Siapa saja desainer grafis di Indonesia dengan karya yang sangat menginspirasi ?

Karya Desainer Grafis Indonesia tentunya tidak kalah hebat dengan desainer grafis di luar negeri. Desainer Grafis Indonesia juga mampu menghasikan karya mengesankan yang diakui mancanegara. Desainer Grafis Indonesia yang akan kita ulas berikut ini hanya sebagian dari banyak penduduk Indonesia yang berkarya di luar negeri. Dengan karya yang orisinil, mereka mampu meraih prestasi yang membanggakan. Siapa saja sih desainer grafis di Indonesia dengan karya yang sangat menginspirasi?

YOLANDA SANTOSA
Pernah nonton serial televisi “Desperate Housewives” yang sempat melejit dan memukau perhatian penggemarnya di seluruh dunia? Yolanda Santosa, yang akrab dipanggil Yo, merupakan seorang Desainer Grafis Indonesia di balik film tersebut. Yolanda memang salah satu desainer grafis asal Indonesia yang sukses di bidang branding & motion graphic di Amerika Serikat. Setelah selesai kuliah dari Art Center College of Design di Pasadena, AS pada tahun 2000, Yo mengawali karirnya sebagai desainer grafis yang kemudian diangkat menjadi Art Director di yU+co, di mana ia terlibat dalam penggarapan main title sequence atau opening show untuk serial televisi Desperate Housewives, Ugly Betty, dan the Triangle, juga untuk film layar lebar, seperti My Super Ex-girlfriend, Cat Woman, Taking Lives, Paycheck, 300, Cat Woman, dan the Hulk.

Yolanda juga meraih nominasi di Emmy Award dalam tiga tahun berturut-turut untuk kategori Main Title Design untuk serial TV favorit “Ugly Betty” di tahun 2007. Yang sebelumnya di tahun 2006, ia juga dinominasikan di kategori yang sama untuk serial TV “The Triangle”, dan sebelumnya lagi di tahun 2005 untuk serial televisi “Desperate Housewives”. Selain dinominasikan dalam Emmy Award, Yo juga meraih penghargaan Graphic Design USA 2006, Webby Award Honoree 2006, dan ADC Young Guns 6 Award. Pada tahun 2006, Yo pun mendirikan Ferro-Concrete, perusahaan yang menyediakan jasa branding dan desain grafis. Dan berikut sederet klien besar yang pernah ditangani Yo, antara lain: Stasiun TV ABC, CNN Paramount Pictures, Pinkberry, Sci Fi Channel, Showtime, Sony, Universal Pictures, Walt Disney Pictures, Warner Bros Pictures, dan 20th Century Fox.

HENRICUS KUSBIANTORO
Bagi pecinta desain grafis, tentunya tak asing lagi dengan Landor, perusahaan pionir dan terkemuka sebagai konsultan merek dan logo yang berpusat di San Fransisco, Amerika Serikat. Henricus Kusbiantoro adalah salah satu Art Director di Landor Associates tersebut di bidang desain dan identitas. Pria kelahiran Bandung ini mendesain brand expression The Global Campaign dari Bono U2 untuk AIDS di Afrika, yang diluncurkan dalam World Economic Forum 2006 di Davos, Swiss. Henricus memulai karirnya pada 1996 di LeBoYe Design Studio Jakarta, sebelum akhirnya ia pindah untuk melanjutkan karir di negeri seberang, Amerika Serikat. Hal membanggakan lainnya adalah karya Desainer Grafis Indonesia ini telah dimuat di Laurence King Publisher 2007 (London), The New York Times, The Wall Street Journal, Time dan Fortune. Ia juga meraih penghargaan untuk kategori branding design di D&AD Awards London, dan Merit Award dari New York’s Art Director Club.

MELISSA SUNJAYA
Perempuan Indonesia ini pernah berkiprah di dunia desain di California, seperti CMg Design Inc., Ph.D, dan Siegel & Gale Los Angeles. Ia pun tak kalah menginspirasi, karyanya telah diakui di negara asing, yaitu Amerika Serikat saat menangani proyek-proyek besar dari klien, seperti ID Connect (Liechtenstein), Zoe Design Associates (San Francisco/Singapura), dan Belle Marie Winery (AS). Di tahun 1999, Desainer Grafis Indonesia satu ini meraih penghargaan Strathmore Graphics Gallery Award for Design and Production Excellence atas proyek desain identitas korporat di CMg. Lebih membanggakan lagi karena desain tersebut dipamerkan di The Strathmore Graphics Gallery di New York, dan juga diterbitkan di majalah Communication Art dan How Design di Amerika Serikat.

KALIM WINATA
Desainer Grafis Indonesia yang satu ini dapat dikatakan sebagai desainer grafis yang sukses berkiprah di industri film Hollywood. Ia merupakan Computer-Generated Images Artist di ImageMovers Digital, salah satu anak perusahaan dari Disney. Perjalanan karirnya juga patut dijadikan inspirasi bagi para Desainer Grafis Indonesia lainnya. Pria ini memulai karirnya sebagai seorang Render Wrangler di Pacific Data Images (PDI) Dreamworks, perusahaan yang memproduksi film animasi Shrek 1-3. Ia juga pernah direkut menjadi CGI Artist untuk film animasi Polar Express yang diproduksi Sony Pictures, setelah ia menyelesaikan proyek film animasi Shrek 2. Dan pada tahun 2009, ia mengerjakan simulasi rambut untuk Scrooge, yang diperankan oleh Jim Carey, yang merupakan karakter utama dalam film “Christmas Carol”, sebuah film animasi yang diadaptasi dari novel Charles Dickens.

DANTON SIHOMBING
Keterlibatan Danton sebagai Desainer Grafis Indonesia yang masuk dalam kancah global, dimulai ketika Danton mendapat gelar Master dari Savannah College of Arts and Design (SCAD), Georgia, AS. Pria yang berkarya pada bidang desain grafis ini, juga pernah berkarya di sejumlah perusahaan dunia, seperti Allied Graphic Arts (AGA), New York City. Desainer grafis yang memulai karirnya sejak 1990 ini juga merupakan sosok besar di balik proyek prestisius revitalisasi brand Marks & Spencer dan Nascar. Danton pun meraih anugerah Outstanding Achievement in Graphic Design Award pada tahun 1997 dan mendirikan Inkara Brand Consulting sejak tahun 2000.

WAHYU ADITYA
Desainer Grafis Indonesia satu ini pernah dinobatkan sebagai International Young Screen Entrepreneur of the Year 2007 di Apollo Theatre West End, London. Saat itu ia berhasil menyisihkan peserta dari India, China, Brasil, Slovenia, Lithuania, Nigeria, Polandia, dan Libanon. Duncan Kenworthy, produser dari Four Weddings and Funeral, Nothing Hill dan Love Actually, yang merupakan salah satu dewan juri pada saat itu, sempat menyatakan ingin memodali proyek Aditya selanjutnya, karena ia dinilai mampu mengawinkan kreatifitas, idealisme dan bisnis di usianya yang masih sangat muda pada saat itu.

Source: IDS