Wajah Ganda Media Dalam Pemberitaan Masa Kini. Bagaimana pendapatmu?

5b9dbccff5ca3ddf21b2538710ee18d0
By Pinterest

Hello Youdics!

Masih ingatkan kamu dengan beberapa kasus akhir - akhir ini? Maraknya berita di berbagai media sosial dan portal online terkait beberapa kasus perselingkuhan, perceraian, dan berbagai permasalahan pelik yang dialami public figure rupanya turut memicu berbagai ujaran kebencian dari para netizen. Berbagai akun dan media berlomba-lomba menjadi pihak pertama yang menyampaikan perkembangan kasus tersebut kepada masyarakat. Semakin cepat, semakin baik. Tanpa memikirikan bagaimana kondisi personal yang diberitakan, media hanya memikirkan peningkatan reputasi di mata publik.

Namun berbeda hal nya dengan beberapa berita baik seperti event ASEAN Games yang dilaksanakan di Indonesia pada tahun 2018, banyak pihak yang menuliskan kesan baik atas penyambutan berita baik. Tentu netizen pun menanggapi dengan positif saat membaca berbagai berita dari portal berita maupun media sosial. Kembali lagi, hal ini juga bertujuan untuk menaikkan reputasi sebuah media dengan kesan yang selalu memberikan berita positif yang menyegarkan mata dan pikirkan.

Media dapat berperan ganda demi keuntungan dan tujuan yang ingin dicapai. Media dapat menjadi pelopor dan penggerak masyarakat hanya melalui berita yang dibuat dan ditampilkan kepada publik. Efek dari media yang ditampilkan selalu ada pihak yang diuntungkan dan pihak yang dirugikan. Nah, menurut youdics bagaimana kondisi media Indonesia saat ini?

3 Likes

Kondisi media di Indonesia sat ini sangat memprihatinkan. Tujuan utama media di Indonesia lebih ke faktor bisnis (finansial) ketimbang memberitakan berita yang baik dan benar. Benar dalam arti informasi yang disampaikan sudah tervalidasi kebenarannya, baik dalam arti mendidik pembacanya dengan memberi pengatahuan-pengetahuan baru dan membuat masyarkat menjadi lebih kritis dan cerdas.

Media yang populer di Indonesia berbanding terbalik dengan kualitas pemberitaannya. Banyak media yang hanya fokus pada Headline berita, tetapi isinya ngga jelas sama sekali. Itupun harus klik berkali-kali untuk membaca keseluruhan berita yang ada. Itupun sampai akhir tidak ada analisis detail terkait dengan Headlinenya. Kesannya cukup dengan membaca headline, kita sudah mendapatkan informasi terkait berita secara keseluruhan. Akhirnya yang terjadi, sering terjadi perdebatan di masyarakat terkait Headline dari sumber berita tersebut.

Bahkan yang lebih parah lagi, Headline berita dipilih dengan kalimat yang bombastis (dalam artian negatif), sehingga mengundang masyarakat untuk me-klik berita tersebut. Disitulah kesan bahwa situs berita jauh lebih fokus pada sisi bisnis.

https://miro.medium.com/max/480/1*YcaKi0NsXzlRH9Jo7QtnHw.gif

Permasalahannya, situs berita seperti itu adalah situs berita yang populer di Indonesia. Mereka memiliki traffic yang tinggi. Pemilihan situs berita secara tidak langsung mencerminkan kondisi masyarakat kita sendiri. Masyarakat kita lebih suka mendapatkan informasi sepotong (dari headline) ketimbang melakukan anlisis terhadap isi beritanya. Berita-berita seperti itu memang sangat menarik untuk dijadikan gossiping ataupun perdebatan.

Tapi bagaimana dengan fungsi pendidikannya ? Bukankah kondisi seperti ini malah menghasilkan sesuatu yang kontradiktif, yaitu pembodohan pada masyarakat ?
Seharusnya media memberi contoh kepada masyarakat terkait dengan bagaimana menyikapi suatu informasi, yaitu dengan melakukan analisis lebih dalam terkait dengan fenomena yang terjadi di masyarakat.

Begitu juga dengan media televisi. Banyak media yang menyajikan acara debat kusir, walaupun dengan judul yang menarik, tetapi tetap saja kontennya adalah debat kusir. Masyarakat dipertontonkan pertengkaran-pertengkaran bodoh yang dilakukan oleh narasumber. Melihat orang bertengkar memang menarik, tetapi di sisi lain, hal itu memberi contoh yang sangat-sangat buruk untuk masyarakat.

Bahkan terkesan media televisi “sengaja” membuat skenario seperti itu, dimana salah satunya adalah meimilih narasumber-narasumber yang memang cenderung suka debat kusir dibandingkan dengan diskusi yang membangun.

Wajah ganda media saat ini bukan hanya sekedar memilih berita baik atau buruk, tetapi lebih dari itu, apakah mereka menganggap media sebagai bisnis murni (pragmatisme) atau sebagai media yang digunakan untuk mendidik masyarakat agar menjadi lebih cerdas (idealisme).

5 Likes

Kondisi media sosial di Indonesia hari ini seiring dengan perkembangan Hak Asasi Manusia yang menyangkut kebebasan berekspresi dan berpendapat, keterbukaan informasi publik dan kebebasan pers. Kebebasan berpendapat sebagai hak dasar warga negara yang diatur dalam konstitusi mengalami perkembangan seiring variatifnya sarana untuk menyalurkannya. Sarana tersebut meliputi blog, vlog , microblogging , jejaring sosial, whatsapp (WA), dan sebagainya.

Orang bisa berkomentar dan menyuarakan aspirasi apa saja apabila memiliki akun baik dengan cara menulis, merekam suara (voices) atau pun video. Berbagai persoalan terjadi meskipun telah diatur dengan konstitusi dan Undang-Undang ITE. Pada dasarnya aturan seperti UU ITE, marwahnya digunakan untuk menciptakan ketertiban dan melindungi hak warga negara. Beberapa orang yang pernah melakukan penghinaan, fitnah dan pelecehan telah di meja hijaukan dan mendapat sanksi. Oleh karena itu penggunaan media sosial harus bijaksana dan memperhatikan aturan.

Apabila pemanfaatan media massa untuk kampanye hitam, penyebaran fitnah, perdagangan ilegal, trafficking , dan kegiatan kriminalitas lainnya maka akan menjadi noda bagi pembangunan bangsa terutama pembangunan sumber daya manusia dan penegakan hukum. Ini merupakan dilema bagi demokrasi artinya kebebasan yang diberikan tidak dimaknai secara positif namun dianggap berlebihan oleh sebagian pelaku medsos.