Seperti apa fungsi filsafat dalam perkembangan teknologi?

Ilmu lahir dari filsafat dalam perkembangannya mempunyai produk yaitu teknologi. Sekarang ini perkembangan filsafat telah terkalahkan oleh teknologi. Ramifikasi filsafat menjadi lebih sempit dibandingkan dengan ramifikasi teknologi yang lebih luas perkembangannya.

Kita ketahui bahwa sebenarnya sejak dulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Seseorang menggunakan teknologi karena manusia berakal. Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman, dan sebagainya. Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya dan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya.

Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin- mesin otomatis. Demikian juga ditemukannya formulasi-formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Ringkas kata, kemajuan IPTEK yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Sumbangan IPTEK terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun, manusia tidak bisa pula menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa IPTEK mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia.

Kalaupun teknologi mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti teknologi sinonim dengan kebenaran sebab IPTEK hanya mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekadar kenyataan objektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja IPTEK tidak mengenal moral kemanusiaan sehingga IPTEK tidak pernah bisa menjadi standar kebenaran ataupun solusi dari masalah-masalah manusia.

Dampak teknologi adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu teknologi, bisa akibat baik bisa juga akibat buruk dalam kehidupan manusia.

Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan serta sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif. Oleh karena itu perlu memposisikan filsafat di dalam teknologi untuk kehidupan manusia yang ingin terus maju dan membawa perkembangan teknologi pada riil dan posisi yang sebenarnya.

Seperti apa fungsi filsafat dalam perkembangan teknologi?

Ilmu dan Teknologi sebagai Kajian filsafat

Filsafat dan ilmu adalah dua yang saling terkait, baik secara substantial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Ilmu semakin subur dan terjadi sekat-sekat antara ilmu lainnya. Di samping berkembang dengan pesat timbul rasa kekhawatiran yang dapat mengeliminir peran manusia tanpa sadar dapat diperbudak ilmu teknologi.

Karena itu filsafat berusaha mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu tidak menjadi bumerang bagi kehidupan manusia. Dan mempertegas bahwa ilmu dan teknologi bukan tujuan.

Ilmu bersifat pasteriori yaitu kesimpulannya ditarik setelah pengujian- pengujian secara berulang-ulang. Sementara filsafat bersifat apriori yakni kesimpulan-kesimpulannya adanya data empiris seperti yang dituntut ilmu. Filsafat merupakan pembuka lahirnya ilmu sehingga filsafat disebut dengan induk ilmu.

Fungsi Filsafat dalam Mengkaji Teknologi dan Seni

Studi filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menangani pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu- ilmu khusus. Jadi, filsafat membantu untuk mendalami pertanyaan-pertanyaan asasi manusia tentang realitas (filsafat teoretis) dan lingkup tanggung jawabnya (filsafat praktis). Kemampuan itu dipelajarinya dari luar jalur secara sisitematik dan secara historis.

Secara sistematis.
Artinya filsafat menawarkan metode-metode mutakhir untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab, dan keadilan dan sebagainya.

  • Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
  • Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
  • Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
  • Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan.
  • Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya

Melalui jalur sejarah filsafat.
Di situ orang belajar untuk mendalami, menanggapi, serta belajar dari jawaban-jawaban yang sampai sekarang ditawarkan oleh para pemikir dan filosof terkemuka terhadap pertanyaan- pertanyaan tersebut.

Sedangkan Ismaun (2001), mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.

Kemampuan ini memberikan sekurang-kurangnya tiga kemampuan yang memang sangat dibutuhkan oleh segenap orang yang di zaman sekarang harus atau mau memberikan pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan spiritual dan intelektual dalam masyarakat.

Suatu pengertian lebih mendalam tentang manusia dan dunia. Dengan mempelajari pendekatan-pendekatan pokok terhadap pertanyaan-pertanyaan manusia paling hakiki, serta mendalami jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir besar umat manusia, wawasan dan pengertian kita sendiri diperluas.
Kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis argumentasi- argumentasi, pendapat-pendapat, tuntutan-tuntutan, dan legitimasi-legitimasi dari pelbagai ajaran agama, ideologi dan pandangan dunia.

Secara singkat, filsafat selalu juga merupakan kritik ideologi. Justru kemampuan ini sangat diperlukan dewasa ini di mana kebudayaan merupakan pasaran ide-ide dan ideologi-ideologi relegius dan politis yang mampu membujuk manusia untuk mempercayakan diri secara buta kepada mereka. Dalam situasi ini sangat diperlukan kemampuan untuk tidak sekadar menolak ideologi-ideologi secara dogmatis dan dari luar, melainkan untuk menanggapi secara kritis dan argumentatif.

