Tradisi Pasola, Atraksi Seru dari Pulau Sumba

Pernah lihat festival unik di Pulau Sumba, NTT? Festival yang menguji keberanian pria Sumba? Festival menunggang kuda dan saling berperang memakai tombak hingga berdarah-darah?

Nah, atraksi perang-perangan lembing dengan berkuda khas Sumba yang kerap disebut Pasola itu dipastikan siap digelar 18-21 Februari dan 17-20 Maret di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.

“Jangan lupa, jaga tanggal mainnya! Silakan lihat sendiri serunya budaya kita di Sumba!” ungkap Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya, di Jakarta.

Bagi yang penasaran, silakan lingkari kalendernya persis tanggal 18-21 Februari dan 17-20 Maret 2017. Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur alamnya juga oke, sehingga selain atraksi budaya Pasola itu, juga banyak pantai berpasir putih dan laut yang indah. Dijamin, Anda tidak akan rugi.

Pasola saat ini sudah dinobatkan menjadi salah satu atraksi budaya terpopuler (Most Popular Cultural Atraction) anugerah Pesona Indonesia 2106. Tanggalnya pun tidak mudah ditentukan karena harus melalui proses perhitungan secara adat oleh para RATO (Tetua) Adat.“Jadwal sudah pasti dan sudah disebarkan informasinya kepada publik. Ada dua kegiatan di bulan Februari dan Maret sehingga wisatawan bisa memilih dan menentukan jadwal untuk ke Pulau Sumba,” tutur Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Astuti, Senin (13/2).
Di Pasola, wisatawan bisa melihat penduduk asli Sumba saling berperang dengan menunggang kuda dan membawa tombak. Sekilas memang terasa sedikit ngeri.

Tapi bila menyaksikan secara langsung, wisatawan bisa sangat terhibur. Konteks berperang dalam Pasola bukanlah perang dalam arti sebenarnya, melainkan hanya sebuah acara tradisi. Tombak yang digunakan dalam festival ini pun tidak tajam.

“Pasola merupakan atraksi wisata yang menjadi ikon budaya Sumba. Saksikan keunikanm filosofi budaya, dan kemeriahannya,” sambung wanita berkerudung itu.

Acara Pasola itu berakar dari rangkaian upacara tradisional yang dilakukan orang Sumba, khususnya Sumba Barat dan Sumba Barat Daya yang menganut agama asli Marapu. Inilah tradisi yang akan menguji keberanian dan sportivitas penduduk asli setempat.

Menpar Arief Yahya membayangkan, perang berkuda dengan senjata lembing itu seperti dalam mitologi Yunani Kuno. Perang Troya, penyerbuan terhadap kota Troya di Asia Kecil, oleh pasukan Akhaia (Yunani).

Peristiwa ini terjadi karena Paris menculik Helene dari suaminya Menelaos, raja Sparta. Perang ini merupakan salah satu peristiwa terpenting dalam mitologi Yunani dan diceritakan di banyak karya sastra Yunani.

Dua naskah kuno mengenai perang ini paling terkenal adalah Iliad dan Odisseia karya Homeros. Iliad mengisahkan bagian dari tahun terakhir pengepungan Troya, sedangkan Odisseia menceritakan perjalanan pulang Odisseus, salah seorang pemimpin Akhaia.

“Pasola juga menaiki kuda dan senjata tongkat, untuk menjatuhkan lawannya, seru dan penuh sensasi!” kata Arief Yahya.

Di festival ini, penduduk Sumba membawa sejenis lembing kayu yang dipakai untuk saling melempar dari atas kuda. Diameternya sekitar 1,5 cm. Dan ujung tombak sudah dibuat tumpul agar tidak membahayakan para peserta.
Korban luka akan tetap ada. Tapi menurut kepercayaan setempat, apabila ada peserta Pasola yang berdarah, maka setiap tetes darah yang tumpah akan membawa hasil panen yang baik.

“Acaranya seru. Para penunggang kuda akan saling berperang dengan tombak sampai terjatuh. Kuda-kuda dalam festival ini akan dipacu kencang oleh dua kelompok yang berlawanan. Masing-masing kelompok terdiri dari 50-100 orang dan mereka akan saling serang,” timpal Sekertaris Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur, Wely Rohimone.

Kuda yang digunakan? Bukanlah kuda sembarangan. Hanya kuda dari jenis Sandelwood yang bisa ambil bagian di festival ini. Kuda ini khas dari Pulau Sumba. Perawakannya kokoh, gesit dan lincah.

“Ada beberapa rangkaian acara yang harus dilakukan sebelum acara puncak. Acara dimulai dengan Pasola Homba Kalayo, Pasola Bondo Kawango, Pasola Rara Winyo, dan terakhir adalah Pasola Waingapu,” ucap Wely Rohimone.

