Sikap apa yang harus diambil ketika merasa salah jurusan?

Jika sudah merasa salah jurusan adalah ambil sikap. Pikirkan baik-baik tentang sikap yang akan anda ambil. Kalau anda ingin bertahan, ubah semua pemikiran anda. Ambil sisi positif dari jurusan tersebut, ciptakan banyak kesempatan dengan mencari relasi maupun tutor untuk dapat tetap survive pada jalan yang ditempuh. Cepat atau lambat anda akan menemukan titik dimana semua akan berubah semakin baik dan anda akan yakin bahwa jurusan itu tetap memilki kelebihan. Kalau merasa ga tahan, ya anda bisa memilih opsi berhenti. Balik arah terus kejar apa yang sebenarnya pingin anda lakuin. Kedua opsi tersebut emang ngga ada yang mudah, makanya saya lebih menyarankan pemikiran yang masak di awal, daripada ujungnya ribet sendiri kan?

Nah setelah penjabaran diatas saya yakin anda pasti akan berpikir 2 kali untuk mengambil sikap. Tapi apapun yang anda pilih, lakukan semua itu dengan bertanggung jawab. Buat para petinggi diluar sana percaya bahwa lulusan di Indonesia layak untuk mendapatkan tempat. Mereka ngga mau tahu tentang anda yang salah jurusan atau ngga, mereka cuma ingin tahu anda bisa apa ngga. Jadi lakukan yang terbaik dimana pun dan kapan pun, usaha ngga pernah mengkhianati tuannya. Terpenting? Pikirin masak-masak ya dalam memilih jurusan karena itu yang sedikit banyak akan menuntun anda ke dalam batas tertinggi yang diinginkan.

Keep moving forward!

4 Likes

Pertanyaannya adalah apakah memang anda benar benar salah dengan pilihan yang saat ini anda jalani ataukah hanya karena masalah kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru yang sangat berbeda dengan dunia sma. Dan terus bagaimana, apakah satu-satunya jalan adalah dengan harus berhenti dan mencoba peruntungan di tahun depan yang kita juga tak tahu pasti apakah bisa masuk ke jurusan yang kita benar benar mau. Sebenarnya ada 2 pilihan yaitu dengan tetap melanjutkan dengan apa yang anda jalani saat ini atau memilih menjalani jurusan yang lain dengan tujuan yang baru. Dan mana jawaban yang benar diantaranya keduanya yang bisa menentukan adalah diri anda sendiri.

Apapun keputusannya adalah anda akan mengorbankan beberapa hal yaitu waktu dan tenaga, biaya yang dikeluarkan dan pastinya masa depan yang pastinya juga belum jelas. Maka dari itu keputusan yang akan anda ambil harus diri anda sendiri yang memutuskan, setiap orang punya prioritas nya sendiri diri dan menurut saya anda sudah cukup dewasa untuk dapat menentukan keputusan yang tepat untuk masa depan yang anda akan jalani

6 Likes

Kuliah adalah masa dimana seorang siswa berganti titel yang telah ia miliki selama 12 tahun sekolah menjadi mahasiswa. Maha yang dalam KBBI artinya adalah sangat atau amat, dijadikan gelar tambahan siswa. Artinya adalah sikap atau perbuatan seorang mahasiswa dalam menyatakan suatu pilihan atau pendapat pun harus disertai pertanggungjawaban dan kedewasaan.

Sikap menyesal ketika merasa salah jurusan merupakan pilihan sikap yang tidak tepat. Keinginan pindah jurusan pun harus disertai alasan yang kuat sebelumnya. Memilih jurusan, pada awalnya pasti telah memikirkan konsekuensi masing-masing yang telah dipilih. Pikirkan lagi alasan-alasan kuat tersebut, jika hanya karena bosan sesaat dan merasa bahwa kuliah terasa sulit, seharusnya menyadari bahwa kuliah dimanapun dan jurusan apapun pasti tidak mudah kecuali jika kita bersungguh-sungguh. Tidak ada yang bisa menjamin seseorang berhasil ketika memilih jurusan yang sesuai dengan passion-nya. Seharusnya, menjalankan apa yang telah dipilih, serta mempertimbangkan dengan penuh kedewasaan ketika merasa ingin mengulang atau pindah jurusan. Mempertimbangkan apa yang telah dijalankan selama masa kuliah, prestasi yang telah diperoleh, dan ilmu-ilmu yang telah didapatkan selama masa kuliah.

