Setujukah Anda Jika Mengingat Kematian Menjadi Dorongan Dalam Self-Improvement?

foto

Seberapa seringkah anda mengingat kematian? kematian sejatinya adalah hal yang pasti dan tanpa disadari kita sedang berjalan mendekatinya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kita agar memperbanyak mengingat kematian. Beliau bersabda,

ﺃَﻛْﺜِﺮُﻭﺍ ﺫِﻛْﺮَ ﻫَﺎﺫِﻡِ ﺍﻟﻠَّﺬَّﺍﺕِ ‏ ﻳَﻌْﻨِﻰ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ

“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian” (HR. Tirmidzi) .

“Maksud dari mengingat kematian yaitu menjadikannya sering teringat dalam pikiran kita, agar kita menyiapkan bekal. Maksud dari ‘pemutus’ yaitu memutuskan kelezatan di dunia dan mendekatkan dengan kelezatan akhirat” ( Syarh Bulughul Maram , Kitab Al-Janaiz ) .

Dunia memang penuh dengan kenyamanan dan keindahan tetapi sampai kapan kita akan terus terfana dengan dunia yang hanya sesaat ini? sudahkah kita siap tertidur di kasur dan terbangun di alam kubur?

Sebagai manusia, tentu kita jauh dari kata sempurna oleh sebab itu hadirlah kata Self-improvement atau pengembangan diri yang dapat berkontribusi dalam mewujudkan impian-impian kita. Saya sendiri memiliki beberapa cara untuk mengembangkan diri baik dari segi sosial, pendidikan, maupun spiritualitas dan salah satunya yaitu mengingat kematian yang mendorong saya untuk bisa berkembang menjadi pribadi yang jauh lebih baik dan menyeimbangkan antara urusan dunia dan urusan akhirat.

Apakah anda merasakan hal yang sama? apakah anda setuju jika mengingat kematian dapat menjadi dorongan dalam perkembangan diri seseorang?

2 Likes

Kebetulan aku baru baca buku novel berjudul “The Time Keeper”.
Cerita dalam buku ini bagus sekali dan sangat menjelaskan tentang pentingnya waktu.

Ada salah satu cuplikan dari novel ini yang menurutku berhubungan dengan topik diskusi ini

With endless time, nothing is special. With no los or sacrifice, we can’t appreciate what we have

Jika dengan mengingat kematian membuat kita teringat bahwa waktu kita terbatas, lalu dengan sadar bahwa waktu kita terbatas membuat kita semakin banyak melakukan sesuatu maka bagus. Misalnya jika kita mengingat bahwa umur terus berkembang, tidak selamanya kita punya fisik yang kuat, lalu kita sadar bahwa untuk mempelajari hal yang membutuhkan fisik yang kuat harus segera dilakukan sekarang. Maka mengingat keterbatasan waktu itu sangat baik.

Tapi adakalanya, mengingat kematian membuat orang menjadi terasa dikejar waktu.

Di buku yang saya baca, ada salah satu tokoh yang dia terkena penyakit kanker. Kemudian, karena merasa hidupnya terbatas, ia mulai sibuk untuk mempersiapkan kematiannya. Bahkan ia berusaha mencari cara agar tidak mati. Ketakutannya akan kematian malah membuat ia menjauh dari keluarga dan hal-hal penting lainnya. Mengingat kematian membuatnya merasa sedang kehabisan waktu. Terlalu fokus mengingat kematian membuat dia tidak fokus pada hidup yang ia jalani sekarang dan orang-orang disekitarnya.

Jadi mengingat kematian bisa saja baik, atau bisa saja buruk. Tergantung dengan perspektif terhadap kematian yang mana yang digunakan.

1 Like

Kalau menurut saya pernyataan tersebut subjektif. Ada orang yang bisa meningkatkan kualitas diri karena orang tersayang telah meninggal sehingga ia lebih termotivasi. Ada jugaa orang yang menjadikan kematian seseorang justru mengurangi motivasi dalam melakukan pengembangan diri. Keduanya menurut saya tidak ada yang salah, karena sejatinya alasan kita berkembang itu tergantung pribadi kita sendiri. Sehingga tidak semua kematian seseorang bisa menjadi motivasi. Jika berkenan mari kita diskusi dalam postingan terbaru saya terima kasih.

