Tobat Nasuhah sebagai Tameng atas Serangan Dekadensi Moral

Di era yang serba cepat dan canggih seperti sekarang ini, kita dituntut untuk dapat mengikuti
perkembangan zaman yang serba modern, pragmatis, dan penuh dengan ketidakpastian. Tak
jarang dari mereka yang tidak dapat beradaptasi dengan kemajuan zaman, dilanda kekecewaan
dan berakhir dengan melakukan tindakan yang tidak dibenarkan dalam agama. Vandalisme,
bunuh diri, menyakiti diri (self-harm), dan narkoba merupakan beberapa diantara sekian
banyak dari tindak kezaliman, baik untuk orang lain maupun diri sendiri. Mereka lupa akan
fitrah mereka sebagai manusia, yakni kembali kepada Allah Swt. Ia menimpakan masalah
kepada hamba-Nya dengan tidak sama sekali melebihi kemampuannya. Pasti selalu ada jalan
keluar dibalik permasalahan. Tentu, kita sering mendengar berita terkait kriminalitas seperti
mencuri, membegal, dan membunuh yang membuat hati ini miris mendengarnya. Spiritualitas
manusia modern diuji dengan kehidupan konsumtif dan hedonisme yang ada di sekelilingnya.
Sungguh, orang beriman dan bertuhan tidak akan pernah terbersit dalam benaknya untuk
melakukan hal-hal seperti itu, karena hati dan pikirannya selalu ingat akan Allah Swt. Jika kita
mengingat kembali, sesungguhnya Rasulullah Saw. diutus untuk memperbaiki akhlak manusia.
Dakwah yang dilakukannya dengan sembunyi hingga terang-terangan membuat orang-orang
berdecak kagum melihatnya. Bahkan, dalam buku yang berjudul The 100, a Ranking of The
Most Influential Persons in History, Michael Hart menempatkan Nabi Muhammad pada
peringkat satu sebagai seorang yang paling berpengaruh di dunia. Hal tersebut bukan tanpa
alasan, sebab begitu banyaknya yang dilakukan Rasulullah Saw. di setiap lini kehidupannya. Katakanlah profesi seperti politikus, panglima tentara, dan pendakwah agama telah beliau
geluti dan memberikan efek yang sangat besar untuk orang-orang di sekitarnya. Kesucian hati
beliau telah mengantarkannya menjadi tokoh yang paling disegani dalam sejarah umat
manusia. Rasulullah mengatakan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat alat penyaring (filter)
yang bernama furqan yang artinya petunjuk untuk membedakan sesuatu yang baik dan yang
tidak baik. Manusia seyogianya memiliki hati yang bersih sehingga dapat terbentuk akhlak
yang mulia. Terdapat satu hadits yang mengatakan bahwa hati merupakan penentu atas
tindakan kita, berikut adalah hadits yang dimaksud :
Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda,
َّن
ِ
َوإ
َح أ في ْت َالَ
َصلَ
ِذَا
إ
َج َسِد ُم ْضغَةً
ال ُب ْ
ْ
قَل
ْ
َى ال
َو ِه
َالَ
ُّهُ . أ
َج َسدُ كُل
ْ
َسدَ ْت َف َسدَ ال
ِذَا فَ
َوإ
ُّهُ ،
َج َسدُ كُل
ْ
َح ال
َصلَ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh
jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati
(jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599). Secara tersirat, beliau ingin agar setiap
orang berhati-hati akan apa yang diniatkan oleh hatinya, karena setiap perbuatan yang kita
lakukan, akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Namun, khilaf merupakan tabiat
manusia yang pasti terjadi, maka Allah telah menyediakan solusinya, yakni dengan tobat yang
sesungguhnya yang dengan tobat itu, seseorang telah menutup pintu masuk untuk semua
tindakan tak terpuji, yakni tobat nasuhah. Apa itu tobat nasuhah? Seberapa penting tobat
nasuhah dalam kehidupan? Dapatkah tobat nasuhah membentengi diri dari dekadensi moral?
