Wasiat Prabu Siliwangi

Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi, putra Prabu Dewa Niskala putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana lahir 1401 M di Kawali Ciamis, mengawali pemerintahan zaman Pakuan Pajajaran Pasundan, yang memerintah Kerajaan Sunda Galuh selama 39 tahun (1482-1521). Pada masa inilah Pakuan Pajajaran di Bogor mencapai puncak perkembangannya. Prabu Siliwangi berpesan kepada warga Padjajaran yang ikut mundur. “Perjalanan kita sampai di sini dan sampai hari ini.

Tidak hijrah ke tempat lain dan tidak di hari lain. Aku tahu anda semua setia dan tulus mendampingiku. Tapi aku tidak mau membawa kalian masuk dalam masalah yang aku hadapi. Jika anda terlibat dan masuk dalam masalah ini, hidup kalian hanya akan terbawa susah dalam bentuk kemiskinan dan kelaparan. Anda pilih hidup yang mendorong masa depan. Agar besok, lusa dan seterusnya, anda akan hidup senang karena anda kaya raya dan dapat mendirikan kerajaan Padjajaran lagi, meski bukan padjajaran yang saat ini ada.

Tetapi Padjajaran baru yang berdiri karena perjalanan waktu. Aku …. Tidak pantas menjadi raja yang dapat mendorong rakyatnya justru menjadi miskin dan lapar. Apa sebenarnya inti dari wangsit atau wasiat tersebut?

menurut saya, Jika kalimat ini benar berasal dari Eyang, maka, ia adalah pemimpin sejati. Pemimpin yang hanya bercita-cita memakmurkan rakyatnya. Ia ridak berkuasa untuk sebaliknya. Kekuasaan digunakan untuk memakmurkan dirinya sendiri. Ini juga satu monument penting, betapa prinsip-prinsip ketawadluan masyarakat Padjajaran bersikap teposelira. Ia akan mengukur kapasitas dirinya atas kepantasan objek yang dia kuasai. dan wasiat lain dari Prabu Siliwangi yaitu, Dengan pelan Eyang Prabu Siliwangi mengatakan: Yang ingin tetap ikut denganku harap segera memisahkan diri ke arah Selatan.

Yang ingin kembali lagi ke kota yang ditinggalkan, cepat memisahkan diri ke utara. Mereka yang datang ke arah ini, tidak akan pernah mendatangi kota. Kalian hanya akan bertemu dengan padang yang perlu diolah. Keturunan kalian, kebanyakan akan menjadi rakyat biasa. Adapun yang menjadi penguasa tetap tidak mempunyai kekuasaan. Suatu hari nanti akan kedatangan tamu, banyak tamu dari jauh, tapi tamu yang menyusahkan. Waspadalah!