UBER
Anda pasti tidak asing dengan startup yang satu ini , ya startup yang bergerak di bidang transportasi asal San Francisco, California ini yang menciptakan aplikasi layanan antar jemput yang menggunakan mobil/motor layaknya taksi/gojek dengan penjemputan dan pengantaran sesuai pemesanan.
Tapi apakah anda tahu kalau uber tidak sukses beroperasi di beberapa negara ?
Dibulan mei 2015 ,pemerintah korea selatan melarang supir mobil pribadi untuk beroperasi layaknya taxi, dan mengemukakan kekhawatiran akan Uber yang tidak memeriksa supir secara menyeluruh, gagal mendapatkan asuransi yang layak, dan memiliki nomor handphone dan kartu kredit yang bocor.
Yang akhirnya membuat CEO Uber Travis Kalanick urung masuk ke negara ini untuk bernegoisasi karena dia sendiri sudah dua kali didakwa oleh kepolisian Seoul atas tuduhan melakukan bisnis ilegal. Kepala Uber Korea berusia 32 tahun tersebut ditahan oleh polisi beserta 27 orang lainnya di bulan Maret lalu. Kejadian tersebut nyaris tidak terduga karena terjadi hampir setahun setelah pihak berwenang di Seoul menyatakan niatnya untuk menggusur layanan web yang melibatkan mobil pribadi, dan menggantinya dengan aplikasi dari mereka sendiri.
Uber tidak bisa mengimbangi ketika harus bersaing di pasar yang paling penting di luar Amerika Serikat: China. Perusahaan ini mendapat masalah di tengah malam di tanggal 30 April ketika polisi merazia kantor Uber di kota Guangzhou di bagian selatan China. Seorang fotografer dari Guangzhou Daily ikut bersama kepolisian dalam aksi penjarahan tersebut.
Perusahaan ini dituduh menjalankan layanan transportasi ilegal di kota tersebut dengan menjalankan UberBlack, UberX, dan UberXL. Kantor Uber di Chengdu, provinsi Sichuan, juga dirazia oleh polisi beberapa hari setelahnya.Meski begitu, sejauh ini, Uber belum menerima tuntutan apapun.
Razia di China tersebut kemudian diikuti oleh protes menentang Uber yang cukup besar dan kadang anarkis awal bulan ini. Protes ini dipimpin oleh supir taxi resmi di beberapa kota. Namun yang menjadi incaran bukan hanya Uber — mereka juga menyerang aplikasi taxi lokal China, Didi Dache dan Kuaidi Dache.
Protes yang cukup keras dan besar di Guangzhou pada pertengahan bulan Juni membuat Uber harus mengirimkan pesan ke semua supirnya untuk menahan diri dan tidak reaktif. Di negara lain, Uber menyampaikan kepada para supirnya untuk berusaha melakukan protes untuk mengubah hukum yang ada. Tapi di China, Uber lebih memilih untuk tidak melawan — mungkin karena hukum di China yang cukup ketat untuk urusan kenyamanan warga, yang membuat kegiatan seperti protes dilarang.
Uber awalnya berjalan dengan segala kemudahan di India. Mereka hanya mendapat saingan dari operator sejenis, yaitu OLA. Bahkan berbeda dengan OLA, yang begitu cepat menguasai pasar hingga mencapai 100 wilayah cakupan, Uber hanya mampu menguasai 16 wilayah di India. Permasalahan Uber pertama kali muncul saat ada laporan terjadi pemerkosaan yang dilakukan oleh sopir taksi Uber. Sejak itu pemerintah membuat aturan, Uber harus mendapatkan lisensi radio-taksi dengan memenuhi kondisi seperti memiliki taksi sendiri, menyediakan slot parkir yang ditunjuk dan sebagainya. Namun saat Uber mengajukan lisensi, pemerintah menolaknya. Hingga saat ini, Uber masih beroperasi secara kucing-kucingan di Delhi. Sedangkan OLA semakin berkuasa.
