Teori apa saja yang membahas mengenai pertumbuhan ekonomi?

Pertumbuhan ekonomi

Beberapa teori dikemukakan untuk menerangkan hubungan diantara berbagai faktor produksi dengan pertumbuhan ekonomi. Teori apa saja yang membahas mengenai pertumbuhan ekonomi?

Berikut ini teori-teori pertumbuhan ekonomi.

  1. Teori Klasik, yaitu teori yang menekankan tentang pentingnya faktor-faktor produksi dalam menaikkan pendapatan nasional dan mewujudkan pertumbuhan. Akan tetapi, yang terutama diperhatikan ahli ekonomi klasik adalah peran tenaga kerja. Menurut mereka, tenaga kerja yang berlebihan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

  2. Teori Schumpeter, yaitu teori yang menekankan tentang peran usahawan yang akan melaukan inovasi dan investasi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi.

  3. Teori Harrord-Domar, yaitu teori yang menunjukkan peranan investasi sebagai faktor yang menimbulkan pertambahan pengeluaran agregat. Teori ini pada dasarnya menekankan peranan segi permintaan dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi.

  4. Teori Neoklasik, yaitu teori yang menunjukkan bahwa perkembangan teknologi dan peningkatan kemahiran masyarakat merupakan faktor yang terpenting yang mampu mewujudkan pertumbuhan ekonomi.

Referensi:
Noviani, Leny. 2009. Ekonomi : Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Pertumbuhan Ekonomi Klasik


Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik, ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Walaupun menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung kepada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi klasik terutama menitik beratkan perhatiaannya kepada pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2011).

Menurut Tambunan (2011), ada dua hal penting yang membedakan teori klasik dengan teori-teori lain yang muncul setelah itu, yaitu:

  • Faktor-faktor produksi utama adalah tenaga kerja, tanah dan modal.
  • Peran teknologi dan ilmu pengetahun serta peningkatan kualitas tenaga kerja dan dari input-input produksi lainnya terhadap pertumbuhan output tidak mendapat perhatian secara eksplisit, atau dianggap konstan (teknologi dianggap suatu koefisien yang tetap tidak berubah).

Teori Neo-Keynesian


Model yang termasuk dalam teori neo-Keynesian adalah model dari Harrod-Domar yang mencoba memperluas teori Keynes mengenai keseimbangan pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang dengan melihat pengaruh investasi, baik pada permintaan agregat maupun pada perluasan kapasitas produksi atau penawaran agregat, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Tambunan, 2011).

Teori Harrod-Domar menganggap bahwa setiap perekonomian pada dasarnya harus mencadangkan atau menyisihkan sebagian dari pendapatan nasionalnya untuk menambah atau mengganti barang- barang modal yang telah susut. Namun untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan netto terhadap stok modal maka dengan begitu setiap tambahan netto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan kenaikan arus output nasional atau GDP. Di bawah ini merupakan versi sederhana dari persamaan teori pertumbuhan ekonomi Harrod- Domar :

image

Dimana tingkat pertumbuhan GDP (ΔY/Y) ditentukan secara bersama- sama oleh rasio tabungan nasional, yaitu s serta rasio modal output nasional k. Persamaan di atas menyatakan bahwa tanpa adanya intervensi pemerintah, tingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan secara langsung atau secara positif berbanding lurus dengan rasio tabungan (semakin banyak bagian GDP yang ditabung dan diinvestasikan maka akan lebih besar lagi pertumbuhan GDP yang dihasilkannya) dan secara negatif atau berbanding terbalik terhadap rasio modal output dari suatu perekonomian (semakin besar rasio modal output nasional maka tingkat pertumbuhan GDP akan semakin rendah). Setiap perekonomian harus menabung dan menginvestasikan sebanyak mungkin bagian dari GDP-nya agar bisa tumbuh dengan pesat. Semakin banyak yang dapat ditabung dan kemudian diinvestasikan, maka laju pertumbuhan perekonomian akan semakin cepat (Todaro, 2011).

