Siapakah Sosok Ismail Marzuki?


Seorang kompois kebanggan Indonesia.

Seperti apakah sosok Ismail Marzuki?

Ismail Marzuki adalah komponis besar kebanggaan Indonesia yang mewarnai sejarah kemerdekaan bangsa ini dengan lagu-Iagunya yang patriotik. Ia dilahirkan pada 1914 di Kampung Kwitang, Jakarta. Ayahnya adalah seorang pemilik bengkel mobil yang sukses.

Namun Ismail memilih jalan hidup yang jauh berbeda. Jauh dari mesin dan oli, Ismail dianugerahi dengan keahlian memainkan sejumlah alat musik plus suara yang merdu. Tidak salah kalau ia lebih tertarik pada musik. Talentanya memang ajaib. Pada usia 17 tahun, pada saat remaja lain sedang mencari identitasnya, ia telah membuktikan kemampuannya dengan mengarang lagu sendiri.
image
Dengan segala bakat itu, Ismail pun memberanikan diri untuk bergabung dengan orkes “Lief Java”. Saat pendudukan Jepang, orkes ini berubah nama menjadi “Kirei na Jawa”. Ternyata tidak salah keputusan Ismail, orkes papan atas ini telah membawa kegemilangan untuknya. Selain di Jawa, ia sering naik pentas di Malaysia.

Demam kemerdekaan juga mempengaruhi Ismail. Masa-masa penuh heroik dan patriotisme itu menginspirasi Ismail untuk menciptakan lagu-Iagu bertema perjuangan, seperti Halo-halo Bandung, Kapral Jono, Gugur Bunga, Indonesia Tanah Pusaka, dan Sepasang Mata Bola. Lagu-Iagu legendaris yang abadi sampai sekarang terus dilantunkan oleh segenap rakyat negeri ini untuk mengenang perjuangan melepaskan diri dari penjajahan.

Mungkin memang suratan, jodoh Ismail pun berasal dari kalangan pemusik. Di tahun 1941, ia menikahi Euis Zuraidah, pemimpin sebuah orkes keroncong "Hea An".

Totalitas Ismail dalam bermusik, dan patriotisme nya tidak diragukan. Tidak salah kalau pusat kesenian dan kebudayaan terbesar di Indonesia dinamai Taman Ismail Marzuki (TIM).
image
Musisi serba bisa sekaligus komponis andal besar ini sampai meninggal dunia di tahun 1958, telah menciptakan tidak kurang dari 200 judul lagu dalam beragam irama.

1 Like

Ismail Marzuki dilahirkan di kampung Kwitang, Jakarta pada tanggal 11 Mei 1914. Ismail marzuki berasal dari keluarga yang terhitung mampu dan berpengetahuan luas. Ia maampu menguasai bahasa Inggrisa dan bahasa Belanda. Ayahnya bernama Marzuki adalah seorang pengusaha bengkel mobil yang tergolong berhasil. Bapak Marzuki ternyata adalah seorang seniman berdendang, yaitu berdzikir sambil memainkan rebana. Jadi bakat musik yang dimiliki oleh Ismail Marzuki adalah keturunan dari ayahnya.

Sejak kecil ia telah ditinggal mati oleh ibunya sewaktu melahirkannya. Hal inilah yang sedikit banyak memengaruhi watak serta pribadinya yang berperasaan halus dan toleransinya besar terhadap teman-temannya.

Mulai usia kanak-kanak, Ismail Marzuki telah menyukai musik. Ia sudah mendengarkan berbagai macam musik dan lagu melalui gramaphone yang mereka miliki. Ia juga pandai menghafal lagu-lagu tertentu dan menyanyikannya dengan suaranya yang merdu. Kecuali itu Ismail Marzuki sudah dapat menguasai permainan beberapa alat musik, seperti rebana, ukulele, dan gitar.

Masa pendidikannya dimula dari HIS (Idenburg). Setelah itu, ia meneruskan sekolahnya ke MULO, kemudian Ismail Marzuki melanjutkannya ke AMS (Sekolah Menengah Atas). Karena bakat dan minatnya dalam bidang musik sangat tinggi maka ia rela meninggalkan bangku sekolah untuk menekuni dunia musik. Ismail Marzuki juga banyak mengoleksi alat-alat musik, seperti gitar, mandolin, benyo, flute, clarinet, saxophone, accordion, dan piano. Pada mulanmya, Ismail Marzuki hanya sebatas sebagai pemain dan untuk lebih meningkatkan kreativitasnya dalam bidang musik, ismail Marzuki bergabung dengan perkumpulan orkes “Lief Java”. Pada masa kedudukan Jepang (1942-1945), nama “Lief Java” berubah menjadi “Kirei Na Java”. Perkumpulan orkes ini makin banyak penggemarnya dan bersama perkumpulan orkes ini Ismail Marzuki mengadakan pertunjukan di berbagai tempat di wilayah pulai Jawa dan Malaya (Malaysia).

Pada usianya yang ke 17 tahun, Ismail Marzuki dapat membuahkan karya cipta pertamanya yang diberi judul “Oh Sarinah”. Pada tahun 1941, Ismail Marzuki menyunting mojang priangan yang bernama Euis Zuraidah, seorang pemimpin orkes kroncong “Hea An” dari Bandung. Hal inilah yang menjadikan ilham Ismail Marzuki dalam menciptrakan sebuah karyanya yang berjudul “Panon Hideung”.

Tahun 1932-1942 adalah masa akhir penjajahan Belanda di tanah air Indonesia. Pada waktu itu Ismail Marzuki telah dapat menciptakan beberapa buah karya tidak kurang dari 240 lagu, antara lain adalah : Olle Lee Di Kota Raja, Siapakah Namanya, Kunang Kunang, Kembang Rampai, Dari Bali, dan Sampul Surat.

Pada tahun 1942-1945, Ismail Marzuki banyak menciptakan lagu-lagu bernafaskan perjuangan sebab itu adalah masa penjajahan Jepang di tanah air. Lagu tersebut antara lain : Rayuan Pulau Kelapa, Karangan Bunga Dari Selatan, Indonesia Pusaka, Melati Di Tapal Batas, Gugur Bunga, Hallo-Hallo Bandung, Selendang Sutra, Dan Sepasang Mata Bola.

Tahun 1945, proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia telah dikumandangkan di seluruh pelosok tanah air. Pada masa kemerdekaan tersebut, Ismail Marzuki telah berhasil juga menciptakan beberapa buah karya, antara lain adalah : Sapu Tangan Dari Bandung Selatan, Pahlawan Merdeka, Dan Bandung Selatan Di Waktu Malam. Menjelang kematianna tiba, Ismail Marzuki masih sempat membuat karya terakhir yang berjudul “Inikah Bahagia” (1958). Uraian pada latar belakang masalah tersebut pada dasarnya berpijak dari sejarah dengan riwayat hidup Ismail Marzuki.

Referensi

Hardani, Sw. 2006. Ismail Marzuki : Komponis Lagu-lagu Perjuangan. Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. Vol. VII (3) : 1-9.