Siapakah Sosok Iwan Fals?


Seorang musisi legendaries Indonesia.

Seperti apakah sosok Iwan Fals?

1 Like

Ia memiliki kharisma dan pengaruh yang melampaui bidangnya, yaitu musik pop. Iwan Fals atau Virgiawan Listianto memiliki karunia untuk mendengarkan aspirasi rakyat kedl, dan menuangkannya sebagai lagu yang merakyat baik lirik maupun musiknya.


Kredonya adalah musik sebagai kritik sosial, selain sebagai medium ekspresi perasaan manusia yang terdalam, yaitu dnta. Sebagai kritik sosial, lagu-Iagu Iwan memang banyak menyindir penguasa dan segala kebobrokannya. ltulah sebabnya ia pernah dicekal rezim Orde Baru.

Iwan Fals identik dengan julukan “penyanyi tukang protes”. Musiknya dianggap mirip dengan Bob Dylan, karena nuansa musik country. Bedanya, syair lagu-Iagunya terasa lebih telanjang dan lugas. Lelaki kelahiran Jakarta, 3 September 1961 ini namanya meroket sejak album Oemar Bakri meledak di awaI1980-an. Lagu tersebut menyuarakan keberpihakannya pada sosok guru, pahlawan tanpa tanda jasa yang selalu dirundung malang. Sejak itu, albumalbumnya laku keras.
image
Iwan memiliki jutaan penggemar fanatik yang memujanya, kebanyakan anak muda. Mereka tidak hanya rajin mengoleksi album Iwan Fals, tetapi juga mengikuti nilai-nilai dan ajaran moral yang terkandung dalam lagu-lagunya.

Konser Iwan Fals sendiri selalu dipenuhi penonton. Tahun 1989 dan 1993, beberapa konsernya berakhir dengan kerusuhan. Karena itu, rencana tur musiknya di 100 kota tak mendapat izin. Ia juga dicekal untuk tampil di satu-satunya stasiun televisi sa at itu, TVRI.

Awal dekade 1990-an Iwan aktif di padepokan Rendra di Citayam. Ia menciptakan musik kolaborasi dengan W.S. Rendra, Sawung Jabo dan Setiawan Djodi dalam Katata Takwa. Beberapa lagu mereka, misalnya Bento dan Bongkar, sempat memberi inspirasi bagi anak-anak muda untuk mempertanyakan status quo kekuasaan. Lagu itu sempat berkumandang ketika para mahasiswa melakukan demonstrasi.


Iwan Fals tinggal dengan istri dan putrinya di rumahnya yang lapang sekaligus berfungsi sebagai studionya di kawasan Cibubur, Jawa Barat. Selain mencipta lagu, pada waktu senggang ia juga asyik menekuni hobinya yang lain, melukis. Setelah hirukpikuk reformasi di Indonesia, kini Iwan sesekali kembali ke dunia panggung untuk menyapa publik dan melantunkan lagu-lagu barunya.

Tahun 1961-1975 (Masa Kecil Iwan Fals)

Virgiawan Listanto lahir di Jakarta tanggal 3 September 1961. Ibunya bernama Lies yang lahir tanggal 24 Juni 1940 dan Bapak Haryoso lahir pada tanggal 19 Agustus 1923 di Nganjuk Jawa Timur.

Nama panggilannya waktu kecil adalah Tanto. Dia merupakan sosok seorang anak yang penurut, lembut, dan mempunyai rasa toleransi yang tinggi terhadap kawannya. Masa kecilnya dihabiskan bersama ibunya yang tercinta sebagai ketua Yayasan Yatim Piatu. Sebagai seorang anak dari pemimpin yayasan yatim piatu, maka kehidupannya selalu dalam lingkungan yang sangat dekat sekali dengan persoalan-persoalan sosial. Dia sering bergaul dengan anak-anak asuh di yayasan tersebut. Mereka sendiri (anak-anak yatim piatu) menganggap Tanto sebagai kakaknya sendiri dan tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Hal inilah yang menyebabkan Tanto mempunyai tanggung jawab terhadap anak-anak asuh ibunya, dan faktor tersebut yang membuatnya semakin bersikap dewasa, toleran, dan lembut.

Selain jiwa sosial dan toleransi yang sangat tinggi, masa kecil Tanto juga sedikit rumit dan aneh. Setiap mendengar suara adzan dia menangis, tangisannya unik dan aneh. Saat menyaksikan berita di televisi yang memberitakan ada orang sukses kemudian menerima penghargaan atas prestasinya tersebut ia pun menangis. Melihat seorang ibu menunjukkan cinta kasihnya kepada anaknya juga mengundang emosinya yang berakhir pada tetesan air mata.