Lebih baik bertahan, lanjutkan, dan perjuangkan sampai selesai. Pikirkan kembali dana yang telah dikeluarkan, tenaga yang telah dicurahkan, serta waktu yang telah terbuang. Kasus serupa, apabila merasa salah jurusan karena tidak sesuai dengan passion atau prospek bekerja untuk masa depan maka pilihan untuk pindah jurusan adalah pilihan yang kurang benar. Alasannya adalah ijazah yang diterima hanya di kuliah saja, namun ilmu-ilmu bermanfaat tidak hanya dominan dan diperoleh secara text book saja.

Alasan lain bahwa terkadang pekerjaan yang diinginkan selama kuliah bisa berbanding terbalik dengan apa yang telah dipelajari, namun beberapa ilmu pasti akan terus digunakan jika selama masa kuliah tersebut ditekuni secara sungguh-sungguh dan berusaha untuk fokus menyelesaikan dengan baik. Pada akhirnya, barangkali setelah melewati segala masa kuliah yang telah dijalanin, akan mendapatkan sesuatu yang lebih dari apa yang anda bayangkan di jurusan impian anda. Namun, keputusan yang sesungguhnya adalah diri anda sendiri yang memutuskan dan harus menerima segala konsekuensi atas pilihan yang telah dipilih.

7 Likes

Sebelumnya salam kenal Julia , topik yang sangat menarik untuk diperbincangkan.

Sebenarnya kata " salah jurusan " itu kurang begitu tepat . Kenapa saya mengatakan seperti itu , karena kita yang memilih jurusan tersebut dan tahu tentang konsekuensi itu sebelumnya. Kebanyakan kasus yang kita temukan di lingkungan kampus sekarang adalah bagi para mahasiswa yang merasa salah jurusan karena mereka masuk di pilihan ke-2 atau malah di pilihan ke-3. Jujur menurut saya pribadi hal ini lumrah lumrah saja , karena menaruh pilihan ke-2 dan ke-3 itu bukan main-main , pasti ada pertimbangan yang sangat serius sebelumnya Mungkin kata yang tepat untuk menyatakan kondisi seperti ini lebih ke sulitnya penyesuaian metode pembelajaran , dimana kita memerlukan adaptasi untuk menghadapi masa transisi dari metode pembelajaran di SMA ke masa Perguruan Tinggi. Pada hakikatnya kuliah di jurusan sebagus apapun pastilah kita akan menemukan mata kuliah yang membuat kita berkata " Aduh , ini materi tentang apa sih ? " , " Males banget belajar ini ." , " Susahnya minta ampun " dan itu semua adalah hal yang sangat wajar .

Sebagai tambahan , sewaktu dulu saya pernah mendengar pemateri menyampaikan hal seperti ini , " Ketika Anda tercemplung ke dalam lautan dan ikut merasakan arusnya , mungkin pada awalnya Anda akan merasa kesulitan beradaptasi dan seakan-akan ingin menyerah saja , namun pada akhirnya lambat laun Anda pasti akan bisa beradaptasi dan bisa untuk berenang untuk bisa survive dari kondisi ini " .
Nah dari sini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa ketika kita merasa salah pilih jurusan dan jurusan itu sangat tidak mencerminkan jati diri kita seutuhnya , yang harus kita lakukan hanyalah perlunya kesabaran untuk beradaptasi dan mulai perlahan lahan untuk mengkikuti kemana " arus " ini akan membawa kita dan jangan lupa untuk tetap bersyukur dan mengingat Tuhan YME serta doa restu kedua orangtua.

dan sebagai penutup , semoga cuplikan artikel dibawah ini bisa membuka pikiran kita bahwa ketika kita merasa salah jurusan , itu bukan akhir dari segalanya .

