Siapa saja tokoh seni lukis aliran Impresionisme ?

aliran Impresionis

Pelukis Impresionis merekam kesan pengamatannya melalui goresan kuas yang tampak spontan dan kasar (sketchy), sehingga sering kali objek tampak kabur, tidak terfokus.

Istilah “Impresionisme” muncul ketika kelompok pelukis tersebut menyelenggarakan pamerannya yang pertama pada tahun 1874. Istilah tersebut sebenarnya merupakan komentar bernada sinis oleh para kritikus pada waktu itu, karena karya mereka tampak seperti sketsa atau terkesan belum jadi.

Kelompok Impresionis merupakan kelompok pelukis yang pertama kali konsisten dalam melukis di luar ruang. Metode melukis ini disebut dengan istilah plein air (open air). Dalam bentuknya yang murni, Impresionisme bermaksud menangkap kesan waktu yang singkat, merekam sensasi visual seperti apa yang tertangkap oleh mata. Impresionisme secara umum dapat dianggap sebagai gaya seni lukis pemandangan alam, namun beberapa pelukis Impresionis menyukai objek manusia.

Siapa saja tokoh seni lukis aliran Impresionisme ?

Claude Monet (1840-1926)

Tokoh utama gerakan Impresionis adalah Claude Monet. Ia adalah pelukis Impresionis murni, yang mendasarkan karyanya pada sensasi visual sesaat. Monet pada dasarnya pelukis pemandangan alam. Objek-objek yang dilukisnya di antaranya ladang opium, tumpukan jerami, pemandangan kota, fasade katedral Gotik, dan stasiun kereta api.

lukisan Impression-Sunrise (1874). Claude Monet.
Gambar Impression-Sunrise (1874). Claude Monet.

Karya Monet Impression-Sunrise (1874) mungkin merupakan asal-usul nama Impresionisme. Dalam lukisan itu, objek perahu-perahu tampak dalam latar air biru, dalam suasana pagi yang berkabut pada saat matahari terbit. Objek perahu dan air mengabur menjadi susunan warna yang mendatar pada permukaan lukisan.

Lukisan seri Rouen Cathedral (1894) memperlihatkan fasade katedral yang terbuat dari batu, yang diamati dalam waktu dan suasana yang berbeda-beda. Perhatian Monet tertuju pada bagaimana mengungkapkan pengaruh cahaya dan keadaan cuaca terhadap kesan warna, dengan menggunakan warna-warna tertentu. Di sini bentuk nyata dari katedral itu bukan merupakan hal yang penting, karena soliditas objek larut dalam cahaya.

Lukisan Rouen Cathedral (1894). Claude Monet.
Gambar Rouen Cathedral (1894). Claude Monet.

Lukisan seri Water Lilies (1899) merupakan karya Monet selanjutnya, yang terus digarapnya hingga tahun 1920-an. Di sini Monet lebih bebas menangkap warna daun dan bunga teratai itu sendiri, serta bayangan langit, awan, dan benda-benda lainnya di sekeliling kolam itu.

Lukisan Water Lilies with the Japanese Bridge (1899). Claude Monet.
Gambar Water Lilies with the Japanese Bridge (1899). Claude Monet.

Pierre-Auguste Renoir (1841-1919)

Pierre-Auguste Renoir lebih tertarik pada objek figur manusia, terutama figur wanita telanjang dari pada pemandangan alam. Keterlibatan Renoir dalam gerakan Impresionisme tidak selama seperti Monet. Pada tahun 1880-an ia meninggalkan Impresionisme, memilih kembali menggambarkan figur secara lebih solid.
Selama aktif dalam Impresionis pada tahun 1870-an warna dan goresan kuas Renoir mirip dengan Monet. Namun, ia lebih menyukai objek orang biasa, pada umumnya orang- orang dari kelas menengah yang sedang bersenang-senang menikmati aktivitas di waktu luang.

Dalam Luncheon on the Boating Party (1881), Renoir menggambarkan sekelompok orang sedang menikmati makanan, anggur, dan bercakap-cakap di sekeliling meja. Ia masih menggunakan warna-warna Impresionis yang terang, meskipun terdapat penekanan pada soliditas figur-figur yang digambarkan.

Lukisan Luncheon on the Boating Party (1881) Pierre-Auguste Renoir.
Gambar Luncheon on the Boating Party (1881) Pierre-Auguste Renoir.

Edgar Degas (1834-1917)

Edgar Degas sangat berbeda dengan pelukis-pelukis Impresionis lainnya. Ia tidak menggunakan warna yang menyala, tetapi lebih menyukai warna yang agak gelap seperti warna-warna yang digunakan Manet. Degas masih setia terhadap tradisi seni lukis klasik dan menunjukkan kemahiran dalam teknik menggambar sebagai unsur utama karyanya. Ia bahkan juga memberikan kontur pada figur-figurnya.