Di negara ini, bisnis Uber tersendat. Meski beroperasi sejak tahun 2013, namun perusahaan ini mengalami kesulitan yang luar biasa untuk membuat terobosan ke pasar Jepang. Tokyo memiliki ketersediaan lebih dari 50.000 taksi, empat kali lebih banyak dari New York. Tahun ini, perusahaan taksi terbesar di negara itu, Nihon Kotsu, memukul kembali di Uber dengan meluncurkan kemitraan dengan perusahaan lokal. Layanan ride-Hailing baru, yang disebut Jalur Taxi, merupakan perluasan dari Nihon Kotsu aplikasi yang sudah ada.
Januari 2014, Tokyo Rental Taxi Association juga memperkenalkan layanan aplikasi mobile yang memungkinkan pengguna untuk terhubung dengan sekitar 6.500 taksi di daerah pusat Tokyo. Layanan e-commerce raksasa Jepang, Rakuten, juga memasuki industri dengan membeli saham 11,9 persen di Lyft. Tahun 2014, Kementerian Transportasi Jepang memerintahkan Uber untuk menghentikan proyek percontohan di kota Fukuoka karena melanggar undang-undang melarang layanan taksi tanpa izin.
Uber beroperasi di empat kota besar di Brasil sejak tahun lalu, yaitu di Sao Paulo, Rio de Janeiro, Belo Horizonte, dan Brasilia. Penggunaan Uber terus meningkat sepanjang 2015. Bagi konsumen, Uber menjadi preferensi bagi mereka yang menghargai keselamatan, keragaman pilihan pembayaran, dan berbagai promosi.
Sopir taksi di Brasil yang tak terima lalu mengorganisasi diri. Mereka memprotes layanan Uber karena tak membayar pajak, seperti yang mereka lakukan. Dalam beberapa kasus, protes tersebut berujung kekerasan pada sopir taksi Uber. Akhir Juli 2015, terjadi demo besar menentang Uber. Pemerintah kota menanggapi protes dengan berbeda. Di Sao Paulo dan Brasilia,anggota DPRD setuju untuk melarang Uber. Tapi Gubernur Brasilia malah memveto larangan tersebut.
Di negara ini, perusahaan taksi utama di negara tersebut, G7, sudah mengadopsi Uber. Sejak tahun 2012, mereka mengembangkan aplikasi, meminta pengemudi mengenakan jas, dan menetapkan tarif yang sama untuk perjalanan ke bandara. Pemerintah mencoba memblokir layanan Uber. Mereka menerapkan standar ganda. Mengijinkan UberX,yang telah memiliki izin, namun menolak UberPop, layanan murah yang mempekerjakan supir yang tak memiliki lisensi komersial.
Pihak Uber menentang standar ganda pemerintah. Akibatnya, terjadi aksi penentangan besar-besaran dari sopir taksi dan pemerintah. Situasi memuncak pada akhir Juni tahun lalu, saat terjadi demo besar-besaran dan bentrokan antara sopir taksi konvensional dan Uber. Pemerintah Prancis juga tangkap dua Eksekutif Uber dan akan segera mengadili mereka dengan dakwaan melakukan “layanan taksi gelap.” Sementara itu, layanan taksi UberPop ditangguhkan.
Uber cenderung kesulitan menaklukkan pasar Jerman. Awal tahun ini, pengadilan daerah berpendapat UberPop telah melanggar hukum Jerman karena pengemudi yang tidak memiliki lisensi untuk transportasi. Pengadilan melarang Uber menjalankan layanan dengan pengemudi tanpa izin dan menetapkan denda untuk setiap pelanggaran peraturan transportasi lokal. Sopir taksi setempat juga melakukan protes. Namun pengelola Uber mengkritik pengadilan Jerman, dan membawa kasus ini ke Komisi Eropa. Saat ini, keluhan pengemudi sedang diselidiki oleh Komisi Eropa.
Sumber :
Viva
techinasia.com