"Ijazah hanya bisa didapat lewat kuliah, tapi ilmu bisa didapat dengan berbagai cara "

Ingat artikel tentang perusahaan Google yang gak butuh ijazah? Nah, kamu masih punya kesempatan yang lebar untuk menggapai pekerjaan impianmu meski latar pendidikanmu gak sejalan. Kecuali profesi yang kamu inginkan itu butuh keahlian yang spesifik–seperti dokter, insinyur, ahli ekonomi, ahli bahasa, atau pengacara–kamu bisa kok mempelajari ilmunya secara mandiri atau otodidak.

Jadi, sembari berusaha merampungkan studimu dengan sebaik mungkin, kamu bisa memanfaatkan waktu luangmu buat mengasah skill yang penting buat menggapai rencanamu nanti

4 Likes

Salah jurusan ? Mungkin pada saat kita memilih jurusan, ekspetasi yang kita pikirkan dengan kenyataan sangat berbeda pada saat kita menjalaninya di bangku kuliah. Oleh karena itu banyak mahasiswa yang merasa banyak salah pilih jurusan tersebut. tetapi sebagai mahasiswa yang siap merubah diri sendiri, orang lain dan bangsanya, kita sebagai mahasiswa harus tetap menjalani sepenuh hati, ikhlas, dan tetap semangat untuk mewujudkan cita cita awal kita, agar semuanya tercapai dengan tidak adanya rasa keterpaksaan dan stress di dalam diri pribadi masing masing.

3 Likes

Terimakasih atas jawaban yang sangat memuaskan, pikiran saya menjadi terbuka saat membaca tulisan anda. Dilihat dari pemaparan awal anda, kita tidak bisa mengabaikan beberapa orang yang tidak memilih jurusan mereka dengan pertimbangan yang matang. Kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa banyak orang yang memilih jurusan mereka hanya karena mereka takut bersaing dengan orang orang yang memilih jurusan yang mereka inginkan. Saya contohkan dengan kasus, jika seandainya A ingin masuk kedokteran, tapi melihat ketatnya persaingan akhirnya A lebih memilih mengikuti seleksi jurusan teknik karena ia merasa lebih mudah.

Disinilah yang saya maksudkan dengan salah jurusan. Tidak bisa dipungkiri kasus sejenis ini sering terjadi dikalangan mahasiswa baru. Saya setuju bahwa banyak hal yang kita sukai bisa dipelajari secara otodidak, tapi mari kita lihat dari fakta yang ada. Mungkin Google tidak memerlukan ijazah untuk perekrutan pegawainya, tapi apakah semua perusahaan menerapkan sistem seperti itu?

Saya sangat setuju dengan qoute yang anda kutip

Namun, jika dipertimbangkan lagi, apakah tetap menjalani apa yang bukan passion kita, dan menerapkan sistem otodidak itu sendiri adalah hal yang paling efektif?

4 Likes

“Aku gak mau kuliah sampai aku masuk fakultas/jurusan yang aku mau!” “Gimana mau dapet nilai bagus kalo kuliahnya ga sesuai minat kita?” “Ini kan bukan SMA lagi, jadi kuliahnya harus benar-benar sesuai minat kita!” “Ini kan kuliah, jadi jangan ambil jurusan yang kita ga minat, nanti kamu gak kuat!”

Ya kurang lebih seperti itulah keluh kesah manja para lulusan SMA yang salah jurusan .

Tanpa berpanjang-lebar, Saya paling tidak suka dengan keluhan orang seperti itu, kenapa? Allah Maha Tahu. Siapa yang tahu kalau suatu saat nanti dia justru sukses di jurusan yang saat ini dia salah masuk?

Guys, simplenya ya kita yang mengikuti dunia, bukan dunia yang mengikuti kita. Alhamdulillah banget kita masih bisa kuliah, dengan biaya kuliah yang tentunya tidak sedikit. Coba kita lihat diluar sana, masih banyak ratusan bahkan ribuan orang yang ingin masuk ke jurusan kita ini. Pernah gak sih kalian pikir gimana perasaan mereka yang kalah saing dengan kita? Makanya tambahin lagi syukurnya, bro.

