Tombak Yang Tergenggam Di Tangan-Nya Sangatlah Besar

Taman Surga

Maulana Rumi berkata: “Ketika aku mulai mengucapkan syair, di sana ada faktor besar yang mendorongku untuk mengucapkannya. Pada saat itu, faktor tersebut demikian kuat. Sekarang faktor itu telah semakin mereda dan menurun, tetapi ia masih memiliki pengaruh.”

Sudah menjadi ketentuan Allah untuk mendidik setiap sesuatu dan mengembangkannya ketika ia terbit dan menampakkan kepadanya berbagai pengaruh dan hikmah yang besar. Ketika pengaruhnya terbenam, pendidikannya masih tetap eksis:

“Tuhan yang menguasai timur dan barat [QS. asy-Syu’ara: 28]

maksudnya Allah-lah yang mendidik faktor-faktor yang menerbitkan dan yang meneggelamkan.

Kaum Mu’tazilah berpendapat bahwa manusia adalah pencipta semua tindakannya sendiri beserta setiap tindakan yang timbul darinya. Tetapi bukan begitu kenyataannya. Tindakan yang lahir dari diri manusia adakalanya dilakukan dengan perantara alat-alat yang dimilikinya, seperti akal, roh, kekuatan dan jasmani dan ada kalanya tanpa menggunakan perantara. Tidak mungkin manusia dikatakan sebagai pencipta segala perbuatan jika masih membutuhkan perantara semua alat ini, karena ia tidak mampu untuk menciptakan semuanya. Oleh karena itu, manusia bukanlah pencipta segala tindakan dengan semua perantaraan itu, karena perantara-perantara itu tidak dapat dikuasainya. Tidak mungkin juga manusia menciptakan amalan tanpa alat-alat bantu, sebab mustahil suatu perbuatan lahir darinya tanpa adanya perantara.

Oleh sebab itu, kami yakin bahwa pencipta segala perbuatan bukanlah makhluk, melainkan Allah. Setiap perbuatan yang dilakukan seorang hamba, yang baik maupun yang buruk, yang dikerjakannya dengan niat dan kesengajaan, maka hikmah dari perbuatan itu bukanlah takdir yang melekat pada penggambaran seorang hamba. Dari perbuatan tersebut, makna, hikmah dan faedah yang selaras dengan kadar pemicu terjadinya perbuatan itu akan nampak. Hanya Allah yang mengetahui faedah universal dan buah yang dihasilkan oleh perbuatan itu. Misalnya kamu melakukan salat dengan niat agar kamu meraih pahala di akhirat, menyandang gelar yang baik dan rasa aman di dunia. Tetapi faedah salat tidak terbatas pada hal itu saja. Salat akan berbuah seratus kali lipat dari sesuatu yang tak pernah terbesit dalam otakmu. Semua faedah itu hanya diketahui oleh Allah, yang mendorong seorang hamba untuk melaksanakan perbuatan semacam ini.

Manusia itu laksana busur dalam genggaman kekuasaan Allah. Allah menggunakannya untuk bermacam-macam perbuatan, sedang yang bekerja pada hakikatnya adalah Allah dan bukan busur. Karena busur hanyalah alat dan media, yang tidak mengenal Allah dan lalai pada-Nya, sehingga tatanan yang tampak dari dunia dapat dijaga. Betapa besar busur yang menyadari sedang dalam genggaman tangan siapa dia berada! Apa yang bisa aku katakan tentang dunia yang keabadian dan tatanannya berada di atas kesungguhan? Tidakkah kamu lihat bagaimana orang-orang yang terjaga akan menolak dunia dan memusuhinya dengan dingin. Bahkan dalam pandangannya, dunia itu lebur dan rusak.

Sejak masa kanak-kanak, manusia terus berkembang dengan perantaraan lupa. Tanpa perantaraan itu, mereka tidak akan berkembang dan menjadi besar. Jadi, manusia membangun dan membesarkan dirinya dengan perantaraan lupa. Allah telah mencengkeram dirinya dengan berbagai upaya dan kesungguhan, terpaksa maupun tidak, agar sifat lupa itu dapat membasuh dan menyucikannya. Baru kemudian ia akan mampu memandang alam di sana.

Keberadaan manusia ibarat tempat sampah atau seperti tumpukan kotoran. Jika tumpukan itu mulia, ini karena di dalamnya tersembunyi cincin sang raja. Keberadaan manusia itu seperti sekarung gandum. Sang raja memanggil: “Ke mana akan kamu bawa gandum itu? takaranku ada di dalamnya.” Manusia tidak mengetahui takaran yang tenggelam dalam gandum itu. Seandainya mereka mengetahui takaran itu, bagaimana mungkin mereka masih melirik pada gandumnya? Sekarang, setiap pikiran yang mendorongmu ke alam yang tinggi, yang membuatmu dingin dan tidak bersahabat dengan alam yang rendah ini, maka itu adalah refleksi dari takaran yang berkilauan bagian luarnya itu. Akan tetapi jika yang terjadi sebaliknya, maka ia akan condong ke alam terendah. Itulah bukti bahwa takaran itu telah tertutup hijab.

Sumber : Jalaluddin Rumi, 2014, Fihi Ma Fihi, F Forum