Siapakah Harper Lee dan Pesan Moral Apa yang Terdapat Dalam Novelnya?

Harper Lee - Hidup dengan diri sendiri

Tidaklah mudah hidup dengan diri sendiri karena banyaknya ancaman dan pengaruh dari orang lain. Akan tetapi, satu hal yang tidak akan bisa tunduk pada mayoritas dan pengaruh orang lain adalah hati nurani kita. Hati nurani adalah seuatu yamg paling jujur dari diri sendiri. Persoalan penyampaian isi nurani secara jujur dan utuh adalah hal yang tidak mudah dilakukan bagi manusia. Berkaitan dengan topik tersebut, siapakah Harper Lee dan pesan moral apa yang terdapat dalam novelnya ?

1 Like

Harper Lee, penulis buku terkenal yang berjudul “To Kill a Mockingbird” menuturkan amanat dalam dialog novelnya bahwa hidup harus dimulai dari diri sendiri sebelum bisa memulainya bersama orang lain.
Tidaklah mudah hidup dengan diri sendiri karena banyaknya ancaman dan pengaruh dari orang lain. Akan tetapi, satu hal yang tidak akan bisa tunduk pada mayoritas dan pengaruh orang lain adalah hati nurani kita. Hati nurani adalah seuatu yamg paling jujur dari diri sendiri. Persoalan penyampaian isi nurani secara jujur dan utuh adalah hal yang tidak mudah dilakukan bagi manusia.
[/quote]

Harper Lee merupakan seorang penulis yang memulai karirnya ketika ia sedang membantu seorang temannya menulis artikel berita. Kemampuan komunikasi interpersonalnya yang sangat baik, menjadi modal yang berharga untuk membantunya mengambil informasi yang dibutuhkan dari sesi wawancara. Puncak kegiatan reportase ini yaitu ketika Lee dan temannya harus mewawancarai salah satu tersangka pembunuhan berbahaya yakni Richard Hickock dan Perry Smith. Penulisan novel To Kill A Mockingbird ini terinspirasi dari cerita mengenai pembunuhan termasuk korban, tersangka, dan keterangan dari para saksi ketika melakukan wawancara. Novel tersebut menjadi best seller , dan Harper Lee mendapatkan penghargaan Presidential Medal of Freedom dari Presiden George Walker Bush pada tahun 2007, dan ditahun 2010 ia juga mendapatkan National Medals of Arts dari Presiden Obama. To Kill a Mockingbird berkisah tentang sebuah keluarga yang tinggal di Maycomb County, Alabama, tahun 1930-an.

Keluarga kecil ini terdiri dari dua bersaudara, Jem dan Scout, bersama ayah mereka, Atticus Finch, yang berprofesi sebagai pengacara, serta pembantu mereka yang berkulit hitam, Calpurnia. Pada masa itu, diskriminasi sosial terhadap kaum kulit hitam sangat terasa sekali. Orang kulit hitam dianggap tidak penting. Rata-rata mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga, supir, pesuruh kerja kasar, dan sebagainya. Novel ini dikisahkan dari sudut pandang Scout, gadis kecil berusia delapan tahun yang tomboi dan polos. Baginya, dunia hanya terdiri dari dua warna: hitam dan putih. Namun tak lama lagi ia akan segera paham bahwa dunia tidak selalu hitam-putih. Kehidupan Jem dan Scout bisa dibilang menyenangkan. Scout yang sejak lahir tidak pernah pernah mengenal ibunya (ibunya meninggal sebelum ia lahir) merasa cukup puas diasuh Atticus, sang ayah. Ia dan kakaknya bahkan patuh pada Calpurnia, sosok yang bisa dibilang bertindak seperti ibu bagi mereka, walau Calpurnia sendiri sebenarnya sudah berkeluarga dan punya anak-anak sendiri. Saat libur musim panas, Dill, sahabat mereka selalu datang mengunjungi mereka. Kedatangan Dill selalu di nantikan oleh Scout, kemudian mereka bertiga akan bermain bersama, iseng mengusik tetangga mereka, Boo Radley, lalu bermain sandiwara, dan hal-hal menyenangkan lainnya. Saat liburan berakhir dan Scout harus bersekolah, ia mendapati dirinya tidak menyukai gurunya, yang sejak awal tidak senang dengan Scout yang sudah bisa membaca di hari pertama sekolah. Terkadang, gadis tomboi ini berkelahi dengan anak yang mengganggunya. Begitulah kehidupan Scout. Ia dan kakaknya tidak selalu sependapat, namun mereka saling menyayangi. Mereka pun sangat menyayangi ayahnya, dan mereka juga sayang pada Calpurnia, meski pembantu kulit hitam itu tak segan-segan memarahi mereka ketika mereka bersikap nakal.