Jujur saja, fakultas saya sekarang adalah fakultas ilmu komputer, dan saya sama sekali tidak ada minat dan tidak menyangka saya bisa keterima di fakultas yang sehebat filkom ini. Ya, fakultas ekonomi dan bisnis adalah fakultas yang saya idam idamkan…bukan dari SMA, tapi dari SMP! Tapi saya selalu ingat pesan orang-orang terdekat saya yang meminta saya untuk lebih bersyukur…

Sekarang nasi sudah jadi bubur, dan sekarang jadi tugas kamu untuk membuat bubur itu menjadi lebih enak dari bubur-bubur lainnya. Hidup jangan terlalu banyak lihat ke atas, sering-seringlah lihat ke bawah… Semoga membantu.

5 Likes

Memilih jurusan tentunya harus dipilih sesuai minat dan jurusan yang diambil pada saat SMA, jangan saja mengambil jurusan karena jurusan tersebut ada pada universitas negeri dan mengutamakan gengsi.

Menurut saya apabila merasa salah jurusan dan minat belajar juga berkurang sehingga menghasilkan nilai yang kurang memuaskan lebih baik mengikuti test masuk perguruan tinggi lagi untuk memilih jurusan yang sesuai, namun mengikuti test masuk perguruan tinggi lagi juga harus mempertimbangkan waktu dan biaya yang sudah dikeluarkan.

2 Likes

Apapun keputusan yang sudah diambil pasti ada positif dan negaifnya, semua kembali lagi ke pribadi masing-masing. Ada kalanya teman yang ketika dia sadar bahwa jurusan yang dia ambil salah, langsung dia ambil langkah seribu untuk segera pindah ke jurusan yang dia inginkan, toh dari segi finansial dan keluarganya tidak keberatan atas keputusannya.
Tetap semangat apapun yang terjadi pada diri kita, yang menurut kita tidak baik bisa jadi itu yang terbaik menurut Tuhan, dan menurut kita baik belum tentu itu baik buat kita.

1 Like

Kalau salah jurusan, layaknya naik krl, bis atau angkot… maka ikuti dulu aturan di moda transportasi itu. Hhe… kalau kereta berhentinya di stasiun, kalau bis di halte, kalau angkot lebih banyak tempat. Ini salah satu kelemahan sistem pendidikan tinggi kita. Seharusnya ada fasilitas untuk ganti atau transfer kredit ke jurusan tertentu di universitas yang sama. Kalau nggak salah di bbrp universitas luar negeri ada istilah jurusan mayor dan minor. Kalau minor lebih mudah ganti daripada jurusan mayor. Tapi mereka sudah lebih dini penjurusannya, sejak SMP bersiap milih jurusan SMA. Nggak seperti kita yg penting jurusan IPA dulu, nanti kuliah bisa ke jurusan IPS. Mbok ya dipertimbangkan lebih jauh. Pengetahuan itu semakin banyak dan luas, mau nggak mau kita harus spesialisasi. Dan mengurangi belajar pengetahuan yg kita tidak minati. Kenapa? Agar ilmu tak terpakai bisa ditekan.

1 Like

Saya adalah salah satu orang yang merasa istilah “salah jurusan” hanyalah tameng yang digunakan seseorang ketika merasa kesulitan menjalani perkuliahannya, padahal semua pasti mengalami kesulitan masing-masing terlebih di masa transisi dari kehidupan seorang siswa ke kehidupan 'maha’siswa. Tidak ada yang salah seharusnya ketika seseorang dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan memilih jurusannya sendiri, misal sebelum mendaftar ia punya kesempatan memilih 3 jurusan berbeda, tentu yang akan ia pilih adalah 3 jurusan favoritnya (dan paham bahwa jika tidak lulus di pilihan pertama, ia akan lulus di pilihan kedua atau yang ketiga). Jadi, ketika pilihan itu adalah atas keinginan dan pemikiran sendiri, apa masih bisa disebut ‘salah jurusan’? Yang salah justru adalah sikap kurang berusaha untuk adaptasi dengan lingkungan kampusnya, dan/atau kurangnya kesadaran bahwa dibanding tingkat sekolah sebelumnya tentu kehidupan perkuliahan akan jauh lebih ‘sulit’.

Saya sendiri adalah orang yang sempat merasa ‘salah jurusan’, padahal jelas-jelas jurusan kuliah saya adalah jurusan yang sesuai dengan hobi dan prestasi yang sering saya raih selama sekolah. Setelah saya renungi lagi, ternyata saya berpikir salah jurusan hanya karena kelelahan dan merasa kuliah itu begitu sulit di semester pertama sebagai mahasiswa, yang pastinya mau di mana pun saya kuliah tetap akan merasakan hal seperti ini juga. Akhirnya saya ingat-ingat kembali hal baik apa saja yang sudah saya dapatkan sejauh perkuliahan dimulai untuk mengusir pikiran salah jurusan tadi, mengingat-ingat sudah banyak teman baik yang saya kenal, pengetahuan dan pengalaman baru yang saya dapat, waktu+biaya+tenaga+pikiran yang saya gunakan, dan terutama—bagi anak rantau—momen haru saat orang tua melepas saya untuk kuliah di luar kota. Setelah sudah mengumpulkan hal-hal baik tersebut, mudah-mudahan hari-hari perkuliahan bisa dijalani dengan lebih semangat tanpa dihantui istilah ‘salah jurusan’ lagi.

Kunci lainnya yaitu ikhlas, ketika sudah bisa ikhlas menjalani, apa pun pasti terasa lebih indah dan mudah. Mungkin Tuhan sudah mengatur kita untuk ada di jurusan tertentu karena memang itu tempat terbaik untuk kita. Bersyukurlah bisa menuntut ilmu di pilihan yang kita pilih sendiri. Seiring waktu bergulir, pasti kita mulai bisa ‘mencintai’ jurusan tersebut.

1 Like

salah jurusan merupakan hal yang pada awalnya akan seperti mimpi buruk yang tidak bisa di terima. Sulit menyesuaikan dengan keadaan di tambah terkadang berpengaruh kepada diri kita yang sulit menerima pertemanan. satu hal yang saya pelajari ketika saya merasa salah jurusan adalah ketika kita merasakan hal tersebut jangan menyalahkan diri sendiri tapi coba untuk berdiskusi. karena terkadang kita juga merasakan hal tersebut karena faktor diri kita sendiri yang menolak dan enggan untuk mencoba sehingga menutup pintu pintu atau peluang lainnya. dengan kamu belajar di satu jurusan bukan berarti kamu gabisa belajar banyak hal atau harus menyudahi hal yang kamu mimpikan. maka menurut saya jalani dan ikhlas adalah jalan terbaik dalam menghadapi ini, namun jika memang sudah tidak bisa dan dengan pertimbangan dan juga persetujuan orang sekitar mu terutama orangtua silahkan pilih jalanmu namun tetap harus dengan pertanggung jawaban.

1 Like

Salah jurusan sudah menjadi hal yang biasa. Ada yang salah jurusan ketika SMA atau SMK ataupun kuliah. Saya sendiri juga salah memilih jurusan pas SMA. Seharusnya saya mengambil jurusan IPS, namun saya malah mengambil IPA. Akan tetapi, sikap yang saya ambil yaitu tetap saya jalani. Selagi ada kesempatan, maka berusahalah mengubah kondisimu menjadi apa yang kamu mau. Jika kamu mengetahui bahwa keadaan sudah tidak bisa terjadi perubahan maka belajar bersyukur dan mempersiapkan diri untuk langkah selanjutnya. Walaupun saya memilih SMA IPA, saya tetap mempelajari pelajaran IPS agar bisa memasuki jurusan kuliah yang saya inginkan. Jika anda telah salah memilih jurusan kuliah dan tidak bisa mengubahnya lagi, sebenarnya anda bisa mengikuti berbagai pelatihan atau lomba mengenai jurusan yang anda sukai. Sehingga, ketika kamu sudah terjun ke dunia kerja, kamu punya peluang untung mendapatkan kerja yang kamu sukai. Tapi, kalau seperti itu, jurusan yang saya pilih di awal menjadi tidak berguna dong? Oh bukan begitu. Pasti berguna dong. Nah misalnya kamu mau masuk jurusan akuntansi, tetapi kamu malah memilih SMA IPA. Maka kamu yang SMA IPA akan lebih terbiasa menghitung daripada kamu yang di SMA IPS. Tidak ada yang sia-sia dan tidak ada yang tidak bisa, jadi ayo berusaha.

