Stereotype orang tua: Apakah benar gamer tidak memiliki masa depan?

Game atau permainan adalah suatu hiburan bagi kebanyakan orang untuk hanya sekedar mengisi waktu luang dan bersenang-senang. Namun seiring dengan perkembangan zaman, game yang dikategorikan “game online” ini membuka suatu ranah olahraga baru, yaitu e-Sport. Berbagai Developer Game mengadakan turnamen untuk hal ini, bahkan sampai kancah internasional, ex: DOTA2, Starcraft, Counter Strike GO. Hadiahnyapun tidak main-main, ada yang sampai ratusan juta hingga milyaran rupiah hanya untuk kompetisi berbasis e-Sport ini. Lalu apakah benar gamer tidak memiliki masa depan? Bagaimana dengan steorotype orang tua yang mengatakan gamer tidak memiliki masa depan dan apa hubunganya dengan kebobrokan moral?

Memang stereotype orang tua tentang game membuat anak anak malas sudah tidak dapat dihindari. Tapi memang kenyataannya jika individual anak tersebut belum dewasa (belum dapat memilah mana baik buruk atau mengatur seberapa banyak waktu yang digunakan untuk bermain, atau juga bisa menyerap info yang baik dari suatu game dan membuang suatu yang buruk) sangatlah berbahaya jika anak tersebut dibiarkan bermain game tanpa pengawasan dari orang tua. Untuk masalah e-Sport sendiri itu adalah keputusan dari masing masing individu, mau seperti apa ia kedepannya. Jika misalnya ia ingin sekali menjadi pro player dari suatu atau banyak game dan terkenal dari itu, maka sebaiknya ia menyadari modal dan waktu yang harus dihabiskan untuk menjadi pro player. Masalah apakah benar gamer tidak memiliki masa depan, itu relatif. Bagaimana ia sering berkompetisi dengan player player lainnya. Jika sering memenangkan kompetisi profesional, mungkin kedepannya akan sukses. Kebobrokan moral sendiri menurut saya tergantung masing masing individu, itu urusan masing masing pribadi. Bagaimana ia kepada orang tua, saudara atau lingkungan sekitarnya.

Hal ini tergantung dari pribadi masing-masing. Karena saya sendiri percaya bahwa apapun yang dilakukan dengan serius, sekalipun bermain game, pasti akan membuahkan hasil.

Anda bisa membaca thread berikut tentang dampak negatif dan positif dari bermain game.

Tidak heran jika orang tua kita pada saat ini selalu menganggap game adalah hal yang membuang-buang waktu saja. Menurut saya hal itu wajar, karena pada zaman orang tua kita masih muda, perkembangan game tidak seperti sekarang.

Hal yang sedang marak di dunia game pada saat ini adalah e-sport, salah satu ajang olahraga gaming internasional yang berhadiah jutaan dolar. Jika saja Indonesia lebih bisa mendukung perkembangan e-sport, para gamer-gamer dapat mendapatkan hasil daripada hanya bermain membuang-buang waktu dan uang saja.

Sehubungan dengan masalah kebobrokan moral, menurut saya, sekali lagi hal ini tergantung pada individu masing-masing. Terlalu banyak bermain game juga dapat membuat seseorang menjadi anti sosial, ataupun menjadi malas untuk melakukan apapun termasuk kewajiban agama.

Peran orang tua sangatlah penting untuk mengawasi anaknya ketika bermain game. Karena dari pengalaman saya bermain game online, tidak jarang saya di bully. Blaming ataupun Flaming. Jadi game-game online harus disetarakan dengan usia anak. Dengan begitu, anak yang masih kecil dapat terhindar dari banyaknya perkataan-perkataan yang kurang layak disebut sehingga anak kecil tidak dapat meniru dan menjadikannya suatu kebiasaan.

1 Like