Jadwal Pasola di Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur:

Februari 2017:
18 Februari 2017: Pasola Homba Kalayo, Kecamatan Kodi Bangedo
20 Februari 2017: Pasola Bando Kawango, Kecamatan Kodi
21 Februari 2017: Pasola Rara Winyo, Kecamatan Kodi Maret 2017

Maret 2017:
17 Maret 2017: Pasola Maliti Bondo Ate (Ratennggaro), Kodi Bangedo
18 Maret 2017: Pasoa Waiha, Kecamatan Kodi Blaghar
20 Maret 2017: Pasola Waingapu, Kecamatan Kodi Blaghar

Sumber

Ada pertandingan perang tradisional tahunan yang unik dan seru namanya Tradisi Pasola, atraksi perang mendebarkan dari Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Festival ini biasanya diadakan setiap bulan Februari dan Maret di setiap tahun. Uniknya, Pasola diadakan di beberapa desa pada tanggal yang berbeda. Untuk tahun 2018 ini, belum ada tanggal yang ditentukan karena kepastian tanggal diumumkan setelah Tetua Desa atau Ratonyale melakukan ritual pada sesi kenaikan Bulan Purnama yang dikenal dengan Naalbukolo. Cukup sulit, Guys memperkirakan kapan festival ini diadakan, karena perkelahian adat ini tidak hanya disajikan demi hiburan semata tetapi juga merupakan bagian dari sebuah ritual dan kepercayaan lokal yang dikenal dengan sebutan Marapu.

Biasanya, tradisi Pasola ini berlangsung di hamparan padang rumput nan luas yang disaksikan oleh semua penduduk desa, para Paraingu Kabisu atau masyarakat dari kedua kelompok yang bertanding juga masyarakat umum dan wisatawan. Ketika perang, tim lawan akan saling berhadapan sambil menunggang kuda, melempar tombak tumpul yang disebut hola. Mereka juga saling menggeser atau melukai lawan dan kuda yang ditunggangi hingga terjatuh dan dinyatakan gugur. Laki-laki atau kuda yang jatuh tidak akan diserang lagi, tetapi setiap tetesan darah yang mengalir dari para pemain Pasola ini dipercaya penduduk lokal bisa menyuburkan tanah dan memberi keuntungan pada panen di musim berikutnya.

Sejarah Tradisi Pasola Khas Pulau Sumba

Kata Pasola berasal dari kata Sola atau Hola yakni tombak tumpul yang digunakan untuk melawan kelompok berkuda lain. Tradisi Pasola ini memang tampaknya penuh dengan kekerasan ya, Guys, tapi jangan salah karena Pasola ini cukup erat kaitannya dalam menjaga perdamaian. Beberapa pendahulu memperkirakan bahwa tradisi ini sebagai mekanisme penyelesaian perselisihan, sebuah pertunjukan perang damai semacam pacuan kuda. Tradisi Pasola berakar dari rangkaian upacara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat Sumba, khususnya Sumba Barat dan Sumba Barat Daya yang masih menganut agama kepercayaan Marapu. Jadi, atraksi ini memang benar-benar menguji keberanian dan sportivitas penduduk asli setempat, Guys! Saat ini, Tradisi Pasola merupakan atraksi wisata yang menjadi ikon budaya Sumba, sehingga dinobatkan menjadi salah satu atraksi budaya terpopuler oleh Pesona Indonesia.

Perang tradisional saling melempar lembing dari atas kuda ini juga menjadi bagian tak terpisahkan dari ritual tahunan lain yang disebut Bau Nyale atau ritual mencari cacing laut sebagai pembuka berkah musim panen di tahun tersebut. Ritual adat ini biasanya dilakukan para Rato ketika bulan Purnama. Mereka akan memprediksi bahwa Nyale akan keluar di pagi hari setelah hari mulai terang atau matahari telah terbit. Usai Nyale diambil, maka hewan ini akan terlebih dulu dibuktikan kebenarannya dengan memeriksa bentuk hingga warnanya. Apabila Nyale berbadan gemuk dan sehat, maka dipastikan panen akan berhasil. Namun sebaliknya, apabila Nyale kurus dan rapuh, maka masyarakat Sumba percaya bahwa ini adalah tanda akan terjadi malapetaka di Tanah Marapu.

Pulau Sumba yang terletak di propinsi Nusa Tenggara Timur, berdampingan dengan pulau-pulau di sekitar Flores dan Komodo ini juga dikenal dengan sebutan Pulau Sandalwood dan juga surganya peselancar. Buat kalian yang hobi surfing, wajib datang dan cobain langsung, Guys ombak besar, tinggi, kuat, dan sangat rata di Sumba yang biasanya muncul sekitar bulan Mei hingga Oktober. Dan satu lagi, jangan kalian kira Sumba ini sedemikian tradisionalnya ya karena belum begitu dikenal di peta wisata nasional. Pulau Sumba justru sudah memiliki deretan resor mewah yang sering dikunjungi oleh wisatawan asing karena dinilai memiliki privasi tingkat tinggi, eksklusif, dan juga indah serta romantis.