1 Like

Saya sepakat dengan pendapat anda, kita harus bersyukur atas apa yang telah kita pilih. Hal mendasar yang mungkin harus kita tanamkan pada diri kita adalah seberapa banyak tenaga atau material yang telah kita keluarkan untuk masuk pada jurusan tersebut.

Ketika kita sudah memilih sesuatu harus tetap dijalani, karena masih banyak orang diluar sana yang tidak seberuntung kita untuk bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi yaitu dibangku kuliah.

Mungkin saat ini masih belum merasakan manfaat dari sesuatu yang dipilih, namun suatu hari nanti kamu akan sadar bahwa “Oh ini ya ternyata untungnya aku masuk jurusan A, Oh ini ya manfaat aku masuk jurusan ini dll.”

Tetap jalani, tingkatkan keahlian, cari relasi yang banyak, ikuti kegiatan-kegiatan positif, aktif organisasi dan perlombaan, berani mencoba hal baru menjadi cara-cara untuk menemukan manfaat jurusan yang kamu pilih.

1 Like

Sekarang ini banyak komunitas di Indonesia. Nah ini bisa kamu manfaatkan untuk belajar hal-hal baru yang sesuai minatmu. Tak jarang komunitas-komunitas itu juga sering mengadakan event knowledge sharing. Dengan kamu ikutan event mereka, kamu bisa bekajar banyak. Tak hanya itu kamu juga bisa networking dan terhubung dengan praktisi/ahli di bidang yang jadi minat kamu melalui komunitas tsb.

Btw better kamu tetap lanjut tapi yah itu menyeimbangkannya dengan join di komunitas atau event2 knowledge sharing.

Namun kalo kamu udah bener2 mentok, yah up to you jika memang mau berhenti. Akan tetapi sebelum switch bidang atau berhenti, analisa dulu SWOT-nya dan sholat Istikharah (jika muslim), yow…

2 Likes

Sebelum pengambilan keputusan untuk memilih beberapa pilihan jurusan, sebagai calon mahasiswa seharusnya kita sudah memikirnya matang-matang. Sehingga ketika kita diterima pada pilihan pertama, kedua atau ketiga, setidaknya itu lah memang pilihan kitakarena kita sendiri yang bisa memilih jurusan apa saja yang kita daftarkan.

Kemudian pentingnya penggalian informasi terhadap jurusan tersebut, apa yang akan dipelajari, pentingnya mempelajari ilmu bidang itu, dan sesuai tidaknya dengan minat kita seharusnya sudah kita pelajari matang-matang dan memantapkan hati.

Adapun ketika kita sudah terlanjur diterima pada jurusan di perguruan tinggi, dan ke belakang akhrnya merasa menyesal karena tidak sesuai ekspektasi, kita harus menetapkan keptuusan lagi. Pertama, menerima dengan ikhlas dan lapang dada karena kita ditempatkan pada jurusan apa adalah kehendak dari Allah, dan memang rencana Allah selalu yang tebaik pada hambaNya. Kita tidak tahu mana yang paling baik, tapi Allah mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Kedua, ketika belajar pada jurusan tersebut membuat kita merasa tidak sesuai dengan target yang ingin dicapai, dan daripada mengalokasikan waktu pada sesuatu yang bukan menjadi target, ya boleh saja kita untuk tidak menetap pada jurusan tersebut. Apapun pilihannya, semua ada resiko dan pertanggungjawabannya masing-masing yang harus ditanggung…

2 Likes

haha bener banget yuk pasrah ke tuhan aja. Manusia selalu dihadapkan dengan pilihan oleh karena itu memiliki sikap yang sesuai dengan tantangan pilihan yang dihadapi menjadi seni kehidupan tersendiri. Yha, aku salah jurusan… gimana dong

Saya sepakat dengan @maydina, salah jurusan bisa digantikan dengan ikutan komunitas atau aktif ikutan knowledge sharing dari seseorang atau komunitas dengan passion sama seperti yang kita sukai. Eh tapi fyi, terkadang kita sendiri tidak bisa memahami apa yang kita inginkan loh. Sebab kalau berdasarkan filsuf absurditas Albert Camus, hidup adalah serangkaian pencapaian keinginan yang tidak pernah tuntas dan jelas. Hayo coba diingat lagi, mengapa memutuskan mengambil jurusan tersebut?

Nah terus gimana dong kalau memang tidak sesuai jurusan yang sudah dijalani dengan kemampuan diri sendiri. Hei, kamu udah keren karena paham bagaimana kemampuanmu sehingga bisa memutuskan dalam benak bahwa ah, aku salah jurusan cobalah bersyukur terlebih dahulu karena akhirnya sadar bahwa terdapat ketimpangan antara minat, kemampuan, dengan fasilitas (jurusan sekolah/universitas yang dipilih). Awali dengan hal positif dengan bersyukur. Manusia pada dasarnya lebih senang dengan hal-hal positif dan menyenangkan bukan?

Selanjutnya? coba gali bagaimana kamu bisa mengambil keputusan tersebut. Saya membaca artikel ini untuk insight mengenai pengambilan keputusan>> Bagaimana meningkatkan intuisi kita dalam mengambil sebuah keputusan?

Ketika mengikuti intuisi, saya percaya bahwa hidup adalah rangkaian adaptasi dari segala situasi yang ada, mungkin mau coba adaptasi dahulu? walau dari jurusan bahasa bisa lah ikutan jurusan kesehatan masyarakat tapi lewat Unit Kegiatan Mahasiswa Korps Sukarela. Yuk semangat!

1 Like

Yup…kembali ke niat awal kenapa kuliah…diluruskan aja…( ini yg sering ku-mention manakala berdo’a, bisa dibaca artikelku ttg ini di sini ).

Nah alternatif lainnya coba ikut test personality seperti ini :point_right:https://www.16personalities.com/free-personality-test tuk lihat n capture personality kita jikalau masih maju mundur tetap terus kuliah atau berhenti. Namun setelah itu istikharah yaa…

Alternatif lainnya ikutn kelas MOOC aja…yg sesuai minat n bakatmu…Ttg mooc, aku buat thread khusus ttg hal ini…silahkan klo mau ikut diskusi di sini

2 Likes

Kayaknya perlu ditingkatkan nih peran guru BK (Bimbingan & Konseling) saat smu yaa…supaya cerita salah jurusan kelak dapat diminimalisir…plus juga perlu dsoundingkan pentingnya event2 seperti career day atau open house jurusan di kampus2, sehingga calon mahasiswa kebayang deh kira-kira seperti apa jurusan yg ia sedang sasar.

1 Like

Wah pertanyaan yang bagus, kak. Menurutku, jika memang merasa salah jurusan di awal perkuliahan dan masih ada kesempatan dan kemampuan untuk pindah, ya kita bisa memutuskan untuk pindah jurusan. Akan tetapi, jika memang sudah terlalu jauh, maka bisa diakali dengan tetap menjalaninya, we just have to suck it up, willy nilly, selesaikan apa yang sudah dimulai. Ada banyak tempat pembelajaran informal, misalnya online course/offline course, webinar/seminar, dan berbagai wadah pelatihan lainnya yang memungkinkan kita untuk berlatih, nah saat sudah menguasai passion kita, mulailah untuk mencari jalur untuk menyalurkannya. Misalnya nih kak, kita jurusan kesehatan, sudah sampai di semester 6 kita baru menyadari, passion kita sesungguhnya adalah di kepenulisan fiksi, mulai deh untuk mengikuti berbagai wadah training kepenulisan, ada banyak kok, setelah mumpuni, kita bisa mulai untuk menyalurkannya dengan ikut lomba atau membuat buku atau bahkan bekerja di tempat penerbitan. Menurutku begitu sih kak, mohon dikoreksi jika salah. Have a great day! :innocent: :smiling_face_with_three_hearts:

1 Like