Akhlakmu Adalah Cerminan Hatimu

Keterkaitan hati dan akhlak manusia

Apakah kita menyadari bagaimana kita bisa hidup dan menjalaninya? Manusia hidup karena dua hal Jasad dan Ruhnya. Ruh seseorang akan diwakilkan oleh Hati sebagai pengendali jasad. Jasad tergerak karna kehendak hati dan semau hati kita. Jasad bagaikan wayang yang dikendalikan oleh seorang Dalang memainkan sebuah kisah. Dalang diperankan oleh hati kita yang mengatur dan menggerakkan sesuka hati. Namun kemana kisah itu akan dibawa? Berakhir bahagia dengan sebuah kemenangan atau berakhir sengsara dengan sebuah kekalahan?

cermin

Akhlak secara bahasa berasal dari bahasa Arab, “Al Khulk” yang artinya adalah tabeat, kebiasaan, perangai, tingkah laku. Akhlak dapat kita artikan sebagai perilaku yang terbiasakan dan sudah tertanam dalam diri. Perilaku tidak akan serta merta muncul tanpa adanya dorongan untuk melakukannya. Siapakah yang mendorong akhlak itu muncul? Hatilah yang hanya bisa mendorongnya. Maka sungguh erat hubungan antara hati dan akhlak.

Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung) ” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:

Hadits tersebut menjelaskan kepada kita bahwa jasad yang terwujud dalam akhlak akan bergantung pada hati kita. Ketika kita memiliki hati yang baik maka jasad atau akhlak kita akan baik pula, begitupun sebaliknya ketika kita memiliki hati yang tidak baik maka jasad atau akhlak kita pun akan rusak pula. Maka kita dapat mengetahui kenapa akhlak bisa dijadikan sebagai cerminan hati.

Hati yang baik akan tercipta ketika manusia memiliki pedoman yang menuntunnya untuk berperilaku baik. Apa yang menjadi pedoman dan patokan hati kita baik atau tidaknya? Allah memberikan pedoman, petunjuk dan aturan dalam menentukan mana yang baik dan yang tidak baik, yang halal dan yang haram dalam Al Qur’an dan diberikan tauladan dan contoh langsung oleh Rasullah SAW. Bahkan dalam Al Qur’an, Allah menyebutkan bahwa Rasullah SAW diutus ke Bumi sebagai suri tauladan yang baik bagi umat manusia.

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

Arab-Latin: Laqad kāna lakum fī rasụlillāhi uswatun ḥasanatul limang kāna yarjullāha wal-yaumal-ākhira wa żakarallāha kaṡīrā

Terjemah Arti: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Referensi: Surat Al-Ahzab Ayat 21 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir | Baca di TafsirWeb

Maka jelas apa yang menjadi kriteria baik dan tidak baik untuk kita lakukan, akhlak apa saja yang perlu kita tiru. Kemudian peran hati sebagai otak yang mengontrol dan mengendalikan jasad untuk melakukan kebaikan-kebaikan tersebut yang terbiasakn hingga disebut sebagai akhlak.

Apa yang menjadi musuh hati untuk berakhlak baik?

Hati memang milik kita dan bisa kita kendalikan, namun apa yang membuat hati kita kadang tak bisa terkendali? Apa yang membuat hati kita menjadi melenceng dari pedoman dan pentunjuk dari Al Quran dan Al hadits?

Hawa nafsu menjadi musuh terbesar diri terutama hati kita, karena hawa nafsu adalah kecondongan untuk apa yang disukai sehingga keluar dari batas syari’at. Ketika hawa nafsu sudah mengusai hati mata hati akan mendorong jasad melakukan sesuai yang disukainya meskipun itu tidak baik. Maka jelaslah mengapa hawa nafsu menjadi musuh kita ketika hawa nafsu mendorong hati untuk melakukan hal yang buruk. Allah SWT sering memperingatkan manusia dalam Al Qur’an tentang jangan mengikuti hawa nafsu karna telah membawa banyak manusia dalam kesesatan.

