Seperti Apa Kisah SejarAH Kerajaan Sriwijaya?

Kerajaan Sriwijaya atau biasa disebut Srivijaya adalah salah satu kerajaan maritim yang kuat di wilayah pulau Sumatera dan memberi pengaruh banyak di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Thailand, Kamboja, Semenanjung Malaya, Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Didalam bahasa Sansekerta, sri artinya “bercahaya” dan wijaya artinya “kemenangan”.

Lalu seperti apa kisah sejarah berdirinya kerajaan ini?

Tidak ditemukan catatan lebih lanjut mengenai Kerajaan Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa lalunya yang sudah terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang Indonesia terkini yang mendengar mengenai sejarah Kerajaan Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George Cœdès menyebarkan enemuannya dalam koran berbahasa Belanda dan Indonesia.

Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok dalam “San-fo-ts’i”, sebelumnya dibaca “Sribhoja”, dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno bersumber pada kekaisaran yang sama.

sri3

Kerajaan Sriwijaya menjadi icon kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara di Jawa Timur selain Majapahit. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi rujukan oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwasanya Indonesia adalah satu kesatuan negara sebelelum kolonialisme Belanda.

Tertulis berbagai macam nama Sriwijaya. Orang Tionghoa menyebutnya San-fo-ts’i Shih-li-fo-shih atau atau San Fo Qi. Dalam bahasa Pali dan Sansekerta, kerajaan Sriwijaya disebut Javadeh dan Yavadesh. Khmer menyebutnya Malayu dan bangsa Arab menyebutnya Zabaj.

Banyaknya nama menjadi alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan mengenai adanya 3 pulau Sabadeibei yang dimungkinkan berkaitan dengan Sriwijaya. Pierre-Yves Manguin melakukan observasi Sekitar tahun 1993 dan berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Sabokingking dan Seguntang (terletak di provinsi Sumatera Selatan sekarang).

Namun sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya terletak pada wilayah sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai Muara Tembesi (di provinsi Jambi sekarang), dengan catatan Malayu tidak di wilayah tersebut.

Jika Malayu pada wilayah tersebut, ia cendrung pada pendapat Moens, yang sebelumnya juga telah mengeluarkan pendapat bahwa letak dari pusat kerajaan Sriwijaya berada pada wilayah Candi Muara Takus provinsi Riau sekarang), dengan perkiraan petunjuk arah perjalanan dalam catatan I Tsing, serta hal ini juga dapat dikaitkan denganadanya berita tentang pembangunan sebuah candi yang dipersembahkan oleh raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu ma tian hwa atau Sri Cudamaniwarmadewa) tahun 1003 kepada kaisar Cina yang diberi nama cheng tien wan shou (Candi Bungsu, sebagian dari candi yang terletak di Muara Takus).