Menginjak umur 6 tahun karakteristik Iwan sudah mulai terbentuk, dia begitu lembut dan sangat toleran sekali apabila melihat orang-orang yang bernasib kurang beruntung di kehidupan ini, dan hal tersebut sudah menyatu dengan dirinya, jadi bagian keluarga dan hidupnya sendiri. Iwan pada saat itu sudah mulai bersentuhan secara langsung dengan persoalan kehidupan manusia dimana jiwanya sangat peka terhadap kepedihan dan kesedihan.

Setelah lulus dari Sekolah Dasar (SD) Iwan pindah ke kota Jeddah, Arab Saudi, tepatnya di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) selama 8 bulan. Di depan ka’bah pernah dia bersujud dan berdo’a kepada Allah ingin menjadi penyanyi terkenal. Karena tinggal di negeri orang ia merasa membutuhkan hiburan, maka satu-satunya yang dapat menghiburnya adalah gitar yang dibawa dari Indonesia. Saat itu ada dua lagu yang selalu dimainkan yaitu Sepasang Mata Bola dan Waiya.

Ketika pulang dari Jeddah menuju Indonesia pada waktu musim haji, jika orang-orang senang membawa air zam-zam sebagai oleh-oleh, maka Iwan hanya menenteng gitar kesayangannya. Saat perjalanan dalam pesawat dari Jeddah menuju Indonesia ada peristiwa yang akan selalu dikenang yang membuat pengetahuannya tentang musik semakin bertambah. Kejadian itu berawal dari keheranan salah seorang pramugari yang melihatnya membawa gitar. Kemudian berlanjut pada kebaikan pramugari tersebut mengajarakan sebuah tembang karya Bob Dylan yang berjudul Blowing in the Wind.

Dalam hal pergaulan dengan dunia luar, Iwan juga tidak memilih-milih teman. Mulai nongkrong main sepak bola sampai naik kereta api beramai-ramai. Bahkan dia sering pergi tidak pulang sampai berhari-hari, hanya untuk menuruti kemaunnya dalam pergaulan.

Sejak kelas dua SMP V Bandung, Iwan mulai berpisah dengan keluarganya. Mencoba untuk hidup mandiri walaupun masih dapat kiriman dana dari orang tuanya. Di Bandung dia mulai kenal gitar cibinong lewat teman-temannya. Kalau anak-anak sebayanya mulai mengocok gitar dengan akord-akord dangdut, rock sampai jazz yang sangat jelimet musiknya, dia belum bisa satupun lagu dari jemarinya. Namun dengan semangat yang tinggi dan keinginan untuk belajar agar bisa menguasai alat musik tersebut, akhirnya Iwan Fals bisa memainkannya. Mulai lagu-lagunya Rolling Stones, Agnie, Rubby Tuesday atau Jumping Jack Flash -nya Jagger.

Awal mula julukan Fals disebabkan karena Virgiawan Listanto dalam menyanyikan lagu selalu terdengar Fals atau tidak pas dengan notasi serta akord musik yang dilantunkan. Dan akhirnya julukan tersebut membawa keberuntungan bagi dia pada sewaktu SMP di Bandung.

Tahun 1976-1980 (Masa Remaja, Mengamen, Rekaman Group, dan Cinta)

Daya kreatifitasnya yang tinggi dalam membuat syair membuat dia mampu mencari celah di berbagai lini kehidupan. Lagu-lagu Rolling Stone mulai di tinggalkan dan diganti dengan lagu-lagu baru yang aktual di telinga publik pada saat itu. Untuk menguji kepiawiannya memainkan alat musik, pada umur 13 tahun dia mulai mencoba bikin pentas sendiri dengan cara keluar masuk kampung dari satu rumah ke rumah, warung ke warung serta restoran yang lainnya ( mengamen ).

Keahlian itulah (membuat sajak dan memainkan gitar dan harmonika) yang mengantarkan Iwan menjadi bintang kecil yang sering diundang di acara-acara kampus ITB Bandung. Bukan karena anak kecil ini sering manggung di kafe atau sudah single hit tapi para mahasiswa itu suka menunggui celoteh Iwan yang sangat nakal dan kocak.