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ

Katakanlah, “Hai Ahli Kitab! Janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” [Al-Mâidah/5: 77]

Referensi: Jangan Mengikuti Hawa Nafsu | Almanhaj

Bagaimana cara melatih dan mendidik hati agar memiliki akhlak yang baik?

  1. Memperdalam Ilmu Agama
    Ilmu adalah jendela hati yang bisa meningkatkan ketakwaan dan keiman kita kepada Allah SWT. Dengan ilmu kita bisa mengenal siapa diri kita, siapa pencipta kita, untuk apa kita diciptakan dan apa batasannya sebagai makhluk ciptaan. Dengan ilmu agama, hati akan tertuntun untuk melakukan kebaikan-kebaikan dan mencerminkan akhak yang mulia.

  2. Memperbanyak Dzikir
    Hati akan selalu terpaut dengan Allah ketika kita senantiasa selalu mengingatnya dan menyebut namanya. Hati kita akan takut untuk melakukan sesuatu di luar batas yang telah ditentukan oleh Allah. Maka dengan memperbanyak dzikir akan meluluhkan hati dan akan mendorong kita untuk berbuat baik.

  3. Ikhlas, Sabar dan Syukur
    Manusia hidup di dunia akan mendapatkan cobaan dan ujian baik itu berupa musibah ataupun nikmat. Kunci menghadapi segala ujian dan cobaan tersebut adalah ikhlas, sabar dan syukur. Ikhlas ketika merasakan kehilangan atau tidak menggapai apa yang kita inginkan. Bersabar ketika kita mendapatkan ujian berupa musibah yang menimpa kita. Bersyukur untuk apa yang telah kita dapatkan tanpa kita harus terus melihat orang lain yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan kita. Dengan ketiga perilaku tersebut akan melatih hati kita untuk tetap tenang dan tidak akan mendorong kita untuk berbuat di luar batas syari’at. Apabila telah dilatihkan maka kita akan terbiasa dan kebiasaan itu akan berubah menjadi akhlak yang baik untuk diri kita.

  4. Menyibukkan diri dengan beribadah
    Menyibukkan diri dengan beribadah adalah salah satu cara melatihkan hati untuk bisa mengontrol diri, karena dengan beribadah kita akan terus mengingat Allah dan senantiasa akan merasa terus diawasi baik tingkah laku diri ataupun hati kita yang kasat mata. Kita akan takut melakukan sesuatu yang membuat kita berdosa bahkan berniat dalam hatipun akan merasakan takut.

  5. Bergaul dengan orang-orang yang sholih ataupun sholihah
    Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu riwayat mengatakan:
    Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap .” (HR. Bukhari dan Muslim)
    Riwayat tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa dalam bergaul haruslah kita bisa memilih teman yang baik, karena teman yang baik tentunya akan membawa kita dan mengajak kita pada hal yang baik pula. Sebaliknya, jika kita memilih teman yang kurang baik tentunya akan terpercik sifat-sifat dan perilaku yang kurang baik. Namun memang tidak semuanya yang berteman dengan yang tidak baik akan terbawa tidak baik pula, kalaulah kita mampu menjaga diri bahkan bisa membawa teman tersebut untuk berperilaku baik. Ketika kita tidak mampu melakukannya maka lebih baik kita hindari dan pilihlah teman yang baik akhlaknya agar kita sama-sama terbiasa berakhlak baik.

Begitulah akhlak bisa sebagai cermin dari hati kita, namun tidak semua cermin dapat memantulkan bayangan. Tapi cermin tidak akan pernah membohongi dan menutupi apa yang dia cerminkan di depannya. Semoga kita semua bisa bercermin diri dan senantiasa bisa memperbaiki diri mulai dari hati kita, dan bisa menjaga hati kita untuk tetap taat pada perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.