Kehidupan keluarga Finch mulai berubah saat Atticus menjadi pembela Tom Robinson, seorang pria kulit hitam, atas kasus pemerkosaan terhadap perempuan kulit putih yang bernama Mayella Ewell. Warga Maycomb menentang Atticus. Mereka menanggap Atticus ‘pencinta nigger’, karena mau membela Tom, warga kulit hitam yang menurut mereka tidak pantas dibela. Menurut mereka, Tom sama dengan kulit hitam pada umumnya; yang kasar, tidak berpendidikan, dan sampah. Di sekolah, anak-anak mengejek Scout dan kakaknya karena memiliki ayah pencinta nigger. Ketika mengeluhkan hal itu kepada Atticus, ayah mereka membesarkan hati anak-anaknya dan berkata bahwa dirinya yakin tengah melakukan hal yang benar. Ia yakin Tom Robinson tidak bersalah, dan semua orang, baik berkulit putih maupun hitam, wajib mendapat perlakuan yang adil, apalagi saat berada di pengadilan. Ia meminta anak-anaknya untuk tidak marah ketika diejek, karena ia sedang melakukan sesuatu yang benar. Saat hari pengadilan tiba, Jem dan Scout diam-diam menyusup ke pengadilan untuk menyaksikan langsung usaha ayah mereka membela Tom. Pada tahap ini, Scout akhirnya sadar, bahwa dunia memang tidak selalu hitam-putih. Anak kecil itu akhirnya paham, bahwa prasangka buruk yang sudah tertanam cukup lama pada setiap orang, mampu membutakan manusia sehingga nyaris tidak mampu melihat apa yang benar dan apa yang tidak.

NILAI MORAL DALAM NOVEL TO KILL A MOCKINGBIRD


Nilai moral yang terdapat dalam novel To Kill A Mockingbird akan bermanfaat bagi pembaca. Nilai moral yang ditampilkan dalam novel ini berkaitan dengan persoalan hubungan manusia dengan manusia, misalnya seseorang harus memperlakukan satu sama lain secara adil, setara, dan dengan hormat, serta tidak dibutakan oleh prasangka terhadap orang lain misalnya dari ras atau suku, warna kulit, latar belakang atau kepercayaan yang berbeda. Dengan adanya nilai moral yang terkandung dalam novel ini dapat dijadikan contoh bagi semua orang untuk bersikap, bergaul dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Pemilihan novel To Kill A Mockingbird karena menceritakan tentang nilai-nilai moral kemanusiaan. Selain itu, novel ini telah memenangi Pulitzer Prize pada tahun 1961, dan terjual lebih dari 40 juta kopi di seluruh dunia. Selain itu, novel ini sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, dan diadaptasi dalam film pemenang academy award, dan novel ini juga dianggap sebagai buku paling berpengaruh dan paling laris pada abad ke-20. Tidak hanya itu, novel ini dinobatkan sebagai buku sastra klasik yang paling berpengaruh di dunia. Pada tahun 2005 buku ini mendapatkan penghargaan Los Angeles Public Literally. Sehingga novel ini memiliki nilai moral yang baik bagi pembacanya.