Pendasaran metodis dan wawasan lebih mendalam serta kritis dalam menjalani studi-studi di ilmu-ilmu khusus, termasuk teologi. Dapat dikatakan bahwa filsafat sangat diperlukan oleh profesi-profesi seperti pendidik, pengarang, dan penerbit, budayawan, sosiolog, psikolog, ilmuwan politik, agamawan, termasuk kiai, pendeta, pastur, dan teolog.

Seorang pendidik untuk mempergunakan dan memanfaatkan teknologi di dunia pendidikan perlu pendekatan filsafat yaitu pendekatan teknologi humanis yang memanusiakan manusia berikut ini merupakan paparannya.

Teknologi yang humanis

Perkembangan teknologi, terutama teknologi telah memicu terjadinya revolusi dalam bidang pendidikan. Humanisme merupakan filsafat hidup yang pada intinya adalah memanusiakan manusia, yaitu yang mempunyai komitmen untuk terwujudnya manusia seutuhnya meliputi semua aspek perkembangan positif pribadi seperti cinta, kreativitas, makna, dan inovatif.

Berdasarkan pengertian tentang humanisme maka dapat dikatakan bahwa pendidikan yang humanis adalah berfokus pada peserta-didik, yaitu yang menghargai keragaman karakteristik mereka, berusaha mengembangkan potensi masing-masing dari mereka secara optimal, mengembangkan kecakapan hidup untuk dapat hidup selaras dengan kondisi pribadi dan lingkungan, memberikan bantuan untuk mengatasi kesulitan pribadi termasuk belajar, serta menggunakan berbagai cara untuk mengetahui dan menilai kemajuan belajar mereka masing- masing.

Teknologi yang humanis adalah teknologi yang dapat digunakan sesuai dengan kaidah-kaidah humanistik. Teknologi itu harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar potensi setiap pribadi dapat berkembang secara optimal, tetapi tidak memisahkan pribadi-pribadi tersebut dari tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Teknologi sebagai cita manusia yang terus berkembang perlu dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai masalah yang mungkin disebabkan oleh perkembangan teknologi itu sendiri.

Dalam dunia pendidikan teknologi sebagai proses, produk dan sistem yang dikembangkan untuk mengatasi masalah pendidikan, yaitu masalah mutu, pemerataan, relevansi, efisiensi dan produktivitas, telah dikembangkan sebagai suatu disiplin keilmuan khusus. Disiplin keilmuan tersebut adalah “teknologi pendidikan”. Teknologi pendidikan dikembangkan dengan dua dasar pertimbangan. Pertama, karena masalah pendidikan yang ada (mutu, pemerataan, relevansi, efisiensi, dan produktivitas) tidak dapat dipecahkan dengan pendekatan yang sudah ada (seperti menambah guru, menambah buku, menambah sekolah, dan lain-lain).

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan baru. Kedua, perkembangan lingkungan, termasuk perkembangan politik (demokrasi, desentralisasi, HAM, dan lain-lain), perkembangan lingkungan alam dan ekonomi (pasar bebas, pelestarian alam, dan sebagainya), dan perkembangan teknologi (terutama TIK) akan sangat memengaruhi dunia pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan baru yang mengambil manfaat dari perkembangan yang ada. Jadi, misalnya perkembangan teknologi yang mengandung dampak penerapan yang negatif, tidak diangap sebagai ancaman, melainkan dianggap sebagai peluang untuk dimanfaatkan guna mengatasi masalah pendidikan.

Teknologi pendidikan dapat pula dikatakan sebagai perkembangan yang logis dan rasional dari apa yang semula disebut dengan “didaktik dan metodik pengajaran” yang dilaksanakan pada jalur pendidikan formal jenjang dasar dan menengah. Didatik dan metodik hanya merupakan sebagian dari proses belajar- pembelajaran. Tuntutan dengan wajah humanis untuk dikembangkannya pembelajaran sebagai bentuk interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar perlu dikembangkan untuk semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Proses pembelajaran yang dikembangkan dalam Teknologi Pendidikan, tidak hanya PAKEM melainkan PAIKEM dan PAINO (Pembelajaran Aktif, Interaktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, dan Pembelajaran Atraktif, dan Inovatif).

Peranan filsafat ilmu dalam penjelajahan IPTEK dan seni

Semenjak tahun 1960 filsafat ilmu mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi yang ditopang penuh oleh positivisme-empirik, melalui penelaahan dan pengukuran kuantitatif sebagai andalan utamanya. Berbagai penemuan teori dan penggalian ilmu, teknologi, dan seni berlangsung secara mengesankan.