Menurut saya bisa saja mengingat kematian itu dapat mengurangi motivasi dalam self improvement karena ada saja orang yang putus asa dalam memikirkannya. Jadi menurut saya tidak melulu bisa mendorong dalam pengembangan diri.
Banyak yang menjadikan kematian akhir dari segala nya, mungkin saja mereka sudah berfikir terlalu jauh atas ekspektasi yang terlalu banyak.

Jangan lupa comment di artikelku juga yaa

Terimakasih:)

Hal itu sangat relatif ya
Setelah mengingatnya respon kita bagaimana
Mungkin ada yang semakin bersemangat
Namun tak sedikit pulak yang malah larut dala kesedihan
#semangatmenolakmenyerah
Demikian pendapat saya, mari kita saling berdiskusi juga di artikel saya(Bagaimana pendapatmu mengenai “inspirasi” sebagai salah satu katalisator Self-Improvement ? Apakah sudah tepat? . Ditunggu kehadirannya.

Keren…
Iya sih ini udah terbukti dan akan memacu kita utk bisa berkembang menjadi pribadi yang jauh lebih baik dan menyeimbangkan antara urusan dunia dan urusan akhirat.

Tapi bagaimana momentum itu dapat berhasil? Maksud saya, adakah tolak ukur pengingat kematian akan membuat kita lebih produktif dengan kadar berapa %, kemudian berapa lama efek itu akan menjadikan pelaku tetap produktif, dan jangka panjang apa yg harus diperhatikan jika sering mengingat kematian?

Terkadang ada orang yang menjadikan momentum “mengingat kematian” dgn hal negatif. Jadi males2an, nangis aja dari pagi sampe malem lupa makan, dan cenderung jadi beban pikiran.

Semoga ada penelitian terkait ini yaa…
Ini menurut ku. Mari sama2 belajar…
:dizzy::dizzy:

Ohiya, tahu gak sih kalau d sekitar kamu ada hal berbahaya yg bsa menghambat self improvement kamu? Termasuk dirimu sendiri?
Yuk cek Ambis & Toxic Environment, Gaya Hidup Kekinian yang Merugikan? - #4 by DIALoveLife
Ini akan mengatasi rasa penasaran kamu❤️

Saya sangat percaya karena dengan adanya kematian kita menjadi sadar bahwa hidup kita juga punya deadline dan harus mengerjakan sesuatu yang kita cita-citakan dengan segera dan jangan sampai ada penyesalan setelah kita menjelang sakaratul maut, sehingga kita bisa meraih meninggal Khusnul khatimah aamiin

Dalam Islam, mengingat kematian merupakan sebuah prinsip yang mendalam dan sering ditekankan dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini bukan dimaksudkan untuk menciptakan ketakutan atau kesedihan, melainkan sebagai sebuah pengingat tentang keterbatasan kehidupan dunia dan urgensi untuk selalu berusaha memperbaiki diri.

Berikut adalah beberapa cara bagaimana mengingat kematian dapat menjadi dorongan dalam self-improvement dalam pandangan Islam.

Kesadaran akan Keberadaan Akhirat

Islam mengajarkan bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan bahwa kehidupan akhirat adalah keabadian sejati. Mengingat kematian mendorong umat Islam untuk selalu ingat akan hari perhitungan dan kehidupan abadi di akhirat. Kesadaran ini mendorong individu untuk terus memperbaiki diri, bertujuan untuk kebaikan, dan menghindari perbuatan yang dapat merugikan diri mereka di hadapan Allah SWT.

Meningkatkan Kesadaran Diri dan Pemurnian Niat

Dengan mengingat kematian, seorang Muslim diajak untuk melakukan introspeksi diri dan pemurnian niat dalam segala tindakan. Ini merupakan langkah penting dalam self-improvement, di mana seseorang belajar untuk selalu memastikan bahwa segala yang dilakukan adalah untuk mencari ridha Allah dan bukan untuk kepentingan duniawi semata.

Memotivasi untuk Beramal Saleh

Mengingat kematian mengingatkan bahwa waktu yang dimiliki di dunia ini terbatas. Hal ini menjadi motivasi kuat untuk beramal saleh dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam melakukan kebaikan. Kesadaran akan keterbatasan waktu mendorong umat Islam untuk lebih proaktif dalam self-improvement, baik secara spiritual, moral, maupun sosial.

Mendorong Kesabaran dan Ketabahan

Dalam menghadapi kenyataan hidup, mengingat kematian mengajarkan kesabaran dan ketabahan. Dalam Islam, setiap kesulitan dan cobaan di dunia ini dipandang sebagai ujian dari Allah SWT. Mengingat kematian membantu seseorang untuk lebih tabah menghadapi ujian hidup, dengan pemahaman bahwa kesulitan sementara ini akan berakhir dan apa yang penting adalah bagaimana seseorang menjalani ujian tersebut dengan sabar dan iman.

Menghargai Waktu

Islam mengajarkan bahwa setiap detik dalam kehidupan seseorang adalah berharga dan harus diisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Mengingat kematian menekankan pentingnya menghargai waktu dan menggunakan setiap momen dengan bijaksana untuk self-improvement dan peningkatan iman.

Pengembangan Empati dan Kebersamaan

Kesadaran akan kematian juga mengingatkan tentang kesamaan nasib semua manusia, yang pada akhirnya akan menghadapi kematian. Hal ini mendorong pengembangan empati, kepedulian terhadap sesama, dan keinginan untuk membantu orang lain. Melalui pengingat ini, seseorang menjadi lebih termotivasi untuk memperbaiki diri dan secara aktif berkontribusi pada kesejahteraan komunitas dan masyarakat.

Persiapan untuk Pertemuan dengan Allah

Mengingat kematian merupakan pengingat konstan bahwa setiap individu akan bertemu dengan Penciptanya. Hal ini mendorong seseorang untuk senantiasa mempersiapkan diri melalui self-improvement yang berkelanjutan, baik secara spiritual maupun moral, agar ketika saatnya tiba, mereka siap untuk pertemuan tersebut dengan hati yang tenang dan penuh keimanan.

Membangun Hubungan yang Lebih Baik dengan Allah dan Sesama

Kesadaran akan kematian membantu dalam membangun dan memperkuat hubungan antara individu dengan Allah SWT dan juga dengan sesama manusia. Melalui pengingat tentang kematian, seseorang menjadi lebih sadar akan perlunya menghidupkan hati dengan ibadah, doa, dan dzikir kepada Allah, serta menjaga hubungan baik dengan sesama melalui sikap yang penuh kasih sayang, bantuan kepada yang membutuhkan, dan memaafkan kesalahan orang lain.

Pemurnian Jiwa (Tazkiyatun Nafs)

Mengingat kematian juga merupakan bagian dari proses pemurnian jiwa, yang sangat ditekankan dalam Islam. Proses ini mengajarkan untuk mengontrol nafsu dan keinginan duniawi yang berlebihan, mengarahkan seseorang untuk lebih fokus pada pengembangan kualitas-kualitas spiritual dan akhlak yang baik. Dengan demikian, pengingat tentang kematian menjadi dorongan untuk self-improvement yang berkesinambungan, yang tidak hanya terbatas pada aspek fisik atau intelektual, tetapi juga pemurnian jiwa dan hati.

Menjadikan Hidup Lebih Bermakna

Akhirnya, mengingat kematian memberikan perspektif yang lebih luas tentang makna kehidupan itu sendiri. Dengan pemahaman bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara, seseorang menjadi lebih termotivasi untuk mencari makna yang lebih dalam dari sekadar kepuasan duniawi. Mereka menjadi lebih terdorong untuk menjalani hidup yang bermakna, berkontribusi pada kesejahteraan umat manusia, dan meninggalkan warisan positif yang akan dikenang setelah mereka tiada.


Mengingat kematian dalam Islam bukanlah suatu aspek yang suram atau menakutkan, melainkan sebuah sarana untuk introspeksi diri dan peningkatan kualitas hidup. Ini adalah pengingat tentang nilai waktu, pentingnya amal saleh, dan urgensi untuk terus melakukan self-improvement dalam segala aspek kehidupan. Dengan menjadikan kematian sebagai pengingat, seorang Muslim dapat menjalani kehidupan dengan lebih penuh kesadaran, tanggung jawab, dan dedikasi terhadap kebaikan, demi meraih kesuksesan di dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat.