Adam Diciptakan Menurut Hukum-Nya

Taman Surga

“Adam diciptakan menurut citra-Nya.”

Seluruh manusia menginginkan penampakan. Misalnya ada banyak perempuan bercadar yang menggiring wajah mereka agar dapat meraih tujuannya (menampakkan diri), sebagaimana kamu mencoba pisau cukur. Seorang pecinta berkata pada kekasihnya: “Aku tidak tidur dan tidak makan hingga diriku jadi begini dan begini karenamu.” Makna ucapan ini adalah: “Sesungguhnya dirimu mencari penampakan. Aku adalah penampakan itu yang kamu anggap sebagai kekasihmu.” Demikian pula para cendekiawan dan inovator yang juga menginginkan penampakan. “Aku adalah harta yang terpendam, dan Aku ingin dikenal.”

Adam diciptakan menurut citra-Nya,” maksudnya: mengikuti bentuk hukum-hukum Allah. Hukum-hukum Allah tampak pada semua makhluk ciptaan-Nya, karena mereka semua adalah bayangan Allah, dan bayangan akan kekal mengikuti kekekalan pemilik bayangan. Jika kamu merentangkan kelima jari, maka bayangannya juga akan tampak terentang. Ketika manusia rukuk, bayangannya akan ikut rukuk. Ketika ia melakukan gerakan iktidal, maka bayangannya pun akan mengikutinya; ini semua dikarenakan semua makhluk mencari satu tuntutan dan satu kekasih. Mereka semua berhasrat untuk menjadi para pecinta Allah, yang merendahkan diri kepada-Nya, yang memusuhi musuh-musuh-Nya, dan yang menyayangi para kekasih-Nya. Semua ini adalah hukum-hukum Allah dan sifat-sifat-Nya yang tampak dalam bayangan.

Pada akhirnya, bayangan kita ini tidak mengetahui siapa kita sesungguhnya, tetapi kita mengetahuinya. Hanya saja pengetahuan kita, jika dibandingkan dengan ilmu Allah, bukanlah sebuah pengetahuan. Bukan jaminan setiap apa yang ada pada seseorang akan tampak dalam bayangannya. Terkadang sebagian saja yang tampak. Demikian juga dengan sifat-sifat Allah yang tidak semuanya tampak dalam bayangan kita, melainkan hanya sebagian saja. Allah telah berfirman:

“Dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan hanya sedikit.” (QS. al-Isra’: 85)

Sumber : Jalaluddin Rumi, 2014, Fihi Ma Fihi, F Forum