Dan, bagaimana cara agar esensi dari tobat nasuhah tersebut dapat diraih? Artikel ini akan
membahas dan memberikan jawaban terkait pertanyan-pertanyaan tersebut secara mendalam.
Imam Nawawi al-Bantani dalam Nashaih al-Ibad, menulis satu hadis dari riwayat Abu Abbas,
yang berbunyi :“Allah lebih senang pada tobatnya seorang hamba yang bertobat melebihi
senangnya orang haus yang menemukan air, atau orang mandul yang memiliki anak, atau
senangnya orang yang kehilangan barang lalu menemukannya. Maka, barang siapa yang
bertobat kepada Allah dengan tobat nasuha, Allah akan membuat lupa para malaikat yang
menjaganya, anggota tubuhnya, serta bumi yang dipijaknya atas dosa dan kesalahan yang
telah dia lakukan.” Dalam hadits tersebut menunjukkan bahwa Allah Swt. sangat amat
menyukai orang-orang yang bertobat, terlebih lagi tobat nasuhah, karena hal tersebut
merupakan pertanda bahwa seseorang ingin agar lebih dekat dan intim dengan-Nya. Dalam
kitab Majalis Syahri Ramadhan, Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin mengatakan bahwa
tobat nasuhah menyaratkan 5 poin, yaitu :

  1. Keikhlasan dalam bertobat
    Pertobatannya murni karena cinta kepada Allah dan takut akan tertimpa azab-Nya
    apabila tidak bertobat.
  2. Merasa menyesal dan sedih atas dosa-dosanya yang telah lalu
    Dalam hal ini, apabila seseorang merasa bahwa yang ia lakukan itu salah, ia langsung
    bergegas meninggalkannya, begitu pun sebaliknya. Hal tersebut tak berlaku manakala
    ia telah bertobat namun tetap melakukan suatu kemaksiatan. Karena itu berarti
    permohonan ampunnya pada Allah Swt. hanya kepura-puraan belaka
  3. Lekas berhenti dari perbuatan maksiat yang ia kerjakan
    Menyambung seperti yang sebelumnya, terkait hak-hak orang lain yang dirampasnya,
    ia diharuskan untuk mengembalikannya terlebih dahulu, baru taubatnya dapat diterima
  4. Berkomitmen untuk tidak kembali kepada kemaksiatan
    Yang satu ini harus benar-benar diperhatikan, karena begitu banyak orang yang tidak
    konsisten terhadap tobatnya, sehingga ia masih memiliki kecenderungan untuk kembali
    melakukan kemaksiatan
  5. Tidak diperbolehkan taubat apabila masanya telah habis
    Ada 2 waktu berakhirnya penerimaan tobat, yakni ketika matahari telah terbit dari arah
    barat [Al-An’am/6:158] dan datangnya kematian [An-Nisa/4:18]. Selama seseorang
    bertobat diluar waktu-waktu tersebut, insya Allah Allah Swt. akan menerima tobatnya
    walaupun dengan dosa yang tak terhitung jumlahnya.
