Siapa sajakah 10 sahabat Nabi yang dijamin masuk surga?

Dalam Syarh Riyadush Shalihin, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullahu ta’ala mengatakan,

“Adapun orang-orang yang dipersaksikan bahwa mereka adalah penghuni Surga berdasarkan ciri-cirinya adalah seluruh orang beriman dan bertakwa. Kita persaksikan bahwa mereka adalah calon penghuni Surga, sebagaimana firman Allah ta’ala mengenai Surga, dalam QS. Ali Imran : 33 yang artinya ‘(Surga itu) disediakan untuk orang yang bertakwa’, Allah juga berfirman, ‘Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Rabb mereka adalah Surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya, selama-lamanya’ (QS. Al Bayyinah : 7-8).

Setiap orang beriman, bertakwa, dan beramal shalih kita persaksikan bahwa ia termasuk calon penghuni Surga. Akan tetapi, kita tidak boleh mengatakan si Fulan dan si Fulan. Sebab kita tidak tahu bagaimana akhir kehidupannya dan kita juga tidak tahu mengenai kalbunya—apakah sama dengan lahiriahnya. Karena itu, kita tidak boleh menunjuk langsung individu-individunya. Misalnya, jika seseorang meninggal dunia dan ia adalah orang yang baik, maka kita katakan, ‘Semoga Allah menjadikannya bagian dari penghuni Surga.’ Kita tidak boleh mempersaksikan dengan pasti bahwa ia adalah penghuni Surga.

Sementara itu, jenis kedua adalah orang-orang yang kita persaksikan [dengan pasti] individu-individunya. Mereka ini adalah orang-orang yang dikabari oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka termasuk para penghuni Surga, seperti sepuluh orang yang diberi kabar gembira [berupa] akan masuk Surga. Yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Sa’id bin Zaid, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah Amir bin Al Jarrah, dan Az Zubair bin Al ‘Awwam. Juga seperti Tsabit bin Qais bin Syammas, Sa’ad bin Mu’adz, Abdullah bin Sallam, Bilal bin Rabah, dan selain mereka yang sudah disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kita boleh mempersaksikan mereka secara individu demi individu. Sampai, kita pun boleh mengatakan, ‘Kita bersaksi bahwa Abu Bakar masuk Surga, Umar masuk Surga,’ dan demikian seterusnya.”

Dalam kutipan kitab di atas, Shaikh Utsaimin menyebutkan terdapat seepuluh orang sahabat Rasulullah yang dikenal luas di tengah kaum muslimin sebagai sahabat-sahabat yang dijamin masuk Surga. Kaum muslimin banyak yang tahu tentang mereka dan hafal nama-nama mereka. Bahkan, tidak sedikit kaum muslimin yang menganggap bahwa sepuluh sahabat tersebut sebagai sahabat-sahabat Rasulullah yang utama, karena peran dan sumbangsih yang diberikan masingmasing mereka kepada Islam dan kaum muslimin.

Mengapa sepuluh sahabat Rasulullah itu lebih dikenal ketimbang yang lainnya? Sebab, nama-nama mereka disebutkan di dalam satu hadits yang shahih datangnya Rasulullah. Sementara sahabat-sahabat Rasulullah yang lain hanya disebutkan dalam beberapa hadits yang satu nama terpisah dari nama yang lain. Dalam hadits shahih yang dimaksud, Rasulullah bersabda,

image

“Sepuluh orang di Surga. Abu Bakar di Surga. Umar di Surga. Utsman, Ali, Zubair, Thalhah, Abdurrahman [bin ‘Auf], Abu ‘Ubaidah, dan Sa’ad bin Abi Waqqash di Surga.”

[HR. At-Tirmidzi nomor 3748 dan disahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani]

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan juga Imam Abu Dawud dari sahabat Rasulullah yang bernama Sa’id bin Zaid radhiyallahu ‘anhu.

Dalam kelengkapan riwayat itu, Sa’id bin Zaid ditanya tentang orang yang kesepuluh, “Kami memintamu dengan nama Allah, wahai Abul A’war, siapakah orang yang kesepuluh?”. Abul A’war adalah kuniyah Sa’id bin Zaid. Seperti yang kita lihat, dalam redaksi hadits di atas hanya disebutkan sembilan orang, sedangkan Rasulullah menyebutkan sepuluh orang dan akhirnya Sa’id bin Zaid menjawab, “Kalian telah memintaku dengan nama Allah. Abul A’war di Surga.”

Hadits yang serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab Al Musnad dari sahabat Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu dan disahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir ketika memberikan catatan terhadap kitab tersebut. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menilainya shahih juga ketika meneliti kitab Al Aqidah Ath Thahawiyah karya Ahmad bin Salamah Ath Thahawi Al Hanafi.