Alam Semesta ini Terbuat dari Apa?

Atom, yang membentuk segala sesuatu yang kita lihat disekitar kita, tercatat hanya 5% dari alam semesta tapi para pakar astronomi belum bias menjelaskan 95% nya terbuat dari apa. {5% bagian dari alam semesta adalah atom WOW!} dalam 80 tahun terakhir, para astronom telah menentukan bahwa mayoritas dari alam semesta terbuat dari dua wujud yaitu Dark Matter (Materi Gelap) dan Dark Energy (Energi Gelap). Dark Matter diyakini berguna untuk mempertahankan galaksi-galaksi dan pada tempat nya, dan Dark Energy diyakini mendorong perkembangan/perluasan alam semesta. Tapi, Dark Matter dan Dark Energy tidak terlihat cahaya dan radiasi elektromagnetik, yang membuat Dark Matter dan Dark Energy tidak mungkin untuk dipelajari dan dipahami.

Skenario ketika segala sesuatu dimulai, lahirnya ruang dan waktu, saat pertama kali eksistensi itu ada. Saat itu usia alam semesta hanya 10 pangkat minus 36 detik, sesaat setelah nol. Ilmuwan menyebutnya dengan Big Bang, awal mula terciptanya alam semesta. Saat itu sebutir zat tersebut tiba-tiba membesar dengan cepatnya. Alam semesta awal berusia tak sampai sedetik ini penuh dengan cahaya panas dan bersuhu sampai seratus miliar derajat Celcius. Partikel-partikel sub-atom terbentuk, diikuti inti-inti atom. Pendinginannya secara bertahap memungkinkan alam semesta yang semula berupa awan gas berkondensasi. Bintang pertama terbentuk pada 200 juta tahun setelah Big Bang, namun Bumi lahir baru pada 4,5 miliar tahun lalu.

Dari ketiadaan menjadi suatu alam semesta yang maha luas dan terkait erat dengan berbagai hukum fisika ini sangat mencengangkan. Bahwa ternyata perubahan konstanta kosmologis sekecil apa pun akan mengakibatkan alam semesta tidak jadi terbentuk. Bahkan jika perubahan tersebut hanya sekecil satu per 10 pangkat 120 atau satu per triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun. Ini artinya telah disadari, bahwa penciptaan alam semesta amat sangat spesifik dan sungguh sangat tidak mungkin tercipta karena kebetulan. Kebetulan tidak memiliki peran sama sekali dalam teori asal-usul alam semesta.

Stephen Hawking, si atheis, dalam bukunya A Brief History Of time, pun menyadari ketepatan yang luar biasa itu pada laju pengembangan langit satu detik setelah Big Bang. Jika laju perluasannya lebih lambat dari satu per seratus ribu juta, alam semesta akan hancur sebelum pernah mencapai ukurannya yang sekarang. Geraint F. Lewis, astrofisikawan yang berkutat menciptakan alam semesta sintetis dengan superkomputer mengajak bereksperimen dengan keempat gaya fundamental yang ada di alam semesta dan dikenal dalam fisika modern sebagai gaya gravitasi, gaya elektromagnetik, gaya nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah.

Jika gaya gravitasi lebih kuat atau lemah 100 kali, maka bintang-bintang di alam semesta tidak akan bersinar, atau sebaliknya, terbakar dengan cepat karena kehabisan bahan bakar nuklir dalam sesaat. Begitu pula dengan mencoba mengutak-atik gaya nuklir lemah dan gaya nuklir kuat. Ini akan membuat unsur-unsur di alam semesta terlalu kuat untuk meluruh menjadi unsur lainnya dan tidak ada atom lain yang bisa terbentuk selain hidrogen. Atau malahan unsur-unsur tersebut jadi bercerai-berai dalam sekejap. Hal lain lagi terjadi ketika ilmuwan bermain-main dengan partikel terkecil. Hasilnya, perubahan sedikit saja dengan massa partikel quark akan menghancurkan kemungkinan adanya kehidupan yang kompleks seperti yang dikenal sekarang di muka bumi.

Jelas sekali jika semua gaya dan konstanta ini tidak mempunyai besaran tepat seperti adanya sekarang, maka tidak akan ada atom, bintang, supernova, planit, apalagi kehidupan.

Sumber: