The One Syndrome, Bahayakah?

Pernahkah kita mengalami bahwa seseorang adalah jodoh kiriman Tuhan untuk kita padahal baru lihat sosok itu sekejap mata? nah keyakinan yang “kelewatan” ini lah yang sering disebut the one syndrome. The one syndrome atau biasa disebut she’s/he’s the one syndrome ini adalah level tertinggi dari “ngarep”. Ketika mengidap sindrom ini, seorang akan mengangap bahwa sosok yang baru dikenalnya beberapa waktu saja, mungkin beberapa hari atau minggu atau bahkan baru lihat sekali, sebagai belahan jiwanya sebagai jodohnya. Sebagai satu-satunya sosok yang dapat melengkapi dan memberinya kebahagiaan sejati dalam hidup. Belahan hati, tulang rusuk, atau puzzle yang hilang dan segala macam ungkapan puitis lainnya.

Parahnya lagi, banyak orang mengalami sindrom ini pada sosok yang bahkan belum dikenal sebelumnya. Mungkin mereka memang berada dalam lingkungan yang sama, dalam kelas yang sama di kampus, di gedung kantor yang sama, atau di tempat ibadah yang sama, tapi hanya bisa melihatnya dari sudut ruangan saja dan mendesah lirih "she’s/he’s the one…”, dan bahkan tak jarang, mereka sampai membayangkan bagaimana kehidupan keluarga mereka, mau punya anak berapa, mau bikin rumah dimana dll.

Nah, menurut kalian, kenapa hal ini bisa terjadi? Bagaimana cara menghindarinya? Tulis komentar kalian di kolom komentar yaa.

Saya pribadi kebetulan belum pernah menemukan seseorang dengan sindrom seperti ini di lingkungan saya. Namun, jika membaca pernyataan di atas, saya jadi terpikir bahwa seseorang dengan sindrom ini dimungkinkan telah sejak lama selalu salah dalam menempatkan perasaannya. Kemungkinan yang lain adalah dia terlalu memasang kriteria khusus yang harus ada pada pasangannya kelak sehingga ketika berjumpa dengan seseorang yang memenuhi syarat tertentu tersebut, secara tidak langsung mereka akan terkoneksi dengan sendirinya.

Pada tahap-tahp awal mungkin ini dianggap wajar layaknya perasaan suka pada umumnya. Namun, akan menjadi mengkhawatirkan jika perilakunya tersebut akan secara tidak langsung membutakan dia terhadap apa-apa yang terjadi di sekitarnya. Bahkan jika dia sampai menunjukkan afeksinya, bisa jadi si “target” akan cenderung merasa tidak nyaman. Sebenarnya, kasus ini hampir sama dengan kasus-kasus percintaan pada umumnya. Kita mengenal istilah bucin dan itu mendapat stigma di sekitar.