Tohqq-Kwangkai, Upacara Kematian Suku Dayak Tunjung


Lokasi Suku Dayak Tunjung
Suku Dayak Tunjung merupakan salah satu Anak Sub Suku Dayak yang mendiami sebuah tempat Dataran Tinggi yang disebut Dataran Tunjung yang berada di wilayah Kabupaten Kutai Barat, sebagian kecil di wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Suku Dayak Tunjung bermukim di wliayah Kecamatan Melak, Kec Barong Tongkok, Kec Sekolaq Darat, Kec Linggang Bigung, Kec Kembang Janggut, Kec Manoor Bulan, Kec Muara Pahuq, Kec Kota Bangun.
Wilayah yang didiami Suku Dayak Tunjung ini berhutan lebat, hutan primer yang banyak menghasilkan bermacam-macam kayu dan hasil hutan lainnya seperti : rotan, dammar, sarang burung wallet, bermacam-macam anggrek, buah-buahan dan sayur-sayuran. Sedangkan flora dan fauna seperti : orang utan, kera, babi, rusa, burung-burung dan ular.

Asal Usul Sejarah Suku Dayak Tunjung
Tidak ada data tertulis yang menyatakan asal usul Suku Dayak di Kalimantan, Suku Dayak Tunjung Khususnya dikarenakan Suku Dayak pada zaman dahulu tidak mengenal tulisan. Namun kita dapat mengetahuinya dari cerita-cerita rakyat yang diturunkan secara turun temurun.

Menurut Ceriteranya, Suku Dayak Tunjung ini berasal dari Khayangan, yaitu Dewa-Dewa yang menjelma kedunia sebagai manusia untuk memperbaiki dunia yang sedang rusak. Menurut Suku Dayak Tunjung, ama asli mereka Adalah Tonyooi Risitn Tunjung Bangka’as Malik’ng Panguru’q Ulak Alas yang berarti Suku Tunjung adalah pahlawan yang berfungsi sebagai dewa pelindung.
Suku Dayak Tunjung pada zaman dahulu memiliki sebuah bentuk Kerajaan namun hancur ketika masuknya pendudukan Jepang ke Indonesia. Menurut mereka, Raja-raja Suku Dayak Tunjung ini berasal dari langit dengan sang penciptanya yang disebut dengan Nayuk Sanghyang Juata Tonyooi. Akhir Dari Kerajaan Tunjung ini ialah bersama-sama dengan Kerajaan Kutai menggabungkan diri dengan Pemerintaha Indonesia.

Pada awalnya, seluruh masyarakat Suku Dayak Tunjung tinggal disebuah daerah yang bernama Sendawar (Sentawar dalam bahasa Dayak Tunjung). Namun pada zaman pemerintahan Jepang, karena perlakukan yang sangat menindas mereka, sehingga Suku Dayak Tunjung ini sangat tertekan sehingga mereka meninggalkan Kampung halaman dan menyebar kedaerah-daerah lain. Akibat penybaran itu terjadilah sedikit perbedaan logaat bahasa dan wujud kebudayaan, namun tidak begitu mendasar. Suku Dayak Tunjung setelah menyebar itu menyebabkan terwujudnya dengan sendirinya bermacam-macam jenis

Maksud Dan Tujuan Upacara Kematian.
Pada dasarnya, Upacara Kematian ini dilaksanakan agar arwah orang yang telah meninggal diantarkan ke alam baka yang disebut Gunung Lumut dan hidup tentram ditempat tersebut tanpa mengganggu anak-cucu dan para keluarga yang ditinggalkan. Roh orang yang telah meninggal harus diantar ke Gunung Lumut yaitu dilakukan Upacara pengantaran arwah ke gunung Lumut.
Pada Upacara kematian ini dilaksanakan tarian yang disebut dengan tarian Calan’t Caruuq. Tarian ini dimaksudkan untuk membuka jalan ke Gunung Lumut bagi para roh yang telah meninggal agar tidak tersesat.

Suasana religious menguasai alam pikiran masyarakat Suku Dayak Tunjung. Kepercayaan akan kebahagian bagi Suku Dayak Tunjung di Puncak Gunung Lumut (kebahagiaan abadi) dan kepercayaan pada alam gaib serta hubungan manusia dengan roh-roh inilah yang yang membawa Suku Dayak Tunjung mengadakan Upacara Adat Kematian ini.