Siapa saja tokoh seni lukis aliran Realisme ?

Realisme dalam seni rupa abad ke-19 merupakan gerakan yang menolak tema Neo- Klasikisme dan Romantikisme. Seniman Realis tidak mendasarkan karyanya pada tema mitologi Yunani dan Romawi atau tema dari Timur Dekat, tetapi tema “di sini dan kini”. Mereka mendasarkan tema lukisan mereka pada pengamatan sehari-hari.

Siapa saja tokoh seni lukis aliran realisme ?

Di Indonesia sudah banyak pelukis yang beraliran realis yang memiliki bakat seni yang belum tentu orang memilikinya. Indonesia mempunyai maestro terkenal yang beraliran realis, yaitu :

Raden Saleh

Maestro pertama yaitu raden shaleh sjarif boestaman atau sering kita kenal dengan raden saleh yang lahir pada tahun 1881 di semarang jawa tengah. dengan bakat nya yang dia punya semenjak kecil dan lebih mengasah lagi dengan belajar ke Belanda pada tahun 1829 dengan di dukung serta di biayai oleh gubenur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen. Semenjak belajar di Belanda dia terpengaruh dengan tokoh romantisme Delacroix yang menciptakan karya lukis romastisme nya yang begitu realis pada abad 19. Melalui karyanya ia menyindir nafsu manusia yang terus mengusik makhluk lain. Misalnya dengan berburu singa, rusa, banteng, dll.

Berkat usaha dan reputasi karya nya Raden saleh reputasi yang ditunjukkan oleh prestasi artistiknya, membuat nya dikenang di indonesia maupun di luar negeri. Karya-karya lukisannya pernah di pamerankan di museum akbar seperti Rijkmuseum, Amsterdam, Belanda, dan dipamerkan di museum bergengsi Louvre,Paris, Perancis. Pada tahun 1883 di adakan pameran di amsterdam untuk memperingati wafat nya Raden Saleh, Lukisan yang di pamerkan yaitu Hutan Terbakar, Berburu Kerbau di Jawa, dan Penangkapan Pangeran Diponegoro. Raden saleh juga mendapatkan penghargaan dari tanah air nya Indonesia berupa Piagam Anugerah Seni sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia pada tahun 1969.

Basuki Abdullah

Basuki Abdullah yang lahir di surakarta jawa tengah pada tanggal 25 januari 1915, seorang pelukis terkenal di indonesia beraliran realis serta terkenal sebagai pelukis di istana merdeka jakarta yang karya-karya nya menghiasi istana negara dan kepresidenan indonesia.

Basuki Abdulah lebih dominan melukis potret seperti sesosok perempuan yang di perindah lewat lukisannya. Jiwa seni yang dia punya turun menurun dari seorang ayah nya yang bernama Abdullah Suriosubroto yang seorang pelukis dan penari. Semenjak kecil bakat seni nya sudah terlihat dengan melukiskan toko terkenal seperti Mahatma Gandhi, Rabindranath Tagore, Yesus Kristus dan Krishnamurti. Kepandaian yang dimilikinya dia memperoleh beasiswa yang membawa nya ke belanda untuk sekolah seni rupa (Academie Voor Beeldende Kunsten) di Den Haag, dengan waktu singkat selama 3 th. Beliau jg sempat mengajar seni lukis pada tahun 1943 di gerakan poetra atau pusat tenaga kerja. serta aktif di Keimin Bunka Sidhosjo (sebuah Pusat Kebudayaan milik pemerintah Jepang) bersama-sama Affandi, S.Sudjoyono, Otto Djaya dan Basoeki Resobawo. Pada tanggal 6 September 1948, Basuki Abdullah mengikuti sayembara melukis di belanda amsterdam sewaktu penobatan Ratu Yuliana. dan memenangkan sebagai pemenang dari 87 pelukis Eropa. Pada saat itulah Basoeki Abdullah mulai terkenal dunia.

Sindoesoedarsono Soedjojono

Lukisan Sindoesoedarsono Soedjojono

Inilah Bapak Seni Lukis Indonesia Modern Sindoesoedarsono Soedjojono atau di sebut juga S. Sudjojono serta orng pertama yang menjadi kritikus seni rupa, Lahir di Sumatra Utara, 14 Desember 1913, Sebelum mentekadkan sebagai pelukis, dia sempat menjadi salah satu guru di Taman siswa pada tahun 1931di banyuwangi. selama mengajar, dia mulai untuk menekuni bakat yang ada pada dirinya sebagai pelukis. Dengan ciri khas kasar atau bertekstur yang berbeda dengan yang lain, Lantas dia mengikuti pameran pada tahun 1937 di Kunstkring Jakarya, Jakarta. bersama peserta pelukis eropa, berawal dari situ lah S. Sudjojono terkenal menjadi pelukis dan menjadi pionir mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi), dan awal seni lukis modern berciri Indonesia. Karya Lukis yang terkenal dari S. Sudjojono yaitu : Di Depan Kelambu Terbuka, Cap Go Meh, Pengunso serta Seko.

