Apa bahan pembuat lukisan gua pada zaman prasejarah ?

Dengan keterbatasan alat, tetapi pada zaman prasejarah telah ditemukan berbagai macam lukisan gua prasejarah di Indonesia. Apa bahan pembuat lukisan gua pada zaman prasejarah ?

Bahan Pembuat Lukisan Gua Prasejarah

Hingga saat ini memang belum ada sebuah argumen yang pasti mengenai jenis dari bahan lukisan maupun bagaimana cara aplikasinya.

Tetapi kita bisa melihat dari laporan dari para peneliti kita terdahulu baik dari laporan survei yang telah mereka lakukan, serta beberapa laporan hasil observasi dan konservasi yang telah dilakukan.

Misalnya dari penelitian yang dilakukan oleh Samidi pada tahun 1985 dan 1986 yang telah meneliti Lukisan Gua Sumpang Bita dan Lukisan Gua Pettae Kerre, meski beliau tidak secara langsung menyebutkan bahwa bahan lukisan gua prasejarah itu menggunakan hematit, Samidi nyatanya menggunakan hematit sebagai bahan warna pengganti.

Hematit adalah mineral yang memiliki beberapa warna, ada yang hitam, abu-abu keperakan (baja), ada juga yang berwarna coklat bahkan merah.

Masyarakat tradisional Toraja menggunakan hematit sebagai pewarna yang digunakan pada hiasan rumah adat mereka. Penggunaan Hematit sebagai bahan pewarna lukisan gua juga telah disinggung oleh para peneliti sebelumnya.

Temuan hematit di Gua Leang Burung pada tahun 1972 oleh I.C. Glover semakin memperkuat dugaan bahwa warna merah pada lukisan gua prasejarah itu memang menggunakan hematit.

Hematit diperoleh melalui penggalian dari lapisan tanah bersamaan dengan temuan alat serut dan batu inti. Pecahan hematit yang dketemukan adalah pecahan yang mirip batu merah yang terlihat memiliki goresan seperti telah dimanfaatkan untuk menulis.

Sementara itu pada Tahuan 1950, di Leang Pattae juga diketemukan Hematit oleh Van Hekeren beserta temuan alat baru, alat serpih, mata panah, dan juga jenis kapak genggam.

Kapak genggam Jenis Sumatera itu kuat dugaan digunakan sebagai alat untuk menghancurkan hematit karena pada beberapa bagiannya tampak warna kemerahan.

Temuan-temuan ini menunjukan bahwa hematit bukanlah bahan perwarna yang instant dan langsung siap digunakan, menggunakan hematit sebagai bahan untuk mewarnai dibutuhkan proses untuk mengubah hematit yang tadinya padat menjadi pewarna yang cair.

Dari temuan Hekeren dan Glover dapat dibuat sebuah kesimpulan sementara bahwa telah adanya sebuah usaha persiapan yang dilakukan oleh manusia pada masa lalu sebelum mereka melukis gua.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sadirin (1998) dengan mencoba membuat sebuah campuran dari bahan alami yang berasal dari tumbuh gambir,sirih, dan pinang. Hasilnya ternyata cukup baik, namun sayangnya bahan-bahan pewarna itu tidak bisa bertahan lama dan cepat memudar.

Selain mineral merah (yang diduga hematit) dan cukup banyak ditemukan di sekitar Gua, diduga juga adanya penggunaan bahan yang dapat melekatkan dengan cukup kuat pewarna di antara dinding karst.

Dugaan sementara adalah penggunaan bahan yang alami namun memiliki sifat asam yang dapat larut sementara, kemudian akan mengeras karena berinteraksi secara kimiawi. Bahan alami yang bersifat asam bisa berupa ekstrak dari tumbuhan.

Warna yang sekarang dilihat dapat mengindikasikan tua mudanya lukisan gua tersebut. Lukisan Gua yang berwarna merah memiliki penanggalan yang lebih tua dibanding dengan warna hitam.

Sedangkan lukisan yang berwarna putih merupakan warna yang termuda.Warna merah, Hitam dan putih dalam beberapa kasus dijumpai tumpang tindih.