Toxic Relationship? Bagaimana Mengatasinya?

image

Toxic Relationship menjadi masalah yang terjadi paling banyak di setiap hubungan orang-orang. Adanya konflik, tidak saling respect membuat pasangan merasa direndahkan ataupun diserang. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Sebisa mungkin kita menghindari hubungan yang tidak sehat ini dan mengubahnya ke hubungan yang positif. Menurut Youdics bagaimana? Apakah ada hal yang dapat dilakukan agar terhindar dari ini?

3 Likes

Jika sudah membahas persoalan perasaan, memang kadang pikiran/ logika tidak berjalan dengan semestinya. Kadang jika melibatkan perasaan, kita tidak menyadari bahwa hubungan yang sedang kita jalani itu tidak sehat (toxic). Nahh, menurutku hal yang dapat dilakukan agar terhindar dari hubungan yang tidak sehat maka kita harus berfikir secara rasional, jangan melulu melibatkan perasaan, dan jika ingin menjalin hubungan, buatlah suatu rules yang disepakati bersama guna menjadikan batasan agar satu dan lainnya tidak ada yang merasa tersakiti.

Benar banget, terkadang orang tidak sadar kalau hubungannya dipandang tidak sehat. Pada akhirnya, toxic hubungan itu menjadi relatif. Meskipun terlihat toxic bagi orang lain, tapi orang yang menjalaninya belum tentu merasa terbebani dikarenakan perasaannya.

Ya betul, sekali. Tetapi juga ada orang yang sadar bahwa hubungannya toxic tapi masi dilanjutkan karena merasa dan berpikir “masih sayang”. Terkadang memang orang tidak dapat berpikir secara rasional dalam kondisi tertentu, dan tanpa disadari hal itu dapat merugikan dirinya sendiri.

Sangat setuju dengan pendapat najma, terkadang orang yang masih terjalin dalam hubungan yang toxic itu biasanya dimanipulasi oleh pasangan mereka sendiri yang membuat mereka merasa tidak didukung, direndahkan, atau diserang mentalnya.

Menurut aku ada banyak cara untuk menghindari toxic relationship. Yang pertama, dari dasar hubungan tersebut kita harus sepakat untuk merasa setara satu sama lain agar tidak ada salah satu yang terlalu dominan. Komunikasi juga harus selalu dijaga karena dengan komunikasi yang baik kita bisa lebih menghargai dan terbuka akan perasaan satu sama lain untuk menghindari konflik. Dan yang terpenting menurut aku adalah self-love, karena kalau kita sudah menyayangi dan menghargai diri kita sendiri, kita pasti bisa mengutamakan mental health kita dan tidak takut untuk meninggalkan hubungan yang bersifat toxic.

1 Like

Toxic relationship, seringkali terjadi pada sebagian orang yang menjalani sebuah hubungan. Namun, tidak jarang dari mereka yang tidak menyadarinya dan menganggap bahwa hubungan yang mereka jalani masih dianggap wajar. Padahal dampak dari toxic relationship itu besar terhadap gangguan mental seseorang hingga menimbulkan kecemasan yang berlebih. Dan faktanya, seseorang yang berada dalam toxic relationship sulit sekali untuk keluar karena memiliki banyak sekali pertimbangan entah itu karena masih sayang atau masih memaklumi perilaku dari pasangannya.

Menurutku, salah satu cara untuk mengatasi toxic relationship itu dengan menghargai diri sendiri, menghargai perasaan diri sendiri dan menyadari bahwa orang yang toxic itu kemungkinan besar akan sulit untuk berubah sebab ia memiliki latar belakang atau masa lalu yang membentuk dirinya seperti saat ini. Jadi, jika dirasa berada dalam hubungan tersebut alangkah lebih baik untuk segera diselesaikan, sebelum berdampak yang jauh lebih besar.

Ada bahasa latin yang mengatakan favors bold the brave atau kata lainnya “bahagia bisa dicapai dengan keberanian”. Jadi dalam konteks hal ini keberanian dibutuhkan untuk keluar dari toxic relationship untuk membuat diri kita bahagia. Dengan berani itu menunjukkan bahwa kita peduli dengan diri kita dan mental kita.

Setuju banget. Memang tidak mudah untuk melepaskan seseorang yang udah lama bersama tapi untuk apa dipertahankan jika sudah merasa direndahkan dan diserang. pemikiran yang rasional menjadi sangat penting ketika sudah berada dalam toxic relationship. Cara lain agar terhindar dari hubungan yang tidak sehat juga bisa dilakukan dengan belajar untuk mempercayai diri sendiri karena dengan begitu kita dapat mengutamakan dan lebih menghargai diri kita sendiri sehingga orang lain tidak mudah untuk mengontrol diri kita

wah setuju banget sama kalimat “bahagia bisa dicapai dengan keberanian” karena ya salah satu temen aku juga mengalami “toxic relationship” itu, dan salah satu caranya untuk dia bisa bebas dan keluar, adalah berani. Berani untuk berpendapat, berani untuk memberikan pernyataan yang berisi kesalahan dalam hubungan tersebut dan berani meninggalkan.

2 Likes

Sangat sulit untuk membuat keputusan ketika ada di dalam kondisi toxic relationship. Hati berkata masih merasa sayang dan cinta kepada pasangan, tetapi kondisi sudah sangat tidak baik membuat kita merasa cukup dan ingin pergi. Ketika kita berani mengambil keputusan untuk berani pergi dan mengambil resiko mungkin akan galau, akan sangat terasa sakit di awal. Tetapi akan berdampak baik untuk diri kita sendiri kedepannya. Dan kita dapat fokus dalam menambah nilai diri.

Dalam hidup kita bertemu dengan banyak orang. Secara tidak langsung, setiap orang pasti pernah merasakan “toxic relationship”.
Menurutku cara mengatasinya ketika kita mengalami toxic relationship yakni lebih mengutamakan self love, jangan memaksakan untuk dapat membahagiakan semua orang, jangan kejam pada diri sendiri, bantu apa yang sekiranya kita mampu saja, dan jangan terlalu terpancing perasaan bersalah karena kita tidak dapat membahagiakan mereka.

Hubungan yang tidak sehat akan berdampak negatif pada kehidupan kita. Mulai dari stres hingga depresi karena tidak dapat melepaskan diri. Ingat, kamu bukan media untuk memperbaiki perilaku mereka. Jika pasangan tidak dapat berubah menjadi yang lebih baik, lebih baik tinggalkan. Jangan pernah mempertimbangkan ulang keputusanmu. Tinggalkan dan buat benteng di antara kalian, ungkapkan perpisahan kalian dan sebisa mungkin dalam waktu yang singkat karena semakin lama maka kemungkinan besar keputusan bisa berubah-ubah. Ingat, dirimu adalah yang terpenting saat ini. Kalau perlu block semua sosial media mereka agar kalian tidak perlu merasakan ingin bernostalgia pada toxic relationship tersebut dan akhirnya berubah pikiran.