Sudah Siapkah Kuliah Offline Diadakan?

image

Terlepas dari ranah saintek maupun soshum, sudah beberapa kali muncul berita kuliah akan diadakan secara offline untuk semua rumpun. Hal ini sebenarnya masih perlu dipertanyakan, karena masih tingginya angka penularan virus saat pandemi seperti ini. Menurut kalian para youdics, apakah kuliah sudah siap diadakan secara offline untuk semua rumpun secara serentak?

Sangat siap, karena dengan diadakannya kuliah offline akan memudahkan mahasiswa untuk mendapatkan ilmu, berdiskusi bahkan mengurus berkas untuk sidang. Kebijakan seperti inilah yang sangat dinantikan para mahasiswa. Yang biasanya untuk kuliah online saja banyak materi yang mahasiswa tidak paham dan dosen yang menjelaskan materi yang dipaparkan dalam meeting zoom alakadarnya. Dan kenyataannya dengan diadakannya kuliah online justru tugas dari dosen sendiri jauh lebih banyak ketimbang offline. Ini adalah salah satu hal yang paling dikeluhkan para mahasiswa dengan sistem belajar yang monoton didepan virtual sekaligus kebanyakan mahasiswa lebih memilih untuk mematikan camera dan pergi untuk tidur. Yang menjadikan pembelajan dikelas tidak efektif. Dengan diadakannya kuliah offline adalah salah satu kebijakan yang sangat baik untuk diadakan dan diterapkan dengan situasi Pandemi yang sudah jauh berkurang saat ini dan menjadikan mahasiswa lebih aktif bahkan dapat mengerti apa artinya mencari ilmu yang sebenarnya.

Saya pribadi sangat siap, dan bahkan saat ini saya sedang melakukan kuliah hybrid (Online dan Offline). Dari offline ini saya jadi paham akan materi yang disampaikan oleh dosen, karena saya merupakan tipe orang yang belajar harus f2f dengan guru/dosen.

Jika melihat dari keadaan pandemi covid-19 Indonesia yang sekarang yang dimana sudah banyak masyarakat yang mendapatkan vaksinasi termasuk golongan mahasiswa, maka saya dapat mengatakan jika kita sudah siap untuk melaksanakan perkuliahan tatap muka dengan tentunya menerapkan protokol kesehatan yang ketat alias tidak boleh kendor. Selama setahun lebih, kita para mahasiswa tentunya sudah mulai merasa sangat jenuh dengan pembelajaran secara online yang boleh dibilang monoton dan juga menimbulkan perasaan burnt out di dalam diri kita. Belum lagi ditambah dengan tugas - tugas yang setiap harinya menumpuk. Dan sistem online pun belum tentu menjamin materi - materi perkuliahan yang disampaikan dapat dipahami oleh para mahasiswa sehingga, perkuliahan dengan model seperti ini dirasa tidak begitu efektif oleh banyak kalangan.

Oleh karena itu, selain pembukaan sekolah tatap muka, Pemerintah pun juga harus mulai untuk setidaknya mencoba menerapkan metode perkuliahan secara hybrid dengan menggabungkan sistem tatap muka dan juga sistem daring di Universitas - Universitas di Indonesia mengingat situasi pandemi sudah mulai terkendali dan tentunya tidak meninggalkan prokes. Hal ini saya rasa perlu dilakukan supaya materi perkuliahan yang disampaikan oleh dosen dapat dimengerti dengan baik oleh mahasiswa.

Kalau saya sendiri jatuhnya lebih ke ingin offline daripada siap offline. Saya merasa baik-baik saja dengan sistem pembelajaran daring seperti sekarang ini karena semua hal telah banyak mengalami penyesuaian dan kebanyakan dari itu sudah diterima dengan baik. Namun, ada kalanya ingin merasakan bagaimana kuliah offline diadakan agar setidaknya mendapatkan euforia sebagai mahasiswa pada umumnya.

Namun, karena serasa terjebak dengan sistem daring, saya malah sempat berpikir bahwa PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) tidak masalah untuk dilanjutkan. Bahkan, salah satu dosen saya sendiri mengatakan bahwa beliau sudah terlanjur terbiasa dengan cara mengajar daring karena menurutnya lebih fleksibel dan efisien. Beliau menambahkan bahwa banyak universitas di luar negeri yang menerapkan kuliah online ini bahkan sebelum adanya pandemi. Menurut saya, tidak ada salahnya juga menerapkan sistem baru untuk kedepannya, misalnya hybrid adalah alternatif yang ingin saya coba dibandingkan dengan full offline.

Kalau ditanya siap atau tidak siap, dari mahasiswa sendiri tentu siap. Tapi dari segi keamanan tentu saja berisiko jika dilakukan serentak. Maka keputusan untuk menerapkan sekolah langsung di utamakan kepada sekolah dahulu merupakan keputusan yang baik menurut saya. Karena merupakan tindakan kewaspadaan dari pemerintah.

Sekolah, khususnya sekolah dasar sangat penting bagi anak-anak, karena selain merupakan dasar dari pendidikan, tidak semua fasilitas dimiliki oleh anak-anak sekolah dasar. Misalnya masalah gadget dan internet.

Selain itu masalah perilaku anak yang bebas dapat menjadikan permasalahan bagi minat belajar. Belum lagi orang tua yang tidak memiliki bakat mengajar. Bawaannya pingin gebuk pake sapu aja.

Hal-hal diatas menurut saya bukan masalah bagi seorang mahasiswa, pertama mahasiswa harusnya sudah cukup dewasa dan mandiri mengenai tanggung jawabnya. Seharusnya hampir semua orang setidaknya sudah memiliki smartphone dan internet. Lalu lebih kreatif juga walaupun tidak memiliki gadget, internet ataupun fasilitas lainnya, bisa menggunakan banyak alternatif lain.

Maka seharusnya lebih bisa bersabar lagi, dan mungkin untuk yang studinya praktikum bisa jadi pengecualian.

Siap tidak siap harus siap. Jika memang pihak kampus sudah meminta diadakan pertemuan secara offline, maka mau tidak mau mahasiswa pun harus memenuhi. Saya rasa dengan adanya pandemi yang sudah ada cukup lama, pihak kampus pun tentunya memiliki persiapan yang dapat dikatakan cukup untuk menunjang proses pembelajaran secara offline. Jadi, saya siap untuk berkegiatan offline di kampus.

Saya pribadi merasa siap dan ga siap, karena sudah mulai terbiasa online dan mulai nyaman dengan perkuliahan online. Jujur sih kangen kuliah offline, tapi ketika online gini banyak kegiatan yang bisa dilakukan tetapi jika kuliah offline tidak bisa dilakukan. Mungkin butuh beradaptasi lagi, apalagi mengenai fisik. Saya sudah lama di rumah aja dan jarang keluar, kemungkinan dengan jarak kampus saya yang jauh membutuhkan adaptasi lagi. Berharap sekali bisa semi offline dan semi online.