Bari Sasmitawinata

lukisan Bari Sasmitawinata

Bari Sasmitawinata adalah seorang seniman pelukis realis sekaligus guru di ITB (Institut Teknologi Bandung) terkenal di indonesia yang lahir di Bandung 18 Maret 1921, dia satu-satu nya orang pribumi yang belajar di studio milik Jos Pluimentz, pelukis asal Belgia yang tinggal di Bandung Pada tahu 1935 yang di suruh oleh kk ipar nya. disana dia mulai banyak belajar melukis objek benda dan alam yang berguru ke Luigi Nobili seorang pelukis italia.dari studio itulah Barli mengenal pelukis-pelukis lain, yaitu Affandi, Hendra Gunawan, Sudarso, dan Wahd, dari perkenalan itu mereka membuat kelompok yang di berinama kelompok lima. Setelah dia menguasai teknik seni rupa, dia mulai mendirikan studio Jiwa Mukti bersama Karnedi dan Sartono pada tahun 1948. dan ia pun mendirikan Sanggar Rangga Gempol di kawasan Dago, Bandung pada tahun 1958. Hasil karya nya yang dia hasilkan banyak di pamerankan diluar negeri terutama di museum barli bandung dan mendapat menghargaan dari presiden yaitu Satyalancana Kebudayaan.

Hendra Gunawan

lukisan Hendra Gunawan

Hendra Gunawan yang lahir pada tanggal 11 Juni 1918 di Bandung, Jawa Barat ini bermula masuksekolah dan belajar kepada wahdi (seorang pelukis pemandangan) banyak yang dia pelajari dari seorang pelukis wahdi, selain itu juga Hendra gunawan bergabung pada grup sandiwara Sunda sebagai pelukis dekor untuk mengasah kemampuan melukis nya. Pergaulan seorang pelukis tidak jauh dengan pelukis-pelukis lainnya. hendra gunawan juga berteman dengan pelukis indonesia yaitu Affandi yang membantu dia menginpirasi untuk menjadi seorang pelukis. Pada tahun 1940 Hendra gunawan dengan tekad dan niat tulus membentuk Sanggar Pusaka Sunda dan mengadakan pameran bersama. dan pada tahun 1947 bersama Affandi ,ia mendirikan sanggar Pelukis Rakyat yang melahirkan pelukis berbakat seperti Fajar Sidik dan G. Sidharta. Seni lukis yang dia tampilan memberi semangat juang dengan warna da tema kerakyatan yang dia lukiskan di setiap karya lukis nya. sumber pertama dia mengenal warna natural dan alami dari ikan yang warna nya sangat cantik dan alami.

Honore Daumier (1808-1879)

Honore Daumier dapat dianggap sebagai seniman Realis, karena karyanya menyuarakan isu-isu sosial dan politik. Daumier banyak mengabdikan dirinya dalam dunia karikatur. Ia bekerja sebagai kartunis politik, namun pada akhir hidupnya banyak berkarya seni lukis.

Lukisan The Third Class Carriage (1862). Honore Daumier.
Gambar The Third Class Carriage (1862). Honore Daumier.

Karya Daumier The Third Class Carriage (1862) menggambarkan para petani miskin yang memenuhi gerbong kereta api Perancis penuh sesak. Rasa simpati yang mendalam terhadap penderitaan orang-orang itu diungkapkannya secara karikatural. Para petani tampak terpenjara dalam keterasingan dan kelas sosial yang tidak memungkinkannya lagi untuk keluar dari penderitaan itu.

Gustave Courbet (1819-1977)

Gustave Courbet adalah pelopor gerakan Realisme pada pertengahan abad ke-19. Konsep Realisme Courbet adalah menolak tema yang tidak terkait langsung dengan pengalaman hidup yang nyata di suatu tempat dan pada waktu tertentu. Ia terkenal dengan ucapannya, “Perlihatkan aku bidadari, aku akan melukisnya.” Pernyataannya bahwa seniman harus melukis objek yang nyata dan ada diikuti dengan manifesto Realisme dan pameran di “Paviliun Realisme” pada tahun 1855.

lukisan The Stone Breaker (1849). Gustave Courbet.
Gambar The Stone Breaker (1849). Gustave Courbet.

