Siapa saja yang mempunyai risiko terinfeksi Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)?

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bentuk dari infeksi bakteri yang tahan terhadap berbagai antibiotik, termasuk methicillin, amoxicillin, penicillin, dan oxacillin, sehingga menyulitkan dalam pengobatannya.

Yang rawan terinfeksi bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) antara lain :

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa melihat masa gestasi sedangkan berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.

Bayi berat lahir rendah bisa merupakan bayi yang lahir aterm (masa gestasi antara 37-42 minggu) maupun preterm atau prematur (masa gestasi ≤ 37 minggu). Untuk bayi berat lahir rendah yang lahir aterm bisa disebut dengan bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK), yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 10 persentil menurut grafik Lubchenco.

Berat lahir yang rendah merupakan faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya infeksi. Berat badan lahir rendah menjadi faktor yang berpengaruh dengan menurunkan sistem imun bayi. Fungsi imun pada bayi dengan berat badan lahir rendah masih belum berfungsi dengan baik. Gangguan fungsi imun dapat terjadi secara sendiri ataupun merupakan bagian dari kekurangan nutrisi semasa bayi, seperti besi, zink, dan tembaga.

Pada BBLR zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi.

Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah pecahnya kulit ketuban sebelum persalinan, sedangkan pecahnya kulit ketuban pada usia kehamilan ≤ 37 minggu disebut ketuban pecah dini kehamilan prematur.

Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstraseluler amnion korion , dan apoptosis membran janin. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimulasi seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan produksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin, dan protein hormon yang merangsang aktivitas “matrix degrading enzym”.

Ketuban pecah selama persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang, keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks, perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antar MMP dan Tissue Inhibitor of Metalloproteinase (TIMP-1) mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran janin.

Pecahnya selaput ketuban yang berfungsi melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim pecah dan mengeluarkan air ketuban menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim yang memudahkan terjadinya infeksi asenden. Semakin lama periode laten maka semakin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematur dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam rahim.

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal atau neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.

Sejak masa kehamilan sampai ketuban pecah, janin relatif terlindungi dari flora mikroba ibu oleh membran/dinding korioamniotik, plasenta, dan faktor antibakteria dalam air ketuban. Beberapa tindakan medis yang mengganggu integritas isi rahim, dapat memudahkan organisme normal kulit atau vagina masuk sehingga menyebabkan korioamnionitis dan infeksi sekunder pada janin termasuk dapat berkembang menjadi hiperbilirubinemia.

Metode Persalinan

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan yang ditandai dengan perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.

Secara umum, metode persalinan dikenal dengan dua macam, yaitu persalinan pervaginam dan persalinan seksio sesarea. Persalinan pervaginam, biasa disebut oleh orang awam dengan persalinan normal, adalah proses keluarnya janin dari dalam rahim melalui jalan lahir/vagina. Sedangkan persalinan seksio sesarea adalah proses keluarnya janin dalam rahim ibu melalui dinding perut ibu melalui suatu operasi pembedahan yang dikenal dengan istilah bedah sesar.

Menurut penelitian yang dilakukan di Denmark, proses persalinan dengan seksio sesarea lebih sering terjadi pada neonatal yang terkolonisasi MRSA dibandingkan dengan yang tidak terkolonisasi (53% : 30%; P = 0,03). Dan dari hasil penelitian tersebut, hanya pengobatan dengan nCPAP dan persalinan melalui seksio sesarea yang termasuk faktor risiko independen untuk kolonisasi MRSA (P = 0,006 dan P = 0,016).

Bayi yang dilahirkan secara normal (melalui pervaginam) akan terkolonisasi sejak awal oleh bakteri yang berasal dari vagina dan fekal ibunya. Sedangkan bayi yang dilahirkan dengan metode persalinan seksio sesarea umumnya akan terkolonisasi bakteri dari lingkungan rumah sakit atau tenaga medis sehingga memiliki jumlah koloni bakteri alami lebih sedikit bila dibandingkan dengan kelahiran normal.

Pada bayi yang dilahirkan dengan metode persalinan seksio sesarea memiliki risiko terkena penyakit yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang dilahirkan normal, karena pada saat lahir, sistem daya tahan tubuh masih belum dapat berfungsi dengan baik atau belum sempurna.

Usia Kehamilan saat Bayi Dilahirkan

Normalnya usia kehamilan bagi manusia adalah 40 minggu. Menurut World Health Organization (WHO), usia kehamilan pada bayi yang baru lahir dikategorikan menjadi prematur, normal, dan lebih bulan. Kelahiran prematur terjadi sebelum 37 minggu usia kehamilan. Usia kehamilan ini dihitung dari hari pertama setelah siklus menstruasi terakhir.

Bayi prematur rentan mengalami infeksi. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor immunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.

Pemberian Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu (ASI) adalah minuman alamiah untuk semua bayi cukup bulan selama usia bulan-bulan pertama, yang berisi antibodi bakteri dan virus, termasuk kadar antibodi IgA sekretori yang relatif tinggi, yang mencegah mikroorganisme melekat pada mukosa usus.

Kolostrum (sering disebut ASI jolong) adalah ASI pertama yang diproduksi payudara ibu selama hamil. Komposisi kolostrum berbeda dengan ASI yang keluar pada hari ke 4-7 sampai hari ke-10 – 14 kelahiran (ASI transisi) dan juga berbeda dengan ASI yang keluar setelah hari ke-14 (ASI matang). Kolostrum berisi full antibodi dan immunoglobulin. Kolostrum mengandung sejumlah besar sel-sel hidup sehingga kolostrum bisa dianggap sebagai vaksin alami pertama yang aman. Kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh 10-17 kali lebih banyak dibandingkan susu matang yang berfungsi melindungi bayi dari diare dan infeksi.

Penggunaan Air Susu Ibu (ASI) sudah dibuktikan dapat mencegah terjadinya infeksi pada bayi. Bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko lebih kecil untuk memperoleh infeksi daripada bayi yang mendapat susu formula. Efektifitas ASI tergantung dari jumlah yang diberikan, semakin banyak ASI yang diberikan semakin sedikit risiko untuk terkena infeksi. Insidensi infeksi nosokomial pada bayi prematur yang mendapat ASI (29,3%) lebih kecil dibandingkan dengan bayi prematur yang mendapat susu formula (47,2%).