Nilai moral dapat dijadikan sebagai alternatif pendidikan karakter pada siswa. Seperti yang diketahui bahwa pendidikan karakter merupakan salah satu isu yang sedang populer diperbicangkan dalam dunia pendidikan saat ini. Program ini adalah bentuk respon terhadap dekadensi moral dalam bangunan realitas sosial yang berkonsekuensi pada keterpurukan bangsa di berbagai lini. Seperti hal nya kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong, dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal, dan saling merugikan. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang lebih baik. Di sekolah pendidikan karakter sangat berperan dan dapat membantu siswa untuk memiliki budi pekerti yang baik. Sehingga seluruh elemen yang terdapat dalam lingkungan sekolah harus dilibatkan. Pendidikan karakter yang terdapat di lingkungan sekolah dapat dimaknai sebagai suatu perilaku baik dari warga sekolah yang menyelenggarakan pendidikan tersebut. Sehingga dapat dijelaskan bahwa pendidikan berkarakter merupakan segala sesuatu yang dilakukan seluruh pihak yang terdapat disekolah dan memberi pengaruh pada karakter peserta didik.

Novel To Kill A Mockingbird tidak hanya menghibur pembaca, tetapi juga memiliki tujuan tertentu, yaitu ingin menyampaikan pesan-pesan moral yang mendidik dan menginspirasi siswa untuk memiliki jiwa berkarakter yang baik. Novel ini mencoba untuk mendemonstrasikan bagaimana cara dunia dan orang-orang di dalamnya menjalani kehidupan bersama yang harmonis, melalui sikap dan tindakan dasar bermoral yaitu memperlakukan orang lain dengan rasa hormat dan baik.

Biasanya, banyak pelajaran di-ajarkan pada anak-anak melalui orang dewasa yang berhubungan dengan mereka. Salah satu contohnya adalah Atticus yang mengajarkan anak-anaknya untuk tidak menghakimi orang lain dengan mengatakan, “kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya” (“you nover really understand a person until you consider things his point of view”). Novel To Kill A Mockingbird mengilustrasikan moral-moral ini melalui contoh-contoh, pernyataan-pernyataan verbal, dan pengalaman dari Atticus dan komunitas Maycomb. Beberapa contoh dalam novel ini menunjukkan pengaplikasian berbagai etika moral seperti: Atticus yang menghukum anak-anaknya secara verbal akibat tindakan mereka yang mencampuri urusan orang lain, kemudian Atticus dengan sungguhsungguh menunjukkan kebaikan dan rasa hormatnya terhadap Ibu Dubose (tetangga keluarga Finch), bahkan setelah wanita ini secara terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukanya terhadap pekerjaan Atticus yang membela seorang pria yang berkulit hitam, dan sikap serta tindakan Atticus yang bekerja dengan rajin dan sungguhsungguh agar dapat membuktikan tuduhan terhadap Tom Robinson yang tidak benar. Walaupun Harper Lee tidak pernah secara publik mengumumkan maksud dan tujuannya untuk mendidik pem-bacanya melalui cerita yang begitu berani dan radikal, pembaca novel seharusnya dapat melihat dengan jelas pesan yang ingin disampaikan yaitu walaupun terdapat perbedaan dalam sosio-ekonomi, status, ras atau budaya yang mencolok, seseorang seharusnya mau mengenal orang lain dengan baik atau “menyusup kebalik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya” (“climb into his skin and walk around in it”). Jadi dapat disimpulkan bahwa novel To kill A Mockingbird dapat menanamkan pendidikan yang berkarakter pada diri siswa seperti, sosio-ekonomi, status, ras atau budaya. Dengan menanamkan karakter yang berbudi luhur seperti dalam novel tersebut diharapkan siswa dapat memiliki karakter yang lebih baik.

Sumber :
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/article/download/5122/3404