Tato Terus Menempel dan Tak Bisa Hilang?

Mengapa tato permanen tidak pernah bisa hilang padahal setiap hari terjadi pengelupasan kulit mati?

Pertanyaan ini akhirnya dijawab oleh tim ahli imunologi asal Perancis.

Setelah tim peneliti menato ekor tikus, mereka menemukan bahwa sistem kekebalan tubuhlah yang berperan menjaga tato agar tidak ikut terkelupas dengan sel kulit mati.

Pigmen tato sudah tertahan di bagian dermis atau di tengah lapisan kulit bersama dengan satu jenis sel darah putih yang disebut makrofag.

Ketika jarum menusuk kulit dan tubuh mulai dirajah, sel respon kekebalan akan berkumpul di sana dan menelan pigmen tinta yang dianggap sebagai sesuatu yang asing sebelum tinta masuk ke dalam jaringan kulit dermis.

Dalam laporan yang diterbitkan Journal of Experimental Medicine, Selasa (6/3/2018), saat inilah terjadi program daur ulang ekstraseluler (komponen paling besar pada lapisan kulit dermis, red) yang membuat tato menjadi bagian permanen dari jaringan seluler.

“Makrofag tidak hidup selama manusia hidup. Ketika makrofag mati dalam beberapa tahun, mereka melepaskan pigmen ke dalam dermis. Pigmen ini kemudian diambil oleh makrofag lain untuk melindungi kulit,” kata Sandrine Henri, peneliti di Centre d’Immunologie de Marseille-Luminity, Perancis, menjelaskan proses daur ulang yang dimaksud kepada Live Science, dilansir Selasa (6/3/2018).

Hasil ini diketahui peneliti setelah mereka merajah garis hijau pada beberapa ekor tikus rekayasa genetika yang makrofag dermalnya mudah ditargetkan untuk penghancuran tanpa menimbulkan risiko mematikan pada tikus.

Selang beberapa minggu, tikus bertato mendapat suntikan untuk membunuh makrofag yang membawa pigmen hijau. Dalam dua hari, semua makrofag pembawa pigmen telah mati, tapi tato masih ada.

Ekor tikus yang ditato tidak berubah. Gambar kiri menunjukkan ekor tikus sebelum periset membunuh sel dalam jaringan kulit dermis dan gambar kanan diambil setelah peneliti membunuh sel yang membawa pigmen tato.
Kredit: Baranska et al., 2018Baranska Ekor tikus yang ditato tidak berubah. Gambar kiri menunjukkan ekor tikus sebelum periset membunuh sel dalam jaringan kulit dermis dan gambar kanan diambil setelah peneliti membunuh sel yang membawa pigmen tato. Kredit: Baranska et al., 2018

Saat diamati lagi, peneliti melihat adanya makrofag baru. Peneliti menduga makrofag baru muncul untuk menggantikan makrofag sebelumnya yang sudah mati.
Hanya dalam waktu 90 hari palung pigmen tato yang tadinya kosong sudah terisi penuh lagi oleh makrofag baru.

“Kemungkinan sebagian besar partikel hijau tetap ada di bagian ekstraseluler, tempat yang sama saat tato ditangkap secara progresif oleh makrofag dermal yang masuk,” tulis peneliti.

Dengan kata lain, partikel pigmen tertangkap dalam semacam program daur ulang seluler yang membuat sebagian besar tinta tidak keluar dari kulit dermis.

Untuk menguji lebih lanjut program daur ulang pigmen, peneliti mecangkokkan kulit dari ekor tikus yang sudah ditato ke tikus putih tak bertato.

Saat mereka mengalisis kulit tikus putih enam minggu kemudian, mereka menemukan bahwa sebagian besar pigmen hijau ditangani oleh sel-sel yang berasal dari tikus penerima cangkok dab bukan tikus pendonor.

Hanya dalam beberapa minggu, makrofag tikus putih sudah menangkap sebagian besar pigmen yang dilepaskan oleh sel tikus pendonor.

“Kami percaya bahwa temuan ini dapat membantu peneliti lain membuat strategi baru untuk prosedur penghapusan tato yang lebih efisien dan kurang menyakitkan,” ujar Henri.

Metode penghapusan tato saat ini menggunakan laser yang dapat memecah partikel pigmen, sehingga memudahkan makrofag untuk mengangkut tinta ke sistem getah bening untuk dibuang.

Proses ini bisa memakan waktu bertahun-tahun. Dalam laporannya peneliti menulis itu karena makrofag sangat mudah menyerap kembali pigmen dari sel makrofag yang lain dan menahan pigmen tetap ada di kulit dermis.

Henri berkata bila ahli mampu selektif dalam membunuh makrofag pada kulit manusia, seperti yang dilakukan pada tikus, hal ini bisa mempercepat proses pembersihan tato.

Ia dan timnya berharap dapat berkolaborasi dengan para ahli kulit di masa depan untuk menguji hipotesis ini pada manusia.

sumber : https://sains.kompas.com/read/2018/03/07/170000623/tato-terus-menempel-dan-tak-bisa-hilang-ini-yang-terjadi-pada-kulit