengaruh koping terhadap proses penyesuaian diri, Holahan dan Moos (1987) menyatakan beberapa kelebihan Problem Focused Coping (PFC) dibandingkan Emotion Focused Coping (EFC) , antara lain:

  • Problem Focused Coping (PFC) memiliki hubungan dengan menurunnya tingkat depresi, sedangkan Emotion-Focused Coping (EFC) berhubungan positif dengan munculnya stres psikologis.

  • Pada kalangan praktisi hukum, semakin sering mereka menggunakan Emotion-Focused Coping (EFC) untuk mengatasi masalah, semakin meningkat ketegangan fisik maupun psikisnya.

  • Usaha untuk mengatasi perasaan-perasaan tidak menyenangkan dengan jalan menarik diri secara aktual justru akan meningkatkan stres dan menguatkan munculnya problem baru di masa datang.

Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa Problem Focused Coping (PFC) pada dasarnya bertujuan untuk menyelesaikan masalah hingga tuntas dan bagaimana mengatasi situasi penuh stres dengan efektif agar dampak buruk stres terhadap kesehatan mental individu dapat dihindarkan, serta dapat menghambat munculnya masalah yang lainnya.

Aspek - Aspek Problem Focused Coping (PFC)


Tiga aspek dari koping yang berorientasi pada pemecahan masalah (Aldwin & Revenson, 1987) adalah:

  • Cautiousness (kehati-hatian) Individu merencanakan sesuatu dengan baik sebelum melakukan sesuatu hal. Dalam hal ini, individu bertindak dengan hati-hati dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah, mempertimbangkan beberapa alternatif pemecahan masalah yang mungkin dilakukan, mengevaluasi strategi-strategi yang sudah pernah dilakukan sebelumnya, dan meminta pendapat dari orang lain.

  • Instrumental action (tindakan instrumental) Usaha-usaha secara langsung yang dilakukan untuk mengatasi masalah. individu membuat perencanaan penyelesaian masalah secara logis, melakukan penyusunan rencana, dan melakukannya sesuai dengan yang telah direncanakan.

  • Negotiation (negosiasi) Usaha yang memusatkan perhatian pada penyelesaian masalah dengan pendekatan-pendekatan yang dilakukan pada orang lain atau sumber masalah untuk ikut menyelesaikan permasalahan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Problem Focused Coping (PFC)


Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi Problem Focused Coping (PFC):

  • Perbedaan individual dalam memandang situasi penuh stres ( cognitive appraisal ) Perbedaan individu dalam mengatasi stres tergantung dari cara mereka memandang situasi stres tersebut sehingga mereka akan menentukan dan memilih koping yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Suatu situasi akan dipersepsi menimbulkan stres atau tidak tergantung pada penilaian kognitif individu. Perbedaan ini muncul karena masingmasing individu memiliki kemampuan, potensi, dan berbagai pertimbangan lainnya sehingga akhirnya akan memunculkan kualitas koping tertentu yang berbeda-beda pada setiap individu (Folkman & Lazarus 1986). Individu cenderung menggunakan PFC ketika ia percaya bahwa sumber-sumber dalam dirinya mampu mengatasi masalah yang ada atau yakin bahwa situasi penuh stres dapat diubah. Sebaliknya individu yang kurang yakin bahwa ia dapat melakukan sesuatu untuk mengubah situasi stres tersebut, ia akan cenderung menghindari masalah dengan minum minuman beralkohol, mengkonsumsi obat-obatan, serta makan dan tidur secara berlebihan untuk menghindari masalah (Lazarus 1976; Gerig & Zimbardo, 2008).

  • Dukungan Sosial, dukungan sosial yang positif berhubungan dengan berkurangnya kecemasan dan depresi (Hufman et al., 2000; Hockenbury & Hockenbury, 2003).

  • Perbedaan budaya juga akan berpengaruh dalam pemilihan dan penggunaan strategi koping individu (Passer & Smith, 2007; Hockenbury & Hockenbury, 2003).

  • Jenis Kelamin; dari penelitian yang dilakukan oleh Tamres, Janicki, dan Helgeson (dalam Baron et al., 2006) menunjukkan bahwa pria dan wanita memiliki perbedaan cara dalam mengatasi stres. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa wanita menggunakan area strategi koping yang luas, baik dengan strategi problem-focused (antara lain, perencanaan dan koping secara aktif) maupun emotion-focused (antara lain, mencari dukungan sosial, perenungan kembali, dan penilaian ulang secara positif) dibandingkan dengan pria. Para peneliti tersebut menemukan bahwa wanita lebih banyak menghadapi stresor dibanding dengan pria. Hal ini berpengaruh pada penggunaan area strategi koping yang luas, termasuk pencarian dukungan sosial dalam menghadapi stres yang dilakukan oleh wanita.