    Kalau tadi berbicara mengenai syarat-syarat diterimanya tobat nasuhah, dibawah ini akan
    disebutkan mengenai keutamaan-keutamaan tobat nasuhah :
  6. Janji Allah akan menerima tobat [Asy-Syura/42: 25]
  7. Keterbukaan rahmat Allah kepada pelaku tobat [Az-Zumar/39:53]
  8. Dimaafkan oleh Allah Swt. dengan syarat harus bersungguh-sungguh [Ali Imran/3:135]
  9. Mendapat sanjungan dari Allah Swt. [Ali Imran/3:16-17]
  10. Mendapat balasan berupa pahala yang besar oleh Allah Swt. [Ali Imran/3:136]
  11. Mendapat berkah dari Allah Swt. [Nuh/71: 10-12]
  12. Pintu taubat terbuka lebar [Maryam/19: 60-61]
    Setelah menyesali dosa dan kesalahan atas apa yang telah diperbuat, maka langkah selanjutnya
    ialah melaksanakan salat sebagai simbol kembalinya seseorang ke jalan Allah Swt. yang lurus
    dan benar. Salat tobat nasuhah ( )التوابين سالة أو التوبة صالةdisebut juga dengan salat istigfar ص) اإلستغفار salat minta ampun, merupakan salat yang dilakukan untuk memohon ampun atas
    segala kesalahan yang pernah dibuat oleh seseorang dalam hidupnya. Jumlah rakaat salat tobat
    yakni 2, 4, atau 6 rakaat dan dilakukan dengan 2 rakaat salam. “Sesungguhnya Allah Swt. akan
    menutupi aib dan memasukkannya (pelaku tobat) ke dalam surga yang dibawahnya mengalir
    sungai-sungai”, merupakan Qur’an Surat At-Tahrim ayat 8 yang menjadi landasan bagi
    seseorang untuk salat tobat nasuhah. Berdasarkan mazhab yang empat yakni, Maliki, Hambali,
    Syafi’i, dan Hanafi, hukum melakukan salat tobat adalah sunah. Waktu pelaksanaannya yakni
    kapan saja, kecuali beberapa waktu yang dilarang berikut :
  13. Terbitnya fajar kedua hingga matahari
  14. Terbit dan matahari naik seukuran sepenggalahan
  15. Ketika matahari berada di atas kepala persis dan agak condong
  16. Mulai dari waktu asar hingga matahari tenggelam
  17. Saat matahari menjelang tenggelam hingga tenggelam seutuhnya
    Terkait mekanisme pelaksanaan salat tobat secara berurutan, yakni :
  18. Melafazkan niat
    Terjadi perbedaan pendapat diantara para ulama terkait pelafazan niat salat tobat.
    Keputusan kembali kepada diri kita masing-masing.
    أصلي سنة التوبة ركعتين هلل تعالي
    “Ushalli sunnatat taubati rak’atayni lillahi ta’ala.”
    Artinya : “Saya niat shalat sunnah taubat dua rokaat karena Allah.”
  19. Membaca Al-Fatihah dan surat Al-Qur’an
    Tak ada ketentuan khusus terkait pembacaan surat dalam Al-Quran,
    semuanya kembali kepada diri kita masing-masing
  20. Membaca zikir dan doa setelah salat tobat
    Dianjurkan kepada orang yang mengerjakan salat tobat agar memperbanyak zikir
    dan istigfar setelah selesai salat, yakni :
    ِذ
    َّ
    ال
    َ
    عَ ِظيم
    ْ
    أ ْستَ ْغ ْيه ِف ُر هّللاَ ال
    َوأتُو ُب إلَ
    قَيُّو ُم
    ْ
    َح ُّي ال
    ْ
    َو ال
    ي ال إل َهَ إَّال هُ
    “Astaghfirullaha ladzhim laa ilaaha illa huwal hayyul qayyumu wa atuubu
    ilaih.”
    Artinya : “Aku meminta pengampunan kepada Allah yang tidak ada tuhan
    selain Dia Yang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri dan aku bertaubat kepadanya.”
    Kesimpulan yang didapat dari dari pemaparan diatas adalah bahwa selain dapat membuat
    hati semakin bersih dan suci, dengan melakukan tobat nasuhah, seseorang insya Allah akan
    mendapatkan petunjuk dan ketentraman hati dalam kehidupannya. Selain itu, seseorang
    yang melakukan tobat nasuhah akan berperilaku dengan lebih baik daripada sebelumnya,
    karena ia akan merasa hidupnya dekat dan selalu diawasi oleh Allah Swt. Maka, dengan
    begitu, selain ketenangan hidup di dunia dapat diperoleh, keridaan Allah Swt. pun dapat
    diraih serta kehidupan akhirat yang ideal ada dalam genggaman kita. Jangan menunggu
    masa tua untuk melakukan tobat nasuhah, karena nasib dan takdir kita berada di tangan-Nya.