Seperti Spiderman, Benarkah Ternyata Laba-Laba Dapat "Terbang" ke Seluruh Dunia?

https://cdn-image-beta456.hipwee.com/wp-content/uploads/2017/07/hipwee-female-black-widow-spider-640x426.jpg
Tak disangka bahwa laba-laba dapat menjadi “pilot” kecil terbaik di alam. Dengan menggunakan teknik “menggelembung”, mereka melepaskan benang sutra yang mengangkat mereka naik dan terbang bersama angin.

https://cdn0-a.production.images.static6.com/fPIDcDEb4lEFWxpGZYdU2smdydA=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1543019/original/050454100_1490089914-web_funnel_spider.jpg
Dalam beberapa kasus, mereka jatuh hanya beberapa meter dari tempat mereka terbang. Di sisi lain, mereka dapat terbawa angin yang membawa mereka melintasi lautan. Dalam semua kasus, mereka pergi ke mana angin membawa mereka.

Baru-baru ini, insinyur aerodinamika, Moonsung Cho, dari Technical Institute Berlin mulai mencari tahu bagaimana laba-laba “terbang.” Apakah mereka secara acak menembakkan jaring atau melakukan hal tersebut dengan sengaja.

Dia memulainya dengan mengumpulkan 14 laba-laba kepiting. Mereka dipilih karena mereka menunjukkan perilaku yang dicari, dengan berat lebih dari lima gram. Cho kemudian melepaskan mereka ke lingkungan berangin.

Tempat pertama yaitu di taman Berlin yang berisi angin alami, dan kemudian di laboratorium, di mana ia bisa memanipulasi kecepatan angin. Ia pun mengambil video dari penerbangan 14 laba-laba tersebut untuk mengamati gerakan cepat yang sulit dilihat secara nyata.

Penerbang Canggih

Cho mengamati, ada “sejumlah besar laba-laba yang melakukan hal ini dengan akurat.” Sebelum lepas landas, laba-laba bersiap layaknya pilot pada umumnya. Dengan kaki berbulu yang menempel di depan, laba-laba menguji kecepatan angin. Di laboratoriumnya, Cho mampu memanipulasi kecepatan dan menemukan bahwa laba-laba biasanya tidak terbang sampai kecepatan lebih rendah dari tiga meter perdetik.

Begitu mereka siap, mereka mengangkat perut mereka dan melepaskan sekitar 50 hingga 60 benang sutra. Melihat benang di bawah mikroskop, Cho mengamati bahwa masing-masing tebalnya tidak lebih dari 320 nanometer (satu per satu milyar meter).

Panjang gelombang cahaya tampak berkisar dari 400 hingga 700 nanometer—sehingga “ketipisan gelembung sutra laba-laba lebih kecil dari panjang gelombang cahaya,” kata Cho.

“Penerbangan” Laba-laba Selanjutnya?

Yang mengesankan Cho adalah berapa banyak laba-laba yang menunjukkan perilaku rumit ini di seluruh dunia. Charles Darwin mencatat, laba-laba yang mendarat di kapalnya terbang sejauh 60 mil dari pantai Argentina selama pelayaran tahun 1832. Kini, beberapa laba-laba mampu melintasi sebuah kota di Australia.

Di masa depan, para peneliti yang berbasis di Berlin berencana untuk melakukan studi lebih lanjut tentang bagaimana laba-laba terbang dapat memajukan inovasi manusia. Cho dan penasihat dari universitasnya berharap untuk menerapkan temuan ini ke biomekanika. Karyanya sejauh ini diterbitkan di layanan pracetak bioRxiv. Namun, ia berharap akan lebih banyak penelitian yang ia hasilkan di masa mendatang.

Cho berpikir, laba-laba bisa menjadi contoh transportasi energi rendah. Namun, inovasi semacam itu sudah ada bertahun-tahun lalu dan pekerjaannya saat ini hanyalah berusaha lebih memahami laba-laba itu sendiri.