Lukisan Courbet yang pertama, The Stone Breaker (1849), mengandung ciri-ciri pokok yang menentukan konsep Realisme Courbet. Tema yang menggambarkan lelaki tua dan lelaki muda sedang bekerja di jalan didasarkan pada pengamatan nyata oleh Courbet. Ia mendatangkan mereka untuk berpose di studionya. Ia kemudian menciptakan adegan yang menggambarkan lelaki yang terlalu tua dan terlalu muda untuk jenis pekerjaan itu. Karya Courbet ini dikritik berbau “sosialistik” pada masa itu. Karya Courbet yang lain misalnya A Burial at Ornans (1849-1950). Lukisan ini menampilkan tema yang tidak lazim tetapi diambil dari kenyataan, yaitu suasana pemakaman.

lukisan A Burial at Ornans. (1849-1950). Gustave Courbet.
Gambar A Burial at Ornans. (1849-1950). Gustave Courbet.

Edouard Manet (1832-1883)

Gaya lukisan Edouard Manet merupakan inspirasi bagi perkembangan seni rupa moderen. Ia memulai penggunaan pewarnaan secara datar, menghindari gelap-terang khiaroskuro yang tradisional. Tema lukisan Manet banyak mengacu pada realisme Courbet. Ia juga dianggap sebagai salah satu seniman yang memunculkan gagasan seni untuk seni, bahwa goresan kuas dan warna merupakan unsur pokok dari realitas lukisan.

Manet merupakan tokoh penting bagi pelukis-pelukis muda yang dikenal sebagai kelompok Impresionis. Meskipun ia tidak pernah secara formal sebagai Impresionis, karya-karya akhirnya menunjukkan ciri khas Impresionisme, yaitu penggunaan warna cerah.

–Gambar dihapus karena mengandung unsur pornografi–
Gambar Lucnheon on the Grass (1863) Edouard Manet.

Karya Manet, Luncheon on the Grass (1863), menggambarkan orang laki-laki berpakaian rapi sedang duduk di rerumputan bersama seorang wanita telanjang. Tema lukisan itu jelas tidak dimaksudkan sebagai suatu alegori, tetapi diletakkan dalam kehidupan nyata. Lukisan itu dianggap memalukan oleh banyak kritikus Perancis pada waktu itu, karena isinya yang tidak senonoh itu.

Komposisi dan figur telanjang pada lukisan Manet bersumber pada seni rupa klasik. Lukisan itu didasarkan pada engraving Renaisans karya Marcantonio Raimondi, yang selanjutnya bersumber pada karya gambar Raphael (Judgment of Paris). Karya Raphael bersumber pada relief yang menggambarkan figur-figur dewi-dewi sungai yang sedang berbaring. Konsep asli figur telanjang yang ideal masih tampak pada lukisan Manet.

–Gambar dihapus karena mengandung unsur pornografi–
Gambar Olympia (1863) Edouard Manet.

Lukisan Manet yang berjudul Olympia (1863) juga menampilkan figur wanita telanjang dalam konteks nyata. Lukisan mengingatkan karya Raphael Venus of Urbino, namun dimaksudkan sebagai potret seorang pelacur yang sangat terkenal di Paris. Seraya berbaring di tempat tidurnya wanita itu menampilkan tatapan yang ramah dan tanpa malu.

Thomas Eakins (1844-1916)

Thomas Eakins menggabungkan seni rupa dan sains dalam fotografi maupun seni lukis. Ia pernah belajar melukis di Eropa pada pelukis akademik Jean-Leon Gerome. Ia juga mendapat pengaruh dari Velazquez, Rembrandt, dan Courbet. Ia tertarik pada gerak tubuh manusia, yang dihasilkannya melalui studi fotografi. Eakins termasuk seniman Amerika yang pertama kali menggunakan studi model telanjang untuk pembelajaran seni rupa, yaitu di Pennsylvania Academy of Fine Arts. Hal ini mengecewakan para kritikus konservatif pada masa itu. Karya Eakins The Agnew Clinic (1875) dan The Gross Clinic (1889) menggambarkan suasana di kamar operasi.

lukisan The Agnew Clinic (1875). Thomas Eakins.
Gambar The Agnew Clinic (1875). Thomas Eakins.

Lukisan The Gross Clinic (1889). Thomas Eakins.
Gambar The Gross Clinic (1889). Thomas Eakins.

Henry O. Tanner (1859-1937)

Henry O. Tanner adalah pelukis Afrika-Amerika yang belajar pada Eakins di Philadelphia pada tahun 1880-an. Lukisan Tanner yang terkenal berjudul The Banjo Lesson (1893) yang dikerjakannya setelah pindah ke Paris. Lukisan ini menunjukkan tema kehidupan sehari-hari dengan gaya Realisme objektif, yang merupakan pengaruh Eakins.

Lukisan Banjo Lesson (1893), Henry O. Tanner.
Gambar Banjo Lesson (1893), Henry O. Tanner.

Sumber : Bambang Prihadi, Sejarah Seni Rupa Barat II, Universitas Negeri Yogyakarta