Pada periode ini berbagai kejadian dan peristiwa yang sebelumnya mungkin dianggap sesuatu yang mustahil, namun berkat kemajuan ilmu, teknologi, dan seni dapat berubah menjadi suatu kenyataan. Semua keberhasilan ini kiranya semakin memperkokoh keyakinan manusia terhadap kebesaran ilmu dan teknologi. Memang, tidak dipungkiri lagi bahwa positivisme-empirik yang serba matematik, fisikal, reduktif dan free of value telah membuktikan kehebatan dan memperoleh kejayaannya, serta memberikan kontribusi yang besar dalam membangun peradaban manusia seperti sekarang ini. Namun, di balik keberhasilan itu, ternyata telah memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak sederhana, dalam bentuk kekacauan dan krisis yang hampir terjadi di setiap belahan dunia ini. Alam menjadi marah dan tidak ramah lagi terhadap manusia karena manusia telah memperlakukan dan mengeksploitasinya tanpa memerhatikan keseimbangan dan kelestariannya. Berbagai gejolak sosial hampir terjadi di mana-mana sebagai akibat dari benturan budaya yang tak terkendali. Kesuksesan manusia dalam menciptakan teknologi-teknologi raksasa ternyata telah menjadi boomerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. Raksasa-raksasa teknologi yang diciptakan manusia itu seakan-akan berbalik untuk menghantam dan menerkam si penciptanya sendiri, yaitu manusia.

Berbagai persoalan baru sebagai dampak dari kemajuan ilmu, teknologi dan seni yang dikembangkan oleh kaum positivisme-empirik, telah memunculkan berbagai kritik di kalangan ilmuwan tertentu. Apabila kita mengacu kepada pemikiran ftomas Kuhn dalam bukunya fte Structure of Scientific Revolutions (1962) bahwa perkembangan filsafat ilmu, terutama sejak tahun 1960 hingga sekarang ini sedang dan telah mengalami pergeseran dari paradigma positivisme- empirik yang dianggap telah mengalami titik jenuh dan banyak mengandung kelemahan, menuju paradigma baru ke arah post-positivisme yang lebih etis. Terjadinya perubahan paradigma ini dijelaskan oleh John M.W. Venhaar (1999) bahwa perubahan kultural yang sedang terwujud akhir-akhir ini, perubahan yang sering disebut purna-modern, meliputi persoalan-persoalan:

  • antihumanisme,
  • dekonstruksi,
  • fragmentasi identitas.

Ketiga unsur ini memuat tentang berbagai problem yang berhubungan dengan fungsi sosial cendekiawan dan pentingnya paradigma kultural, terutama dalam karya intelektual untuk memahami identitas manusia.

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni adalah semua yang diketahui manusia sebagai pengetahuan yang teruji secara ilmiah menjadi ilmu. Kemampuan berpikir itu ditransformasikan ke bentuk lambang untuk dikomunikasikan sebagai simbol/formula tertentu. Teknologi dan seni adalah ilmu tentang cara/ aplikasi dan implikasi sains untuk pemanfaatan alam bagi kesejahteraan manusia sebagai animal symbolicum.

Berdasarkan pada hakikat ilmu tentang perlunya kewawasan perkembangan keilmuan bagi kemaslahatan manusia, berorientasi pada tiga klasifikasi yaitu sebagai produk, sebagai proses, dan paradigma etika yang secara akumulatif menimbulkan fenomena bagi umat pada dewasa ini. Kehadiran akan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dapat membantu untuk mempermudah pemahaman mema’rifati adanya kekuasaan diatas segala-galanya bagi insan sebagai pelaksan kekhalifahan. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni adalah semua yang diketahui manusia sebagai pengetahuan yang teruji secara ilmiah menjadi ilmu sehingga manusia disebut sebagai homo sapiens.

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam kurun perkembangannya sangat didambakan lantaran besarnya manfaat yang diperoleh dari manusia dari padanya. Namun demikian, sering dirasa dampak ilmu, teknologi, dan seni yang kadang merusak atau melunturkan nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi. Kebudayaan modern yang bercirikan dominasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang mampu menciptakan krisis identitas diri yang mengkhawatirkan, yang cenderung merasakan alienasi budaya di masyarakatnya sendiri. Krisis identitas artinya, kehilangan konsep jati diri karena masuknya peradaban di luar dirinya yang membawa perubahan tata nilai normatif ke arah perubahan subjektif.