Kontinuitas di setiap acara yang diadakan mahasiswa ITB membuat Iwan semakin akrab dengan para mahasiswa yang membuat dia sering tinggal di asrama mahasiswa. Bermodalkan dengan baca koran, dan sedikit pengetahuan tentang peristiwa yang sedang hangat, Iwan kecil melancarkan aksinya dengan nyanyian spontan dan kritis. Kejeniusannya dan daya imajinasinya yang tinggi, tentang celotehannya yang membuat ketawa para mahasiswa. Hal ini yang membuat para mahasiswa semakin sayang dan cinta kepada Iwan.

Pada waktu Sekolah Menengah Pertama (SMP) Iwan sudah merasakan betapa pengaruh musik begitu kuat, hal ini disebabkan karena Iwan tidak dibelikan kendaraan orang tuanya untuk jalan-jalan, akhirnya waktu lebih banyak tercurahkan pada gitar sampai studinya mulai
dilupakan.

Selain bermusik, waktu Iwan banyak dihabiskan dengan mengikuti latihan karate dan tenaga dalam ataupun ritual-ritual yang dapat memberikan kekuatan bagi yang mempelajarinya dalam pertarungan. Keaktivannya ini dipengaruhi oleh cita-citanya sejak SD dimana dia bercita-cita ingin menjadi pendekar silat yang jago, pemain sepak bola, jadi jago karate yang membuat beton menjadi serenyah krupuk sampai keinginannya menjadi pilot yang berpangkat jenderal.

Sesudah tamat dari SMP N 5 Bandung Iwan melanjutkan sekolahnya di SMA K BPK Bandung. Masa studi menengah atasnya tidak berjalan normal, dia selalu berpindah-pindah sekolah. Hal ini bukan karena mengikuti dinas ayahnya yang sering pindah kota, namun lebih disebabkan oleh kebadungan Iwan sendiri. Layaknya seorang remaja pada waktu itu dalam pergaulan manusia banyak sekali dipengaruhi oleh lingkungannya. Termasuk Iwan Fals mulai kenal apa yang dinamakan mabuk, minuman keras, narkoba, berkelahi.

Pertama kali karir Iwan Fals dalam bidang musik dimulai saat ada seorang dari Jakarta yang sengaja datang ke Bandung untuk mencari Iwan. Akhirnya Iwan, yang waktu itu masih sekolah di SMAK BPK Bandung, diajak ke Jakarta. Dengan modal sedikit uang hasil penjualan kendaraannya, Iwan bersama teman-temannya dari Bandung diantaranya adalah Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule, yang tergabung dalam group Amburadul, berangkat ke Jakarta.

Tidak lama berselang dari perpindahannya ke Jakarta, maka lahirlah album Iwan bersama group Amburadulnya dan pertama kalinya mengeluarkan album yang berjudul “Perjalanan” dengan lagu-lagunya sebagai berikut: Perjalanan, Kan Adakah, Pemborong Jalan, Bencana Alam, Ma…, Imitasi, Ibu, Gara Om Pasokan, Alasan, Gaya Travolta. Hampir semua lirik lagu di album ini ditulis oleh Iwan Fals. Khusus untuk lagu Ibu, Gara Om Pasokan , dan Alasan ditulis oleh Totok Gunarto. Sedangkan lagu Gaya Travalto ditulis dan dinyanyikan oleh Helmie. Dengan hits di album ini adalah lagu yang berjudul Perjalanan .

Selama kurun waktu tahun 1978 sampai tahun 1980 ia mulai sibuk dengan empat proyek yang dijalani Iwan Fals bersama Helmy dan Toto Gunarto setelah rekaman Kumpulan lagu-Lagu humor , amburadul tampil dalam kaset lawak dengan judul album “ Yang Muda Yang Bercanda” , disusul album berikutnya “Canda Dalam Ronda” dibantu oleh Tom Slepe dan Alex Mauriat dan akhirnya Album lawakan ini dengan judul “Canda Dalam Nada”.

Pentas-demi pentas dilewati walupun kecil-kecilan, prinsipnya dapat bermanfaat bagi orang lain. Dan saat mengadakan pentas di kampus Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang terletak didaerah Ciputat Jakarta Selatan Iwan bertemu dengan seorang wanita bernama Rosana dengan nama panggilan Yos.

Referensi

Zuhaeda, Anisa. 2005. Muatan Dakwah Dalam Syair Lagu Iwan Fals (Studi Terhadap Album Salam Reformasi). Skripsi. Fakultas dakwah, UIN Walisongo, Semarang.