Tulus, Bucin atau Bodoh?


Bucin atau budak cinta adalah istilah yang cukup populer di Indonesia. Menurut penelitian di jurnal Philosophy, Psychiatry and Psychologi, cinta dapat membuat seseorang kecanduan bisa yang menjadi baik dan buruk. Biasanya bucin disematkan kepada pasangan muda yang begitu menggilai pasangannya sendiri hingga mampu berbuat apapun demi membahagiakan pasangannya (dilansir dari www.hallosehat.com)

Akan tetapi, sepertinya bucin ini di masyarakat telah mengalami pergeseran makna. Sedikit-sedikit, semua hal yang berbau dengan ‘pacaran’ dianggap bucin. Contoh, memasang wallpaper dengan pasangan, membelikan pasangan hadiah, teleponan dengan pasangan, memasang foto pasangan di media sosial, sudah dianggap bucin. Kita seperti tidak bisa membedakan mana yang bucin, dan mana yang memang tulus dilakukan oleh pasangan? Seperti ada perbedaan tipis namun tak terlihat antara tulus, bucin dan bodoh.

Bagaimana menurut youdict? Bagaimana kita membedakan dan menyikapinya?

Summary

Fenomena ‘Bucin’ Alias Budak Cinta Dari Sisi Psikologis (hellosehat.com)

Menurut saya bucin itu lebih mengarah ke bodoh dibanding tulus. Dibanding rasa tulusnya, menurut saya perilaku bucin sudah lebih ke arah posesif atau rasa tidak ingin kehilangan, maka rela memberikan segalanya. Bukan benar-benar tulus ingin memberikan sesuatu.

Dikutip dari Fadhilah (2019) Dalam karya milik Fromm (2018), Seni Mencintai (The Art Of Loving).

“Pasangan posesif cendrung membawa hubungannya kepada hal-hal yang mengarah
pada sifat egoisme diri seseorang. Sebagaimana Fromm menjelaskan, egoisme dapat memiliki makna bahwa seseorang menginginkan semua dari segala sesuatu untuk dirinya sendiri. Egoisme berarti ‘memiliki’ (to have) bukan ‘memberi’ (to be), yaitu memiliki sesuatu yang memberikannya sebuah kepuasan.” ’

Memang betul yang terjadi sekarang terjadi pergeseran makna seperti itu, tapi menurut saya hal diatas masih dalam kategori wajar.

Referensi

Saya juga akan mengatakan bahwa bucin itu akan membuat seseorang seolah-olah tampak bodoh. Biasanya pasangan yang masih dimabuk asmara atau pasangan muda-mudi yang masih abg mengalami atau melewati fase bucin ini. Namun menurut saya, pasangan dewasa akan mengarahkan perasaannya pada sifat tulus. Saya tidak tahu bagaimana membedakan antara ketiganya. Yang saya pahami adalah bucin ini sering dijumpai pada tahap awal hubungan asmara.

Menuurt penelitian dari University of Pisa, orang yang sedang kasmaran cenderung sulit membuat keputusan dan menilai sesuatu karena salah satu bagian pada otak dinonaktifkan. Oleh karenanya, mereka yang sedang jatuh cinta seringkali tidak bisa melihat kesalahn atau kekurangan pasangannya. Mungkin inilah mengapa bucin menjadi stigma di masyarakat.

Selain itu juga kadar beberapa hormon meningkat, seperti hormon adrenalin sehingga memunculkan perasaan berdebar-debar atau tidak tenang, cemas, dan takut. Dalam keadaan serius, mungkin bisa dikategorikan posesif seperti yang dikatakan oleh kak @Deden_ImamBuchori. Dalam hal ini, contoh real yang sering saya saksikan adalah masalah berkabar, “kamu kemana aja sih?! kok gaada kabar dari pagi?”. Mungkin sebagian orang menganggap itu normal, atau sebagian lagi menganggap itu bucin/posesif.

Long-short story, menurut saya, dalam hubungan asamra lebih baik yang wajar saja. Jangan sampai kehilangan akal sehat untuk mengambil keputusan mana yang benar dan mana yang sebaiknya tidak dilakukan. Memberikan perhatian yang wajar dan jangan sampai terkesan posesif. Dengan semua itu, saya cukup meyakini bahwa pasangan akan melihat ketulusan kita.

Referensi

Shabrina, A. (2020). Benarkah Jatuh Cinta Bisa Bikin Bodoh? Ini Penjelasan Ilmiahnya. Diakses pada 20 September 2021 dari https://hellosehat.com/mental/hubungan-harmonis/jatuh-cinta-bisa-bikin-bodoh-?amp=1

1 Like

Kalo aku selama ini mengartikan tulus dan bucin itu berbeda makna. Tulus, itu benar-benar mencintai, menyayangi dan mengerti. Poinnya ada di mengerti, dia tuh ngerti do and don’t nya dalam menjalin hubungan. Sederhananya, orang tulus ngerti gimana cara memposisikan diri, kalo dihargai pasangan, ya tanpa diminta mereka akan selalu menyayangi dan mencintai. Kalo ngga di hargai, ya pergi. It’s just simple, meskipun benar memang tidak mudah. Move to bucin, kalo bucin, sesuai namanya; budak cinta, jadi mereka tuh emang sayang emang cinta, tapi mereka tuh ngga ngerti. Ngga ngerti sama apa? Sama batasan dirinya sendiri.
Bahkan sama boundaries-nya diri sendiri mereka ngga ngerti, akhirnya, apapun dilakukan untuk pasangan biar pasangannya senang atau bahkan takut diputusin even hal yang dilakuin itu diluar batasnya. Jadi bucin di mataku udah menjerumus ke bodoh dalam mencintai. I mean, iya, gapapa kok kalian mau bantuin pacarmu yang kejebak ujan deres, tapi tolong, kasihani dirimu sendiri dulu. Bagaimana jika kalian nekat nerabas ujan deres, kemudian di jalan terjadi hal yang tidak diinginkan? Siapa yang mau bertangggung jawab? Dan apakah jika ‘kejebak hujan’ tadi menimpa dirimu, akankah pasanganmu memberikan perlakuan yang sama? BELUM TENTU, DASAR BUCIN! :upside_down_face:
Nah, jadi sederhananya, bucin ini ada suatu perlakuan yang dilakukan seseorang, untuk menyenangkan hati pasangan, dan rela melakukan semua hal yang diminta orang yang ia cintai, tanpa mendapatkan feedback dari orang tersebut. Sedangkan seseorang yang tulus dengan pasangannya, akan berpikir dua kali sebelum menuruti permintaan pasangan. Pasangan yang punya rasa sayang, biasanya akan menerima ketika permintaannya ditolak, dan akan mengerti alasan pasangannya saat menolak permintaan tersebut, tanpa memberikan ancaman putus.