Imam Malik adalah imam kedua dari imam empat dalam islam dari segi umur beliau lahir 13 tahun sesudah Abu Hanifah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Malik Ibn Anas Ibn Malik Ibn Abi Amir Ibn Amir bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbahi al-Humairi. Beliau merupakan imam dar Al-Hijrah. Nenek moyang mereka berasal dari Bani Tamim bin Murrah dari suku Quraisy. Malik adalah saudara Utsman bin Ubaidillah At-Taimi, saudara Thalhah bin Ubaidillah. Beliau lahir diMadinah tahun 93 H, beliau berasal dari keturunan bangsa Himyar, jajahan Negeri Yaman.
Ayah Imam Malik adalah Anas Ibn Malik Ibn Abi Amir Ibn Abi Al-Haris Ibn Sa’ad Ibn Auf Ibn Ady Ibn Malik Ibn Jazid. Ibunya bernama Siti Aliyah binti Syuraik Ibn Abdul Rahman Ibn Syuraik Al-Azdiyah. Ada riwayat yang mengatakan bahwa Imam Malik berada dalam kandungan ibunya selama 2 tahun ada pula yang mengatakan sampai 3 tahun.
Imam Malik Ibn Anas dilahirkan saat menjelang periode sahabat Nabi SAW di Madinah. Tidak berbeda dengan Abu Hanifah, beliau juga termasuk ulama zaman, ia lahir pada masa Bani Umayyah tepat pada pemerintahan Al- walid Abdul Malik ( setelah Umar ibn Abdul Aziz) dan meninggal pada zaman Bani Abbas, tepatnya pada zaman pemerintahan Al-Rasyud (179 H).
Imam Malik menikah dengan seorang hamba yang melahirkan 3 anak laki-laki (Muhammad, Hammad dan Yahya) dan seorang anak perempuan (Fatimah yang mendapat julukan Umm al-Mu’minin). Menurut Abu Umar, Fatimah temasuk di antara anak-anaknya yang dengan tekun mempelajari dan hafal dengan baik Kitab al-Muwatta’.
KEHIDUPAN IMAM MALIK
Setelah ditinggal orang yang menjamin kehidupannya, Imam Malik harus mampu membiayai barang daganganya seharga 400 dinar yang merupakan warisan dari ayahnya, tetapi karena perhatian beliau hanya tercurah kepada masalah-masalah keilmuan saja sehingga beliau tidak memikirkan usaha dagangnya, akhirnya belaiu mengalami kebangkrutan dan kehidupan bersama keluarganya pun semakin menderita.
Selama menuntut ilmu Imam Malik dikenal sangat sabar, tidak jarang beliau menemui kesulitan dan penderitaan. Ibnu Al-Qasyim pernah mengatakan “Pendritaan Malik selama menuntut ilmu sedemikian rupa sampai-sampai ia pernah terpaksa harus memotong kayu atap rumahnya, kemudian di jual di pasar.
Setelah Imam Malik tidak dapat lagi mencukupi kebutuhan hidup keluarganya kecuali dengan mengorbankan tekad menuntut ilmu, mulailah Imam Malik menyatakan seruannya kepada penguasa, agar para ahli dijamin dapat mencurahkan waktu dan tenaga untuk menekuni ilmu yaitu dengan memberi gaji atau penghasilan lain untuk menjamin kehidupan mereka.
Namun tak ada seorang pun pengusaha yang menghiraukan seruan Imam Malik. Karena pada saat itu Daulah Umayyah sedang sibuk memperkokoh dan menetapkan kekuasannya, mereka sedang menarik simpati para ilmuan yang tua bukan yang muda. Hingga akhirnya secara kebetulan Imam Malik bertemu dengan pemuda dari mesir yang juga menuntut ilmu, pemuda itu bernama Al-Layts Ibn Sa’ad dan keduanya saling mengagumi kecerdasan masing-masing. Hingga timbulah semangat persaudaran atas dasar saling menghormati.
Meskipun Imam Malik senantiasa menutupi kemiskinan dan penderitaannya dengan selalu berpakaian baik, rapi dan bersih serta memakai wangi-wangian, tetapi Al-Layts ibn Sa’ad mengetahui kondisi Imam Malik yang sebenarnya, sehingga sepulangnya kenegerinya, Al-Layts tetap mengirimkan hadia uang kepada Imam Malik diMadinah, dan ketika itu kholifah yang berkuasa menyambut baik seruan Imam Malik agar penguasa memberikan gaai atau penghasilan kepada para ahli ilmu.