Namun, seperti pelukis Impresionis lainnya, Degas mendasarkan tema karyanya pada pengamatan terhadap peristiwa kehidupan sehari-hari. Lukisan Degas menunjukkan pengaruh seni cetak Jepang, yaitu pada sudut pandang yang sedikit ditarik ke atas. Ia menggunakan komposisi snapshot seperti dalam fotografi. Lukisan Degas ini misalnya The Absynthe Drinker (1876).

Lukisan The Absynthe Drinker (1876). Edgar Degas
Gambar The Absynthe Drinker (1876). Edgar Degas

Selain melukis, Degas sangat mahir dalam lukisan pastel dan juga membuat patung. Objek yang menjadi kesukaan Degas di antaranya penari balet. Karya pastel Degas misalnya After the Bath: Woman Drying Herself (1890).

Lukisan After the Bath: Woman Drying Herself (1890). Edgar Degas.
Gambar After the Bath: Woman Drying Herself (1890). Edgar Degas.

Berthe Morisot (1841-1895)

Terdapat beberapa pelukis wanita yang tergabung dalam gerakan Impresionisme, di antaranya Berthe Morisot. Morisot terlibat sejak awal berdirinya gerakan tersebut. Karya Morisot mendapat pengaruh dari lukisan Manet. Tema karya Morisot terutama berkisar pada kehidupan sehari-hari pribadinya, yang merupakan golongan kelas menengah ke atas. Goresan kuasnya terkesan spontan dan kasar (sketchy) dan karya pastelnya tampak menunjukkan kepekaannya yang mendalam terhadap media tersebut. Karya Morisot misalnya The Artist’s Daughter with a Parakeet (1890).

Lukisan The Artist's Daughter with a Parakeet (1890). Berthe Morisot.
Gambar The Artist’s Daughter with a Parakeet (1890). Berthe Morisot.

Mary Cassat (1845-1926)

Mary Cassat adalah pelukis Amerika yang berasal dari keluarga kaya di Philadelphia. Pada waktu itu sulit sekali bagi seorang wanita untuk menjadi pelukis yang serius. Namun, latar belakang ekonomi yang kuat memungkinkan baginya untuk mengabdikan hidupnya dalam dunia seni lukis.

Lukisan The Coiffure (1891) Mary Cassat
Gambar The Coiffure (1891) Mary Cassat.

Cassat bergabung dengan para pelukis Impresionis di Perancis pada tahun 1877, setelah ia bersahabat dekat dengan Degas. Cassat berhasil mengembangkan gayanya sendiri dengan mempelajari secara serius lukisan Degas dan seni cetak Jepang. Ia banyak melukis objek wanita dan anak-anak. Selain menjadi pelukis, Cassat juga berjasa dalam memperkenalkan kolektor-kolektor kaya Amerika dengan para pelukis Impresionis Perancis. Dalam The Coiffure (1891) Cassat menunjukkan pengaruh seni cetak Jepang, yaitu sudut pandang yang agak dinaikkan, bentuk objek yang disederhanakan, dan pewarnaan yang cenderung datar.

James Abbot McNeil Whistler (1834-1903)

James Abbot McNeil Whistler adalah pelukis asal Amerika yang bergabung dengan gerakan Impresionisme di Perancis. Namun, setelah tinggal di Inggris, ia melepaskan diri dengan gerakan tersebut. Tidak seperti pelukis Impresionis di Perancis, Whistler tidak menggunakan warna terang, tetapi lebih menyukai warna keabu-abuan dan kecokelat- cokelatan dengan sentuhan warna emas dan merah. Whistler menarik analogi antara kualitas abstrak seni lukis dengan musik, sehingga ia memberi judul karyanya dengan kata- kata “nokturno, simponi, dan aransemen.” Salah satu diantaranya Nocturne in Black and Gold: The Falling Rocket (1874).

Lukisan Nocturne in Black and Gold: The Falling Rocket (1874) James Abbot McNeil Whistler.
Gambar Nocturne in Black and Gold: The Falling Rocket (1874) James Abbot McNeil Whistler.

Di samping melukiskan sesuatu objek, bagi Whistler lukisan adalah aransemen bidang, warna, dan gelap-terang dalam suatu komposisi. Falsafah inilah yang mendasari judul lukisannya yang berjudul Arangment ini Black and Grey, No. 1 (The Artist’s Mother) (1872).

Lukisan Arangment ini Black and Grey, No. 1 (The Artist’s Mother (1872). James Abbot McNeil Whistler.
Gambar Arangment ini Black and Grey, No. 1 (The Artist’s Mother (1872). James Abbot McNeil Whistler.

Sumber : Bambang Prihadi, Sejarah seni rupa barat II, Universitas Negeri Yogyakarta