Si Lumpuh Dan Si Buta

Kisah Sufi

Pada suatu hari seorang lumpuh pergi ke sebuah warung dan duduk disamping seseorang yang sudah sejak tadi disana.

“Saya tidak bisa datang ke pesta Sultan,” keluhnya, karena kakiku yang lumpuh sebelah ini aku tak bisa berjalan cepat."

Orang disebelahnya itu mengangkat kepalanya.

“Saya pun di undang,” katanya, “tetapi keadaanku lebih buruk dari Saudara. Saya buta, dan tak bisa melihat jalan, meskipun saya juga diundang.”

Orang ketiga, yang mendengar percakapan kedua orang itu, berkata,

“Tetapi, kalau saja kalian menyadarinya, kalian berdua mempunyai sarana untuk mencapai tujuan. Yang buta bisa berjalan, yang lumpuh didukung di pungung. Kalian bisa menggunakan kaki si Buta, dan Si Lumpuh untuk menunjukkan jalan.”

Dengan cara itulah keduanya bisa mencapai tujuan, dan pesta sudah menanti.
Dalam perjalanan, keduanya sempat berhenti di sebuah warung lain. Mereka menjelaskan keadaannya kepada dua orang lain yang duduk bersedih disana. Kedua orang itu, yang seorang tuli, yang lain bisu. Keduanya juga diundang ke pesta. Yang bisu mendengar, tetapi tidak bisa menjelaskannya kepada temannya yang tuli itu. Yang tuli bisa bicara, tetapi tidak ada yang bisa dikatakannya.

Kedua orang itu tak ada yang bisa datang ke pesta; sebab kali ini tak ada orang ketiga yang bisa menjelaskan kepada mereka bahwa ada masalah, apalagi bagaimana cara mereka memecahkan masalah itu.

Catatan
“Si Lumpuh dan Si Buta” dianggap sebagai ciptaan Syeh Ahmad Faruk, yang meninggal tahun 1615. Kisah ini baru boleh dibaca setelah menerima perintah untuk membacanya: atau oleh mereka yang telah mempelajari Karya Hakim Sanai, “Orang-orang Buta dan Gajah.”

Sumber : Idries Shah, Kisah-kisah Sufi, terjemahan: Sapardi Djoko Damono, Pustaka Firdaus, 1984