Sedangkan dalam Boediono (1999), Harrod-Domar berpendapat bahwa pengeluaran investasi tidak hanya mempunyai pengaruh melalui proses multiplier terhadap permintaan agregat tetapi juga terhadap penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif waktu yang lebih panjang, investasi menambah stok kapital (I = ΔK) dimana K adalah stok kapital dalam masyarakat.

Harrod-Domar mengatakan bahwa setiap penambahan stok kapital akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output (Qp ), Berikut hubungan K dan Qᴾ :

∆Qᴾ = h∆K = h I

Dimana h, menunjukkan jumlah output yang dapat dihasilkan dari setiap unit capital. Semakin besar I, semakin besar tambahan output potensial.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik


Seperti halnya dengan model Harrod-Domar, model Solow-Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi capital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi.

Menurut teori pertumbuhan neoklasik, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas angkatan kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi), dan penyempurnaan teknologi . Salah satu ekonom yang mengembangkan teori ini adalah Robert Solow. Robert Solow menekankan perhatiannya pada pertumbuhan output yang akan terjadi atas hasil kerja dua faktor input utama, yaitu modal dan angkatan kerja. Menurut Todaro (2011), model pertumbuhan ekonomi neoklasik Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya dianalisis secara terpisah, namun jika keduanya dianalisis secara bersamaan maka Solow juga menggunakan asumsi skala hasil tetap dengan koefisien baku yang merupakan asumsi dalam model Harrod-Domar.

Fungsi produksi agregat standar dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo Classical Growth Model) adalah:

image

Keterangan:
Y = Produk Domestik Bruto
K = stok modal fisik dan modal manusia
L = tenaga kerja non terampil
A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar
e μt = melambangkan tingkat kemajuan teknologi

Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory) : Pertumbuhan Endogen


Teori neoklasik menyebutkan bahwa sebagian besar sumber pertumbuhan ekonomi merupakan faktor eksogen atau proses yang sama sekali independen dari kemajuan teknologi. Namun tidak begitu menurut teori pertumbuhan baru, teori pertumbuhan baru memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan endogen, yaitu GNI yang persisten yang ditentukan oleh sistem yang mengatur proses produksi dan bukan oleh kekuatan-kekuatan di luar sistem.

Model ini menganggap bahwa pertumbuhan GNI merupakan konsekuensi alamiah dari ekuilibrium jangka panjang. Teori ini mengasumsikan bahwa investasi sektor publik dan swasta dalam sumber daya manusia menghasilkan ekonomi eksternal dan peningkatan produktivitas yang membalikkan kecenderungan hasilyang semakin menurun yang alamiah. Teori ini menjelaskan keberadan skala hasil yang semakin meningkat dan pola pertumbuhan jangka panjang yang berbeda-beda antarnegara. Karena teknologi masih memainkan peran penting dalam model-model ini, perubahan eksogen tidak diperlukan lagi untuk menjelaskan pertumbuhan jangka panjang.

Aspek yang paling menarik dari model pertumbuhan endogen adalah bahwa model tersebut membantu menjelaskan keanehan aliran modal internasional yang memperparah ketimpangan antara negara maju dengan negara berkembang. Potensi tingkat pengembalian investasi yang tinggi yang ditawarkan oleh negara berkembang yang mempunyai rasio modal-tenaga kerja yang rendah berkurang dengan cepat dikarenakan rendahnya tingkat investasi komplementer dalam sumber daya manusia (pendidikan), infrastruktur atau riset dan pengembangan (Todaro, 2011).

Pertumbuhan Endogen Model Romer


Model pertumbuhan endogen ini berasumsi proses pertumbuhan berasal dari tingkat perusahaan atau industri. Setiap industri berproduksi dengan skala hasil yang konstan, sesuai dengan asumsi persaingan sempurna. Romer berasumsi bahwa cadangan modal dapat mempengaruhi output ditingkat industri sehingga memungkinkan terjadinya skala hasil yang makin meningkat ditingkat perekonomian secara keseluruhan.