Sex Education Sejak Dini, Perlu atau Tabu?

Sex Education merupakan pengetahuan mengenai alat reproduksi dan alat vital lainnya, dan persoalan sexualitas yang bertujuan agar anak dapat mengerti batasan batasan pada tubuhnya sendiri dan agar tidak melakukannya pada orang lain.
Lantas, bagaimana pendapat kalian mengenai pemahaman sex education sejak dini?

Apa itu Sex Education ?
Sex Education merupakan pengetahuan mengenai alat reproduksi dan alat vital lainnya, dan persoalan sexualitas yang bertujuan agar anak dapat mengerti batasan batasan pada tubuhnya sendiri dan agar tidak melakukannya pada orang lain.

Sejak kapan sex education dapat ditanamkan ?
Memberikan edukasi tentang seks baiknya dilakukan sejak dini. Pendidikan sex pada anak usia dini merupakan salah satu upaya orang tua untuk menjaga nilai nilai pada dirinya sedini mungkin. Hal ini dilakukan sebagai upaya orang tua untuk melindungi anak dan memberikan bekal serta membuka wawasan mengenai alat reproduksinya sehingga dapat menjaganya dengan benar sedini mungkin. Selain itu juga dapat menghindari bahaya dari perilaku seksual yang tidak dibenarkan dikemudian hari.

Sex Education pada anak usia dini masih terbilang tabu di Indonesia. Mereka beralasan bahwa semakin dini pengetahuan tentang sex education, maka anak akan berpotensi untuk melakukannya. Orang yang masih pro terhadap pernyataan bahwa sex education adalah hal yang tabu, beralasan bahwa mereka tidak tahu harus memulai darimana dan bagaimana cara menyampaikan kepada anak. Mereka berpikir bahwa pemahaman tentang sex belum pantas didapatkan oleh anak anak.

Cara Memberikan Sex Education Pada Anak
Dengan memberikan pengertian secara sederhana mengenai apa saja bagian tubuh yang hanya boleh dipegang oleh dirinya, apa saja hal hal yang dilarang dilakukan terhadap are atubuh tersebut, mengapa perlu menjaga dan apa yang harus diakukan ketika ada orang lain yang melakukan hal tersebut kepadanya.Pendidikan sex untuk anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak diperkenalkan dengan konsep tentang perbedaan gender beserta bagaimana peran sebagai perempuan dan laki laki.

Purwakania (Indrijati, 2015) Mengemukakan bahwa perkembangan gender pada anak dapat dilihat berdasarkan tiga hal, yaitu perkembangan identitas gender (gender identity), stereotip peran gender (gender role stereotype), dan pola perilaku gender (gender typhed behaviour).

Perkembangan Identitas Gender
Identitas gender disini adalah seorang anak yang telah memahami identitas dari gender yang tidak bisa diubah. Hal ini dialami anak mulai dari usia 6 bulan. Contohnya ketika si anak dapat membedakan suara ibu dan ayahnya. Kemudian pada usia 2 smapai 3 tahun anak mulai memahami identitas orang tuanya (laki laki dan perempuan) dengan memberikan sebutan “Ayah” dan “Ibu”.

Stereotip Peran Gender (gender role stereotype)
Maksud dari gender stereotype adalah ketika anak memiliki pemahaman bahwa perempuan identik dengan permainan boneka, memasak, bernyanyi. Sedangkan anak laki laki cenderung bermain robot, berlari larian, dan beberapa latihan fisik lainnya.

Pola Perilaku Gender (gender typhed behaviour)
Pola perilaku gender dapat berupa kebiasaan kebiasaan yang dilakukan oleh perempuan dan laki laki. Umumnya, anak melakukan kebiasaan sesuai dengan gendernya.

Referensi :
Haryono, Sarah Emanuel.2018. Implemetasi Pendidikan Sex Pada Anak Usia Dini Di Sekolah . Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol 3 No 1

Perlu banget. Pada saat usia anak mulai mengenal setiap anggota badannya, penting untuk memberitahunya semua bagian-bagian tubuhnya dengan membaginya menjadi 2 kategori; bagian tubuh yang boleh disentuh oleh oranglain dan bagian tubuh yang tidak boleh disentuh oleh siapapun termasuk anggota keluarganya. Hanya ia yang boleh. Dan pada saat pengenalan bagian tubuh ini, penting untuk tetap menggunakan bahasa ilmiah pada alat kelamin, tidak menggantinya dengan istilah-istilah lain yang akan menyebabkan anak memahaminya secara berbeda. Dengan ini anak akan mengerti batasannya. Jika sudah diajari sejak dini, menurut saya pembahasan ini setidakknya sudah tidak akan menjadi tabu lagi ketika sudah dibicarakan bahkan ketika anak masih di usia dini. Dengan banyaknya diskusi seperti ini, anak juga tidak akan malu untuk meminta pendapat orang tua dan bersikap terbuka.

Tentu saja sex education sejak dini itu penting terutama untuk menghindari hal yang tak diinginkan. Ada dua faktor mengapa sex education sangat penting bagi remaja. Faktor pertama adalah di mana anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex education, sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adalah hal yang tabu. Sehingga dari ketidak fahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya.

Faktor kedua, dari ketidakfahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan sosial masyarakat, hal ini ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain, VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari ketidakfahaman remaja tentang sex education ini, banyak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.