Udara jakarta lebih bersih saat lebaran, benarkah? mari lihat datanya

Selasa, 27 Juni 2017, Amadeus Pribowo melalui akun facebook nya mengunggah gambar panorama Jakarta dalam rentang waktu berbeda: saat 24 Juni (H-1), 25 (H Lebaran), 26 Juni (H+1), dan 27 Juni (H+2).

image

Gambar itu diambil dari balkon apartemen Pak Amadeus di wilayah Jakarta Selatan, dengan waktu pengambilan gambar yang sama, antara pukul 7-8 pagi.

Gambar tersebut secara jelas menunjukkan kondisi langit Jakarta selama selang waktu lebaran. Saat H-1 dan lebaran hari pertama, kondisi langit Jakarta amat berkabut. Sementara pada H+1 dan H+2, langit Jakarta terlihat lebih bersih, jarak pandang pun luas, sehingga rentetan pegunungan di daerah selatan bisa terlihat.

Sampai tulisan ini dibuat, gambar di facebook tersebut telah mencapai 8.2K share, dan telah banyak berita mengenai hal ini di berbagai media.

Banyak pendapat yang muncul dari gambar teresbut. Pertanyaan yang muncul dari gambar itu adalah, apakah betul ketika libur lebaran (ketika penduduk pergi mudik), udara Kota Jakarta lebih bersih?

Kondisi Udara dan Jarak Pandang
Sebelum jauh membahas hal tersebut, terlebih dahulu kita membahas mengenai hubungan kondisi udara dan jarak pandang.

Jarak pandang atau visibility adalah jarak terjauh di mana sebuah objek masih bisa terlihat dengan mata telanjang secara jelas. Besaran jarak pandang digunakan secara luas dalam dunia penerbangan, lalu lintas, cuaca, dan lain sebagainya.

Kondisi udara yang ada sangat mempengaruhi jarak pandang. Singkatnya, udara yang pekat akan mengurangi jarak pandang. Hal ini terjadi karena keberadaan partikel-partikel di udara tersebut akan menyerap, menghamburkan, dan mengganggu jalannya cahaya.

Adapun kepekatan udara ini bisa dihubungkan dengan beberapa hal:

  • Hujan deras
  • Kabut
  • Asap
  • Polusi
  • Badai,
  • dll
    Dalam konteks tingkat kebersihan udara, kita berhubungan erat dengan polusi. Semakin rendah tingkat polusi maka jarak pandang menjadi semakin jauh, begitu juga sebaliknya.

Jika kita hanya mempertimbangkan polusi, maka foto yang diambil oleh Pak Amadeus dapat menunjukkan bahwa polusi di Jakarta pada saat libur lebaran memang lebih rendah.

Tapi jangan berhenti di situ.

Jarak pandang tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat polusi. Kabut, cuaca, dan lain sebagainya juga berperan banyak.

Sementara kita tidak bisa memastikan bahwa semua variabel selain polusi memiliki nilai yang sama pada keempat foto yang ada, gambar tersebut belum menjelaskan banyak hal mengenai kebersihan udara di Jakarta saat lebaran.

image

Berdasarkan penjelasan dari Kepala Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko, diperlukan analisis tingkat polusi dan indikasi cuaca yang tepat untuk menyimpulan kebersihan udara dari foto yang ada.

Hary menerangkan, pada tanggal 24 dan 25 Juni pagi, beberapa wilayah di Jakarta saat itu berpotensi hujan sehingga menyebabkan awan kabut. Udaranya pun menjadi sedikit lembap. Sedangkan tanggal 26 dan 27 Juni, cuaca Jakarta relatif cerah sehingga langit tampak biru bersih.

Untuk lebih jelasnya, kita juga dapat mengecek data cuaca yang terjadi pada saat itu. Di sini saya memakai data yang tersedia di situs Time and Date, dan memasukkan kota Jakarta sebagai tempatnya. Perhatikan bagian yang saya beri blok abu-abu (pada pukul 06.00 tanggal 24-27 Juni).

image

Gambar tersebut dengan jelas menunjukkan bahwasanya terdapat perbedaan cuaca di keempat tanggal tersebut. Secara khusus, perbedaan terdapat pada tanggal 24 Juni, di mana posisi awan memang rendah dan tidak cerah.

Note: Data di atas mungkin tidak tepat, karena waktu pengambilan gambar adalah antara pukul 07.00-08.00, sementara data cuaca yang tersedia pukul 06.00. Juga, data tersebut menampilkan cuaca di wilayah Jakarta secara keseluruhan, bukan spesifik di wilayah Jakarta Selatan. Namun demikian, data ini sudah dapat kita gunakan untuk mengetahui gambaran cuaca yang terjadi.

Dari keterangan tersebut, foto oleh Pak Amadeus belum bisa menjadi parameter kebersihan udara Jakarta saat lebaran.

Bagaimana dengan Saat Ini?
Mari kita lihat lengkapi data kita sampai tanggal 3 Juli ini (ketika cuti bersama setelah lebaran telah selesai). Harusnya para warga sudah kembali mulai bekerja, kendaraan bermotor kembali mengengeluarkan emisi gas karbonnya, dan pastinya nilai AQI akan kembali mengalami tren seperti biasanya.

image

Dari grafik tersebut kita dapat melihat kondisi udara di Jakarta. Tren yang muncul ternyata tidak bersifat gradasi (perlahan-lahan naik dari tanggal 27).

Nilai AQI naik drastis setelah tanggal 27 dan kembali bernilai fluktuatif seperti biasanya.

Padahal, belum banyak warga yang datang kembali ke sana (setelah tanggal 27). Namun demikian, hal tersebut juga dapat dipahami karena walaupun belum banyak warga yang kembali, aktifitas kendaraan bermotor penduduk di sana sudah mulai aktif kembali.

Sumber: