(Teknologi) Teknologi dan Toleransi pada Ketikan Jari #DictioIsUs #SpeakingUpwithDictio

Salam kepada semuanya, perkenalkan nama saya Lauretta. Di tengah wabah COVID-19 yang sedang beredar di Indonesia ini saya dengan senang hati mengikuti ajang lomba membuat poster yang dibuat oleh Dictio.id ini sebagai salah satu bentuk positif menggunakan waktu luang. Tema yang saya telah pilih adalah teknologi dan saya telah membuat poster dan juga sebagian penjelasan tentang teknologi.

Kita semua tentunya sudah tidak asing lagi dengan yang namanya teknologi. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) teknologi diartikan sebagai metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis, ilmu pengetahuan terapan, dan keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yg diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Setiap orang di dunia ini tentu pernah menggunakan yang namanya teknologi

Di zaman yang sangat cepat berkembang terutama di Indonesia negara tercinta kita ini, banyak sekali yang dapat kita lakukan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki, contohnya : memasak dengan kompor listrik, bermain dengan internet, mengerjakan tugas menggunakan komputer, termasuk berkomunikasi dengan orang lain menggunakan smartphone atau bahkan kursi yang setiap hari kita gunakan merupakan penerapan dari ilmu teknologi . Setiap aspek di dalam kehidupan, kita telah memanfaatkan teknologi untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Bahkan Tere Liye pernah mengatakan bahwa :

“ Tapi kamu tidak usah cemas, Lail. Teknologi selalu bisa mengatasi masalah apa pun. Ilmuwan-ilmuwan terkemuka di dunia sedang menyiapkan banyak rencana alternatif. Kita pasti bisa menaklukan semua masalah yang datang, sepanjang kita terus bekerja keras, seperti pengorbanan yang kamu lakukan untuk satu kota. Itu sangat menginspirasi. ”

Teknologi tidak dapat dilepaskan pada kehidupan kita sehari-hari. Apapun yang kita lakukan, diperlukan teknologi. Namun, apakah teknologi tidak memiliki “efek samping” bagi manusia? Saat semua orang menjelaskan teknologi, semua terkesan baik dan sangat bermanfaat, tetapi dibalik itu semua, terjadi berbagai kejadian mengerikan yang bahkan merengut nyawa. Teknologi yang tadinya memberikan kemudahan bagi kita semua beralih menjadi pembunuh tanpa pisau yang menyiksa tak henti.

Sosial media, sebuah perangkat yang dapat diunduh oleh bebas dan digunakan sebagai alat komunikasi. Dapat menjangkau bagian negara manapun dalam waktu tidak sampai satu detik selama memiliki internet dan signal yang memadai. Pesan keluh kesah sampai sekedar menyapa teman baru dapat dilakukan hanya dengan gerakan jari. Sosial media merupakan sarana yang tentunya sangat mempermudah kita semua dalam hal pekerjaan, pendidikan, maupun relasi sosial. Hal tersebut tentunya telah berdampak besar bagi kehidupan kita. Berkat teknologi kita semua dimudahkan di dalam setiap aspek kehidupan. Namun, di balik setiap kelebihan, pasti selalu ada kekurangan dan ancaman yang besar.

Pernahkah anda mendengar tentang Cyber Bullying ? Menurut UNICEF ( The United Nations International Children’s Fund ),

“ Cyber bullying atau perundungan dunia maya ialah bullying /perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting , platform bermain game , dan ponsel. Cyber bullying merupakan perilaku berulang yang ditujukan untuk menakuti, membuat marah, atau mempermalukan mereka yang menjadi sasaran. Contohnya termasuk: menyebarkan kebohongan tentang seseorang atau memposting foto memalukan tentang seseorang di media sosial, mengirim pesan atau ancaman yang menyakitkan melalui platform chatting , menuliskan kata-kata menyakitkan pada kolom komentar media sosial, atau memposting sesuatu yang memalukan/menyakitkan, meniru atau mengatasnamakan seseorang (misalnya dengan akun palsu atau masuk melalui akun seseorang) dan mengirim pesan jahat kepada orang lain atas nama mereka. Bullying secara langsung atau tatap muka dan cyber bullying seringkali dapat terjadi secara bersamaan. Namun, cyber bullying akan meninggalkan jejak digital – sebuah rekaman atau catatan yang dapat berguna dan memberikan bukti ketika membantu menghentikan perilaku salah ini.”

Hal tersebut tentunya sangatlah mengancam kehidupan manusia. Beberapa penyebab dari cyber bullying antara lain, merasa kesal, malu, bodoh, bahkan marah, merasa malu atau kehilangan minat pada hal-hal yang kamu sukai, lelah (kurang tidur), atau mengalami gejala seperti sakit perut dan sakit kepala. Perasaan ditertawakan atau dilecehkan oleh orang lain dapat membuat seseorang tidak ingin membicarakan atau mengatasi masalah tersebut. Dalam kasus ekstrim, cyber bullying bahkan dapat menyebabkan seseorang mengakhiri nyawanya sendiri.

Banyak sekali hal menakutkan lainnya yang akan terjadi jika cyber bullying terus dilakukan oleh manusia. Bahkan Silvarani, penulis dari Indonesia pernah berkata “Teknologi itu diciptakan untuk mempermudah hidup orang lain, kan? Bukannya membuat orang jadi tambah susah atau tambah sesat.” Teknologi bisa saja diartikan secara negatif jika orang menjadi korban cyber bullying . Jika kita lihat, keberadaan teknologi sebenarnya tidak pernah menjadi sebuah kesalahan ataupun malapetaka. Penggunanyalah yang seharusnya disalahkan. Saya tengingat akan perkataan Bernard Baruch tentang teknologi “ Selama hidup saya yang sudah 87 tahun ini, saya telah menyaksikan serentetan revolusi teknologi. Tetapi tidak satu pun diantaranya yang tidak membutuhkan watak yang baik atau kemampuan untuk berfikir”. Kita semua sekarang bisa sadar bahwa penerapan teknologi pada kehidupan sehari-hari, tidak akan bisa menjadi manfaat apabila tidak disatukan dengan watak yang baik dan kemampuan kita untuk berpikir dengan benar.

Tanpa watak yang baik dan kemampuan berpikir dengan benar, segala sesuatu yang kita lakukan akan menjadi negatif. Tidak hanya itu, kita juga akan terbebani dengan pikiran yang bahkan tidak kita ketahui kepastiannya, belum lagi perasaan bersalah yang kita simpan walaupun awalnya mungkin dijadikan bahan jenaka yang membuat banyak orang tertawa. Selama kita masih memiliki hati nurani, kita tentunya tidak akan pernah mau untuk membeani orang lain, apalagi sampai merengut nyawa orang lain hanya karena 1 kesalahannya. Hanya karena beberapa gerakan jari dan amarah sementara yang akan hilang dalam tidak sampai 1 minggu.

Oleh karena itu, sangatlah dibutuhkan bagi kita semua untuk menjunjung tinggi nilai toleransi. Kita tentunya sudah diajarkan untuk menjadi warga negara yang bertoleransi, mengingat negara kita yang berkepulauan, sehingga tentunya banyak sekali bahasa, kebiasaan, maupun adat istiadat. Dari semua yang telah kita pelajari semasa sekolah, pemerintah dan juga guru-guru kita tentunya sangat berharap agar kita menjadi warga negara yang tidak hanya berprestasi, tetapi juga berakhlak baik. Dengan memiliki akhlak yang baik, tentunya segala sesuatu yang kita kerjakan akan berujung ke dalam arah yang positif dan bermanfaat seperti yang telah dikatakan oleh Bernard Baruch tadi.

Dengan poster ini, saya harap kita semua, terutama pelajar- pelajar di negara kita yang akan menjadi penerus bangsa Indonesia, untuk berpikir bijak dan mengutamakan toleransi antar umat manusia saat menggunakan teknologi. Baik sekarang, besok, dan sampai kapanpun. Saya harap dengan poster ini, saya bisa menyadarkan semua rakyat Indonesia untuk dengan bijak menggunakan apa yang telah kita miliki dan terus membanggakan Indonesia, sehingga nama Indonesia dapat dikenal oleh semua orang sebagai negara yang baik dengan rakyat yang luar biasa.

#DictioIsUs #SpeakingUpwithDictio

2 Likes

LIKE JUGA YG SAYA
JUDULNYA {PENDIDIKAN}"PENDIDIKAN DIMASA PANDEMI #dictiiolsus #speakingupwithdictio