Simpul Tali Hati

Cinta kepada seseorang merupakan hal yang lumrah bagi setiap insan. Setiap orang berhak untuk memiliki perasaan yang berbeda terhadap lawan jenis. Justru jika tidak pernah merasakan jatuh cinta akan dianggap abnormal oleh sebagian orang. Cinta itu bagaikan mata pelajaran sejarah yang selalu menciptakan sebuah kenangan dan akan selalu diingat hingga kelak kemudian.

Cinta juga seperti pelajaran matematika yang terkadang sukar untuk diuraikan. Pengalaman dari orang yang pernah merasakan, cinta butuh perjuangan juga keikhlasan. Terkadang karena cinta, seseorang dapat menjadi pribadi yang lebih semangat. Namun, terkadang cinta juga dapat menjerumuskan seseorang pada kemaksiatan.

Satu kata ini memang memiliki sejuta makna bagi sang pemiliknya. Berbagai perasaan akan terukir indah dalam relung hati tatkala berpapasan dengan yang namanya cinta. Suka duka pun pasti terlukiskan. Berbagai konsekuensi menjadi bumbu setiap ikatan cinta. Bisa jadi mawar bunga menghiasi atau justru tajam duri menyertai. Fenomena yang sering terjadi adalah putus nyambung. Kira-kira apa yang mendasari seseorang mudah untuk mengatakan putus kemudian tidak sukar untuk nyambung kembali?

Seringkali cinta dimaknai sebagai perasaan suka terhadap seseorang. Padahal, cinta disini memiliki makna yang begitu luas. Cinta terhadap diri, cinta terhadap waktu, cinta terhadap orang tua, cinta terhadap teman, dan masih banyak lagi.

Namun diantara banyaknya cinta yang menghinggapi manusia, inilah cinta yang paling sempurna serta lebih dari segalanya. Ya, cinta kepada Allah SWT. Jika kita berbicara mengenai cinta terhadap anak adam, tentu akan terjadi sebuah ikatan seperti tali yang terkadang putus lalu nyambung kembali. Lain halnya dengan cinta kepada Sang Pemberi Rasa, segalanya akan berarti. Meski mungkin terkadang iman kita labil, namun mencintai Allah SWT. adalah hal pertama yang harus ada dalam hati sebelum menaruh hati yang lain.

Allah SWT. Maha Pencinta atau dalam Asmaul Husna Al-Waduud: ( الودود ) Maha Pencinta / Maha Menyayangi. Apabila Allah s.w.t. cinta kepada kita maka seluruh makhluk di langit dan di bumi akan mencintainya bertepatan dengan hadis dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda yang bermaksud:

“Jika Allah s.w.t. mencintai seseorang hamba, maka Jibril berseru, “Sesungguhnya Allah s.w.t. mencintai Fulan, maka cintailah dia!” Maka para penghuni langit mencintainya, kemudian dijadikan orang-orang yang menyambutnya di muka bumi.” [Riwayat Bukhari dan Muslim]

Dalam Sunan Abu Daud dari hadith Abu Dzar r.a., dia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Amal yang paling utama ialah mencintai kerana Allah s.w.t. dan membenci kerana Allah s.w.t.”

Imam Ahmad berkata:

“Kami diberitahu oleh Isma’il bin Yunus, dari Al-Hassan r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Demi Allah, Allah s.w.t. tidak akan mengazab kekasih-Nya, tetapi Dia telah mengujinya di dunia.”

Bagaimanakah yang dikatakan hakikat cinta itu? Apakah dimana-mana terbayang wajahnya? :thinking:

Jika ada insan sedang mencintai sesuatu atau seseorang, maka tidak menutup kemungkinan beliau akan senantiasa mengingatinya di hati bahkan sampai-sampai selalu terngiang dimanapun dan kapanpun. Oleh yang demikian, Allah SWT. memerintahkan hamba-hamba-Nya segera mengingati-Nya dalam keadaan apa sekalipun sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT.:

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan sesuatu pasukan (musuh) maka hendaklah kamu tetap teguh menghadapinya, dan sebutlah serta ingatilah Allah (dengan doa) banyak-banyak, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan).” [Al-Anfaal:45]

Tunduk pada perintah orang yang dicintainya dan mendahulukannya daripada kepentingan diri sendiri.

Jadi singkatnya, mencintai seseorang merupakan fitrah seorang manusia. Namun, kita harus bisa menerima segala konsekuensi yang akan terjadi. Mulai dari perasaan gembira hingga terluka. Jadi, jika suatu ketika kita mendapat ujian sedang berada dalam masa-masa “galau” karena cinta, mungkin disini kita harus bisa interospeksi diri. Apakah diri kita sudah mencintai Allah SWT. lebih dari kita mencintai seseorang? Atau justru kita mencintai seseorang hingga lupa akan anugerah cinta dari Sang Maha Kuasa? Karena sesungguhnya cinta yang sejati adalah "Cinta Karena Allah SWT. "

1 Like