Siapakah raja dan ratu yang paling lama dalam memimpin bentuk monarki?


Siapakah raja dan ratu yang paling lama dalam memimpin bentuk monarki?

1. Ratu Elizabeth II
Meninggalnya Raja Bhumibol Adulyadej membuat Ratu Elizabeth II, Inggris, menyandang gelar pimpinan negara monarki yang paling lama menjabat di dunia. Elizabeth dinobatkan menjadi ratu pada 6 Februari 1952, setelah kematian ayahnya Raja George VI. Saat naik tahta, Elizabeth II baru saja berusia 25 tahun dan sedang dalam sebuah perjalanan ke Kenya bersama suaminya, Pangeran Philip.

Satu tahun kemudian barulah Elizabeth dinobatkan secara resmi, tepatnya pada 2 Juni 1953. Sang ratu menyandang gelar pemimpin monarki terlama di Inggris pada 9 September 2015, tepat selama 63 tahun, tujuh bulan lebih dua hari, melebihi buyutnya Ratu Victoria.

Elizabeth II menikah dengan Pangeran Philip, Duke (bangsawan) of Edinburg selama 69 tahun. Dari periode itu, 64 tahun masa pernikahan dijalani Elizabeth sambil mengemban tugas ratu. Putranya, Pangeran Charles adalah penyandang gelar putra mahkota terlama dalam sejarah Inggris.

2. Sultan Hassanal Bolkiah
Hassanal Bolkiah adalah salah satu pria kaya di dunia. Ia juga mengepalai salah satu negara monarki absolut, Brunei Darussalam.

Naik tahta pada 4 Oktober 1967, Sultan Hassanal Bolkiah menggantikan ayahnya, Sir Haji Omar Ali Saifuddin. Ia memimpin negara kecil yang berdekatan dengan Sarawak, Malaysia, dan berbatasan dengan laut China Selatan. Wilayah tersebut memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah berkat cadangan minyak dan gas alamnya.

Keluarga kerajaan Brunei diketahui memiliki kekayaan pribadi dalam jumlah besar, tanpa harus membayar pajak. Selain menjabat sebagai sultan, Bolkiah juga menjabat menjadi perdana menteri, kepala pertahanan dan kementerian keuangan, jenderal angkatan bersenjata, laksamana angkatan laut istana, dan inspektur jenderal polisi. Raja Bolkiah tinggal di Istana terbesar di dunia, istana Nurul Iman yang memiliki 1.788 ruangan.

3. Ratu Margrethe II
Ratu Margrethe II adalah ratu atau pemimpin perempuan pertama di Denmark. Ia juga merupakan pemimpin terlama kedua setelah kepemimpinan Raja Christian IV selama 71 tahun, tepatnya pada 12 April 1577-28 Februari 1648.

Raja Frederick IX dan istrinya, Ingrid, adalah orangtua Ratu Margrethe II yang juga dikenal dengan nama Daisy. Mereka memiliki tiga anak perempuan dan mendapat dukungan masyarakat berkaitan dengan peralihan ahli waris pada anak perempuan. Pada 1953, pasca-referendum, barulah disahkan seorang wanita diizinkan untuk naik tahta.

Daisy mejadi ratu setelah ayahnya mangkat pada 14 Januari 1972 di usia 76 tahun. Pada 2012 Ratu Margrethe II memperingati 40 tahun kepemimpinannya. Ratu Margrethe mengungkapkan, ia tak berniat mengizinkan anaknya Pangeran Frederick untuk mengambil alih kekuasaan. Menurutnya hal ini terinspirasi dari pernyataan Ratu Elizabeth saat pengambilan sumpah jabatan 19 tahun lalu, yang mendeklarasikan dirinya untuk melayani bangsa.

4. Raja Carl XVI
Carl Gustaf XVI menjadi Raja Swedia pada 15 September 1973, tapi publik lebih mengenalnya sebagai orang yang mempersembahkan hadiah Nobel. Bungsu dari lima bersaudara ini adalah satu-satunya anak laki-laki.

Carl Gustaf menggantikan kakeknya Raja Gustaf VI Adolf. Gustaf naik takta karena ayahnya tewas dalam kecelakaan pesawat pada 1947. Kala itu, Gustaf baru berusia sembilan bulan. Pada 2005, di hadapan orang-orang yang selamat dari tsunami setahun sebelumnya, Gustaf mengungkapkan bagaimana rasanya tumbuh tanpa didikan seorang ayah.

Gustaf menikah dengan Silvia Sommerlath, wanita blasteran Jerman-Brasil, pada 1976. Awalnya Raja Swedia hanya memiliki peran seremonial, tanpa terlibat politik. Kebijakan tentang suksesi raja berubah pada 1980, sehingga putri sulung Gustaf, Victoria, dinobatkan menjadi pewaris tahta yang sah.