Imam Malik terdidik dikota Madinah pada masa pemerintahan Kholifah Sulaiman Ibn Abdul Malik dari Bani Umayyah, pada masa itu masih terdapat beberapa golongan pendukung islam antara lain sahabat Anshar dan Muhajirin. Pelajaran pertama yang diterimanya adalah al-Qur’an yakni bagaiman cara membacanya, memahami makna dan tafsirnya. Beliau juga hapal al-Qur’an diluar kepala. Salain itu beliau juga mempelajari hadts Nabi SAW, Sehingga belaiau dapat julukan sebagai ahli Hadts.
Sejak masa kanak-kanak Imam Malik sudah terkenal sebagai ulam dan guru dalam pengajaran islam. Kakeknya yang senama dengannya, merupakan ulama hadts yang terkenal dan dipandang sebagai perawi hadts yang hidup samapi Imam Malik berusis 10 tahun. Dan pada saat itupun Imam Malik sudah mulai bersekolah, dan hingga dewasa belaiu terus menuntut ilmu.
Imam Malik mempelajari bermacam-macam bidang ilmu pengetahuan seperti ilmu Hadts, Al-Rad al-Ahlil Ahwa Fatwa, fatwa dari para sahabat-sahabta dan ilmu fiqih ahli ra’yu (fikir). Selain itu sejak kecil belaiau juga telah hafal al- Qur’an. Hal itu beliau lakukan karena senantiasa beliau mandapatkan dorongan dari ibundanya agar senantiasa giat menuntut ilmu.
Karya Imam Malik
Di antara karya Imam Malik adalah kitab Al-Muwatha yang ditulis pada tahun 144 H. Atas anjuran kholifah Ja’far Al-Mansyur, menurut peneliti AbuBakar Al-Abhary atsar Rosulullah SAW, para sahabat dan tabi’in yang tercamtum dalam kitab al-Muwatha’ sejumlah 1.720 orang.
-
Kitab al-Muwatta’ ialah sebuah kitab yang lengkap penyusunannya selain dari kitab “al-Majmu” karangan zaid. Perkataan al-Muwatta’ ialah jalan yang mudah yang disediakan untuk ibadat, ia adalah sebuah kitab yang paling besar sekali yang ditulis oleh Imam Malik. Sebab yang mendorong kepada penyusunannya adalah disebabkan timbulnya pendapat-pendapat penduduk irak dan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dan disebabkan kelemahan ingatan dan riwayat, oleh karena itu lebih nyatalah tuntunan kepada penyimpan dan menyalinya supaya ilmuilmu tidak hilang atau dilupakan: kitab al-Muwatta’ berisikan hadts-hadts dan pendapat para sahabat Rasulullah dan juga pendapa tabi’in. Lihat dalam: Abdul Aziz Dahlan.
Pendapat Imam Malik bisa sampai pada kita melalui 2 buah kitab, yaitu al- Muwatha’ dan Al-Mudawwanah al-Kubro. Kitab al-Muwatha’ mengandung dua aspek yaitu aspek hadits dan aspek fiqih. Adanya aspek hadts karena al- Muwatha’ banyak mengandung hadts yang berasal Rasulullah SAW atau dari sahabat atau tabi’in. Hadits itu diperoleh dari 95 orang yang kesemuaannya dari penduduk Madinah, kecuali 6 orang diantaranya: Abu Al-zubair (Makkah),
Humaid al-Ta’wil dan Ayyub Al-Sahtiyang (basrah), Atha’ bin Abdullah (khurasan), Abdul Karim (jazirah), Ibrahim ibn Abi Abiah (syam).
Sedangkan yang dimaksud aspek fiqih adalah kaena kitab al-Muwatha’ disusun berdasarkan sistematika dengan bab-bab pembahasan layaknya kitab fiqih. Ada bab thaharah, sholat, zakat, nikah, dan lain-lain.
Kitab lain karangan Imam Malik adalah kitab mudawwanah al-Kubro yang merupakan kumpulan risalah yang memuat kurang lebih 1.036 masalah dari fatwa Imam Malik yang dikumpulkan oleh As’ad bn al-furaid Al-Naisabury yang berasal dari tunis yang pernah menajdi murid Imam Malik.
Ringkasan
Abdullah Musthofa al-Maraghi, Pakar-Pakar Fiqih Sepanjang Sejarah, (Yokyakarta: LPPPSM, 2000), cet. I, h. 79