Contoh startup yang dapat dikatakan sukses adalah Tiket.com.
Tiket.com didirikan bersama sekumpulan rekanan pada Agustus 2011. Bisnis online travel agency (OTA) dilirik karena saat itu belum ada OTA lokal.
Untuk mengukur kesuksesan sebuah startup, terdapat tiga kategori yang dapat diukur:
Ukuran Finansial:
Tiket.com mendapatkan komisi dari setiap transaksi. Komisi paling besar didapat dari pemesanan hotel. Komisi dari pemesanan tiket pesawat terbang berada di tengah dan komisi dari pemesanan tiket kereta api paling kecil. Komisi yang didapat Tiket.com dari pemesanan hotel adalah antara 17 - 25%, tiket pesawat sekitar 3 - 4% atau bahkan nol, tiket event 3 - 4,5%, sedangkan kereta api menetapkan komisi fixed sebesar Rp7.500 per transaksi.
Tiket.com terus berkembang dan akhirnya pada tahun 2013, dua tahun setelah didirikan, situs ini meraup omzet hingga 13 kali lipat omzet tahun sebelumnya. Untuk besar omzet, berada di kisaran ratusan juta dolar AS (setara triliunan rupiah) pertahun.
Ukuran Penerimaan Pengguna:
Sepanjang tahun 2014, Tiket.com berhasil mencapai 1,9 juta transaksi pemesanan tiket dan kamar hotel. Angka ini ditargetkan tumbuh sampai tiga kali lipat di akhir 2015.
Menurut data yang diperoleh, pengguna Tiket.com pada tahun 2017 telah menyentuh 2 juta pengguna, dan yang mengunduh aplikasi Tiket.com pada tahun 2017 telah mencapai 1,5 juta unduhan. Tiket.com juga sesumbar tentang ambisi mereka bahwa pada tahun 2018, aplikasi Tiket.com mencapai sepuluh juta unduhan.
Menurut Gaery Undarsa, co-founder dan CCO Tiket.com, fokus Tiket.com saat ini adalah meningkatkan penjualan dan memperbesar market share. Mereka pun berkomitmen menjaga kepuasan pelanggan dengan menyediakan 100 staf di call center dan customer service. Selain itu, mereka bakal menggencarkan promosi dan pemasaran, baik online maupun offline.
Ukuran Bisnis:
Belum ada referensi yang menyediakan data spesifik mengenai CAC dan LTV dari Tiket.com. Tetapi, terdapat beberapa strategi bisnis yang dilakukan Tiket.com.
Tiket.com melakukan pengiklanan pada media tradisional seperti TV, koran, dan billboard. Tapi, budget Tiket.com lebih banyak digunakan pada digital marketing karena lebih measurable. Setiap rupiah yang dikeluarkan bisa diukur akan mendapat berapa.
Strategi bisnis yang diterapkan Natali Ardianto, co-founder dan CTO Tiket.com, cukup berhasil, dimana ia menganggap kesuksesan sebuah startup terletak pada sistem pemasarannya. Ia dan rekannya cukup gencar mempromosikan Tiket.com melalui platform pemasaran online seperti, Google Adword, Fb Ads, dan iklan Billboard.
Kunci kesuksesan lain yang dipegang dengan teguh oleh Natali adalah mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mengeluarkan atau menyimpan dana investasi. Ia mengatakan perlu adanya kontrol dalam membatasi pengeluarannya.
Selain itu, kunci kesuksesan lainnya yang dipegang teguh oleh Natali adalah mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mengeluarkan uang sebagai investasi. Ia menjelaskan bahwa perlu ada kontrol yang ketat dalam membatasi pengeluarannya dan sebaiknya jangan memulai investasi baru sebelum Anda memanfaatkan investasi awal Anda sebaik-baiknya.
Tiket.com menyayangkan kompetiitor yang melakukan upaya marketing yang jor-joran dan melakukan subsidi harga tiket supaya jauh lebih murah daripada pesaing. Menurut Gaery, strategi ini adalah strategi âbuang duitâ dan model bisnis seperti ini kurang baik bagi keseluruhan industri OTA. Dampaknya bisa mengakibatkan perang harga dan peningkatan cost of marketing. Tetapi, tantangan ini dianggap masih kalah kecil bila dibandingkan dengan besarnya peluang dan potensi bisnis OTA yang masih belum terbatas, setidaknya sampai dua atau tiga tahun ke depan. Gaery menghimbau bisnisnya harus profit oriented.
Referensi: