Si lemot tapi cantik dan rapi -Utsiana Devi

Dia adalah satu-satunya orang ter-santuy yang pernah ku temui sepanjang jalan ku sekolah, dibanding dengan temanku SMK ini lebih parah, ah parah deh pokoknya wkwkwk.

Waktu itu kami masih belum saling kenal, kenalnya ketika aku memutuskan melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi Keagamaan di salah satu kota pesisir selatan Jawa Timur. Waktu ujian masuk dulu aku barengan sama sahabatku MTs Sinta. Lebih bersyukurnya disini, karena aku bisa satu sekolahan lagi dengan teman MTs ku itu bahkan satu kos wehehe hidup bersama lah artinya. Nah waktu itu H-7 sebelum ujian masuk PTKIN, kami survei tempat ujian dan mencari tempat untuk kos selama ujian di sekitar kampus, yaa karena satu sebab yaitu jaraknya yang begitu jauh dari rumah ke kampus kami memilih mencari kos sementara untuk antisipasi supaya tidak terlambat.

Aku dan sahabatku waktu itu memutuskan berangkat via kereta api karena lebih efektif jika dibanding via bus terlebih temanku Sinta sedikit kurang nyaman jika naik bus ehehe. Nah saat itu pula untukku pertama kalinya tahu dan kenal si rapi (Devi) ini, yaah walaupun memang sebelumnya aku sudah dan bahkan kerap mendapat cerita-cerita dari sahabatku itu tentang si rapi ini. Benar Si rapi ini adalah teman sekaligus sahabat dekat Sinta. Waktu SMA aku berbeda sekolah dengan Sinta dimana setelah lulus mts-aku lanjut ke SMK sedangkan Sinta memilih di Madrasah Aliyah yang satu sekolah dengan Devi.

Nah untuk pertama kalinya aku tahu rupawan si rapi ini, kalau menurutku dia lumayan cantik, hemm… tidak suka kusut, dan fashionable tepatnya wkwkwk. Kala itu kami (aku dan Devi) saling sapa layaknya pertemuan pertama kami saling bertukar tanya “Ehh… dari sekolah mana?,” “Temannya Sinta dong berarti?,” “Kenal Sinta sejak kapan?,” dsb. Yaah wanita memang seperti itu banyak omong ya wehehe.

Setelah waktu berlalu sampai kami (aku, sinta, dan Devi) diterima di Perguruan Tinggi yang sama Fakultas yang sama, Jurusan yang sama, hingga kelas yang sama. Bayangkan ini suatu kebetulan atau memang sudah di gariskan wehehe wallahu’alam.

Setiap hari kami menerima ilmu di bawah atap yang sama. Suatu hari, di siang bolong yang panas tepatnya dihari paling padat dalam seminggu kuliah kami menerima mata kuliah seharian penuh dari pagi sampai sore. Nah kali itu pelajaran dari bapak sekretaris jurusan kami. Memang karena tugas yang banyak dan bukan mengampu di kelas kami saja, bapak Sekjur ini jarang mengajar seperti itu biasanya diberi tugas atau kita presentasi sendiri tanpa beliau. Nah saat itu beliau hadir dan memandu jalan diskusi kami namun beliau memiliki tradisi wkwkwk sebelum memulai diskusi beliau menyuruh 3 orang dari sekian banyak kami untuk membacakan ringkasan diskusi Minggu lalu. Waktu itu teman-teman masih malu wkwkwk ditambah cuaca yang panas kami lelah dari seharian ngampus sebenarnya wehehe. Saat itu belum ada yang memberanikan diri membacakan hasil diskusi Minggu lalu. Kemudian bapak Sekjur memutuskan memilih secara acak anak untuk bersedia membacakan hasil diskusi tsb.

Suasana makin tegang karena teman-teman baru mengerti beliau. Suasana hening seketika. Kala itu aku duduk disamping Devi. Tak seperti biasa memang kala itu Sinta duduk jauh dari aku dan Devi. Sinta duduk di pojok kiri depan hampir dekat dengan meja pak Sekjur. Sedangkan aku dan Devi duduk di baris 2 dari belakang dan jauh dari pandangan pak Sekjur. Emmm… Utsiana Devi silahkan dibacakan hasil diskusi Minggu lalu. Sontak ia kaget plus bingung karena saat itu ia belum menulis hasil diskusi Minggu lalau wahaha parah bukan?. Karena gugup ia langsung menarik buku yang ada di mejaku saat itu sudah kusiapkan dan kubuka di halaman hasil diskusi Minggu lalu. Tapi bukan aku yang beliau suruh membaca tetapi rejeki saat itu menimpa Devi wkwkwk rejeki tapi kok menimpa diterima maksudnya wehehe. Sontak ia memberi isyarat bahwa ia berniat meminjam bukukuku. Akupun langsung menggeserkan bukuku ke arahnya. Saking gugupnya buku ku yang ia pegang jatuh “guuubrrraaakkk” sontak membuat teman sekelas ku kaget dan melihat ke arah Devi. Walaupun bapak Sekjur juga mendengar untung saja saat itu kejadian bertukar buku beliau tidak mengetahui hal yang mengocok perut ini wkwkwk.

Setelah peristiwa itu terjadi, si rapi Devi ini kapok dan sedikit rajin mengerjakan tugas wkwkwk. Yaah ada hikmah dah di balik itu semua. Memberi efek jera lah bagi pelakunya awokawok.

[Tulungagung, 2019]