Al-Qur'an: Sang Magician Yang Menakjubkan

Taman Surga

Aku heran bagaimana mungkin para penghafal al-Qur’an itu tidak paham dengan keadaan orang-orang yang bijak. Sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an:

“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang suka bersumpah dan suka mencaci-maki.” (QS. al-Qalam: 10)

Tukang fitnah adalah orang yang berkata: “Jangan kamu dengarkan si fulan itu, apa pun yang mereka katakan. Sebab dia akan bertindak dengan cara yang sama untuk melawan kamu.”

“Yang banyak mencela, yang ke sana ke mari menghambur fitnah. Yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa.” (QS. al-Qalam: 11-12)

Al-Qur’an sejatinya adalah sang magis yang menakjubkan dan bersemangat. Ia mengalun jelas sampai terdengar di pendengaran musuh dengan nada yang bisa menghasilkan pemahaman meski mereka tidak memahaminya, lupa dengan kelezatan yang bisa membangkitkan logikanya dan memalingkan jiwanya karena:

“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan menutup penglihatan mereka [QS. al-Baqarah: 7].

Al-Qur’an memiliki kelembutan yang menakjubkan. Ia bisa mengunci hati manusia yang mendengar namun tidak bisa memahami, yang terangsang namun tidak mengerti. Allah Maha Lembut, penguncian-Nya lembut, dan murka-Nya juga lembut. Namun kelembutan penguncian-Nya tidak seperti kelembutan pencerahan-Nya, karena yang pertama bukan termasuk dalam sifat-Nya. Jika aku hancur berantakan, itu pasti karena kelembutan penyingkapan-Nya.

Ingat, jangan kamu anggap penyakit dan maut bisa membunuhku, semua itu hanya sebuah selubung. Hakikat yang membunuhku adalah kelembutan-Nya, dan tiada yang menyerupai- Nya. Belati dan pedang yang berkilau diayunkan hanya untuk memalingkan pandangan mata-mata asing, sehingga mata duniawi itu tidak melihat hakikat pembunuhan ini.

Sumber : Jalaluddin Rumi, 2014, Fihi Ma Fihi, F Forum