The Best-Performing CEO in the World: Massayoshi Son

Softbank-masayoshi-son

Massayoshi Son beliau lahir pada tanggal 11 Agustus 1957 di Tosu, Jepang. saat ini ia menjabat sebagai CEO SoftBank Mobile, dan chairman Sprint Corporation. Menurut majalah forbes, Massayoshi son memiliki kekayaan bersih US $ 20,4 miliar dan dia adalah orang terkaya di Jepang. Majalah forbes pun menggambarkan ia adalah orang yang dermawan

Kehidupan

Pada saat remaja Son bertemu dengan Den Fujita yaitu pendiri Mc Donalds Jepang yang menyarankan dia untuk belajar bahasa inggris dan berkarir di bidang informatika.

Saat berusia 16 tahun Son pindah ke California. Ia sekolah di sebuah SMA di South San Francisco. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan studi ke Universitas California, Berkeley jurusan ekonomi. Sambil kuliah ia juga kursus komputer.
Saat masih berusia 19 tahun, ia terinspirasi pada ulasan tentang fitur microchip di sebuah majalah yang ia baca. Sejak itulah, ia memiliki keyakinan bahwa teknologi komputer akan menyalakan revolusi komersial berikutnya yang menjanjikan di masa depan.

Son yang sejak SMA sudah mempunyai banyak ide untuk bisnis pun tergerak untuk mendokumentasikan berbagai ide bisnisnya. Saat masih kuliah di Barkeley, ia merealisasikan salah satu ide bisnisnya. Yaitu membuat kamus elektronik seukuran kalkulator yang dapat menerjemahkan delapan bahasa.

Dengan keyakinan tinggi, dia mencari bantuan teknis dan dana. Ia kemudian menghubungi beberapa profesornya yang terbaik untuk membantunya. Walaupun saat itu belum punya uang, ia berhasil meyakinkan profesornya untuk membantunya. Keyakinannya membuahkan hasil. Ide membuat prototipe kamus elektronik berhasil diwujudkan dan dibeli oleh Sharp Corporation sebesar 1 juta dolar. Dengan uang itu, ia lalu membayar dua profesor yang membantunya dan membuka usaha Unison di Oakland, California (1980).

Awal karir

Son lulus dari Berkeley dengan gelar Bachelor of Business Administrasion di bidang ekonomi pada tahun 1980, ia pulang ke Jepang dan mendirikan suatu perusahaan yang bernama Softbank Capital yang dijadikan pijakan untuk mengembangkan usaha miliknya.

Softbank Capital adalah perusahaan yang penyedia suku cadang komputer dan software yang memiliki kantor pusat di Jepang. Meski semula merugi, Son tak patah semangat. Ia yakin usahanya memiliki prospek cerah di masa datang.

Keyakinannya pun menjadi kenyataan. Keberuntungan pun berpihak kepadanya dan tidak lama berselang Joshin Denki, seorang usahawan besar dari Osaka yang akan mendirikan toko Personal Computer besar mempercayakan kebutuhan softwarenya pada Masayoshi. Tak hanya itu, Ia juga berhasil meyakinkan Joshin Denkin untuk bermitra secara eksklusif dengannya.

Tahun 1995, Softbank telah memiliki 37% saham Yahoo dan mengendalikan pasar di E Trade. Setahun kemudian Softbank membeli COMDEX seharga 900 juta dolar AS dan Kingston Technology seharga 2,1 miliar dolar AS. Tahun 1997, Softbank berinvestasi di sejumlah ventire internet.

Awal tahun 2000an, Son bergabung dengan Yahoo Jepang dimana dia menjabat sebagi Presiden dan CEO. Setelah itu Son bergabung dengan BB Technologies Corporation. Pada tahun 2001 Son mendirikan Yahoo BB. Tahun 2006 Vodafone menjual kepemilikan divisi mobilenya kepada SoftBank dengan harga 1,75 miliar yen. Tidak lama setelah akusisi ini terjadi SoftBank mengalami krisis, namun Yahoo BB masih dapat menguasai pasar telekomunikasi pasar di Jepang dan menopang SoftBank.

Pada tahun 2004 terjadi peristiwa dotcom crash atau dotcom bubble yaitu peristiwa dimana investor berhenti melakukan investasi di bidang IT. Kejadian ini mengakibatkan Son mengalami kerugian sebesar $70 miliar dollar yang tercatat sebagai kerugian terbesar yang pernah dialami oleh seorang individu. Harga saham Softbank turun dari $200 menjadi $2.

Walhasil, di antara perusahaan internet yang ada, Softbank menjadi yang terdepan sebagai kekuatan ekonomi baru. Softbank berhasil meraup keuntungan 140 miliar dolar dan membuat Son sebagai pemilik saham mayoritas (53%) meraup kekayaan senilai 80 miliar dolar.

Masayoshi Son memiliki suatu konsep bisnis yang berbunyi “Jika tak bisa mengendalikan, setidaknya kita harus bisa memengaruhi.”

Dengan prinsip itu, ia berhasil menanamkan sahamnya di berbagai perusahaan yang bergerak di bidang internet, seperti Yahoo, E Trade, dan Ziff-Davis hingga mengusai 25% dari keseluruhan bisnis internet di dunia.

Sumber: