Kondisi media di Indonesia sat ini sangat memprihatinkan. Tujuan utama media di Indonesia lebih ke faktor bisnis (finansial) ketimbang memberitakan berita yang baik dan benar. Benar dalam arti informasi yang disampaikan sudah tervalidasi kebenarannya, baik dalam arti mendidik pembacanya dengan memberi pengatahuan-pengetahuan baru dan membuat masyarkat menjadi lebih kritis dan cerdas.
Media yang populer di Indonesia berbanding terbalik dengan kualitas pemberitaannya. Banyak media yang hanya fokus pada Headline berita, tetapi isinya ngga jelas sama sekali. Itupun harus klik berkali-kali untuk membaca keseluruhan berita yang ada. Itupun sampai akhir tidak ada analisis detail terkait dengan Headlinenya. Kesannya cukup dengan membaca headline, kita sudah mendapatkan informasi terkait berita secara keseluruhan. Akhirnya yang terjadi, sering terjadi perdebatan di masyarakat terkait Headline dari sumber berita tersebut.
Bahkan yang lebih parah lagi, Headline berita dipilih dengan kalimat yang bombastis (dalam artian negatif), sehingga mengundang masyarakat untuk me-klik berita tersebut. Disitulah kesan bahwa situs berita jauh lebih fokus pada sisi bisnis.
Permasalahannya, situs berita seperti itu adalah situs berita yang populer di Indonesia. Mereka memiliki traffic yang tinggi. Pemilihan situs berita secara tidak langsung mencerminkan kondisi masyarakat kita sendiri. Masyarakat kita lebih suka mendapatkan informasi sepotong (dari headline) ketimbang melakukan anlisis terhadap isi beritanya. Berita-berita seperti itu memang sangat menarik untuk dijadikan gossiping ataupun perdebatan.
Tapi bagaimana dengan fungsi pendidikannya ? Bukankah kondisi seperti ini malah menghasilkan sesuatu yang kontradiktif, yaitu pembodohan pada masyarakat ?
Seharusnya media memberi contoh kepada masyarakat terkait dengan bagaimana menyikapi suatu informasi, yaitu dengan melakukan analisis lebih dalam terkait dengan fenomena yang terjadi di masyarakat.
Begitu juga dengan media televisi. Banyak media yang menyajikan acara debat kusir, walaupun dengan judul yang menarik, tetapi tetap saja kontennya adalah debat kusir. Masyarakat dipertontonkan pertengkaran-pertengkaran bodoh yang dilakukan oleh narasumber. Melihat orang bertengkar memang menarik, tetapi di sisi lain, hal itu memberi contoh yang sangat-sangat buruk untuk masyarakat.
Bahkan terkesan media televisi “sengaja” membuat skenario seperti itu, dimana salah satunya adalah meimilih narasumber-narasumber yang memang cenderung suka debat kusir dibandingkan dengan diskusi yang membangun.
Wajah ganda media saat ini bukan hanya sekedar memilih berita baik atau buruk, tetapi lebih dari itu, apakah mereka menganggap media sebagai bisnis murni (pragmatisme) atau sebagai media yang digunakan untuk mendidik masyarakat agar menjadi lebih cerdas (idealisme).