Sena, Pelajaran Cinta, dan Penyesalan

Perkenalkan namaku Sena. Adalah wajar jika kau merasa biasa saja kalau belum bertemu denganku. Hal yang wajar pula jika kau merasa terpesona oleh diriku saat kau bertemu denganku. Terdengar seolah aku menyombongkan diri tapi itulah faktanya. Akuilah. Aku punya wajah yang rupawan. Pikirkanlah semua idola Koreamu. Jika sudah, bayangkanlah aku memiliki wajah sepuluh kali lipat lebih rupawan darinya, barangkali sebelas. Tinggiku sekitar 170 sentimeter dengan bobot 62 kilogram. Cukup ideal bukan? Tunggu dulu, aku belum selesai. Setiap harinya aku melatih otot-ototku di gym pribadi ayahku. Tentu saja aku memiliki badan atletis juga. Sudah dapat gambaran betapa sempurnanya aku? Kalau aku jadi kau, aku sudah pasti akan mengabdikan diri untuk mengagumi diriku.

Aku masih muda. Tanggal 28 Juli nanti aku masih menginjak usia 19 tahun dan itu sekitar seminggu dari sekarang. Tampan, tubuh ideal, dan muda. Begitu sempurna pikirku. Buat apa diri sesempurna ini kalau tak kumanfaatkan? Sejak tahun lalu aku gemar sekali mematahkan hati gadis-gadis di sekolahku. Seperti Dewi Aphrodite dalam cerita Percy Jackson tapi bedanya aku versi laki-laki. Entah aku yang terlalu pandai atau para gadis itu yang terlalu lugu saat aku merayu mereka sehingga tanpa berlama-lama mereka pun jatuh cinta padaku. Seminggu kubuat mereka melayang-layang dengan sagala rayuan gombal. Aku membuat mereka seolah-olah merekalah orang paling kucinta di dunia ini. Dan tiba-tiba … duarr. Kujatuhkan angan mereka. Kubuat harapan mereka hancur berkeping-keping layaknya gelas kaca yang melesat jatuh dari tangan seseorang.

Aku tak seberapa mengingat sudah berapa banyak ‘target’ yang kutaklukkan. Barangkali 50. Ada sensasi memuaskan saat melihat ekspresi kecewa mereka. Kau tahu sesudah minum cola dan beberapa saat kemudian kau akan bersendawa puas. Mungkin seperti itu sih rasanya. Hei, jangan salahkan aku. Salahkan saja kenapa aku diciptakan begitu sempurna. Salahkan juga gadis-gadis itu kenapa sangat mudah percaya padaku. Mereka seharusnya tak mempercayai laki-laki, khususnya aku. Ah tapi akal sehat mereka telah terblokir oleh aura ketampananku yang memancar kesana kemari.

Tapi sudahlah lupakan biografi singkatku tadi. Sekarang, aku mengincar seorang gadis lagi sebagai targetku selanjutnya. Dia gadis manis nan cantik berambut hitam panjang. Rambut tebalnya terurai di bahu, posturnya tak seberapa tinggi sih tapi masih cukup menarik buatku untuk kujadikan ‘mainanku’. Asal kau tahu, aku sudah seminggu mendekatinya dan kurasa dia sudah memakan umpanku. Baguslah. Aku akan menarik pancingku hari ini.
“Hei, Nin. Kesini, aku mau ngomong sesuatu.”
“Oh, Sena. Hai juga. Ngomong apa?”
“Ikut aku.”
Aku menarik tangannya. Kami berhenti di depan kios Bu Poci. Lalu aku mulai mengatakan omong kosongku.
“Nin, kita kan udah deket sejak seminggu lalu. Aku mau kamu jadi pacarku, Nin. Aku gak betah nyimpen perasaanku ke kamu lama-lama. Kamu mau kan?”
“Tapi, Sen…” Ninda terlihat ragu.
“Udah aku gamau denger kata enggak. Detik ini kamu pacarku. Aku cinta kamu.”
Ninda tampak tersipu malu karena ‘keromantisanku’ tadi

Nyatanya, semua rencanaku berantakan. Entah sejak kapan aku mulai tertarik dengannya. Rasa itu, yang awalnya tak kusadari, telah berubah menjadi jatuh cinta padanya. Ya, aku jatuh cinta pada Ninda. Sikapnya membuatku sangat nyaman saat berada di dekatnya. Perlakuannya pun sangat istimewa kepadaku. Mulai dari membuatkanku makan siang, membantuku menyelesaikan tugas, dan burger buatannya itu pun tak kalah enaknya.

Satu hari dia memintaku untuk menemuinya di Taman Jambron dan hubungan kita sudah berjalan satu bulan. Begitu semangatnya aku hingga aku langsung menemuinya. Aku melihatnya di salah satu bangku taman. Tanpa pikir panjang aku langsung menemuinya. Begitu aku tiba di hadapannya…
“Sen, aku mau kita putus.” Ninda tak berpikir panjang saat mengucapkannya.
“What?! Kenapa tiba-tiba begini? Apa salahku?”
“Salahmu, saat kamu dengan gampangnya menghancurkan perasaan adikku. Kamu tentu mengenal Talita? Dia begitu hancurnya hingga hampir bunuh diri. Semenjak itu aku mengawasimu. Ternyata kamu hanya seorang bajingan yang cuma memanfaatkan ketampananmu untuk mematahkan hati gadis-gadis tak bersalah. Saat kamu menyatakan cinta padaku, aku sudah punya rencana untuk membalas perbuatanmu atas gadis-gadis tak bersalah itu. Aku membuatmu nyaman dan jatuh cinta padaku. Dan detik ini juga, aku akan menghancurkan cintamu. Selamat tinggal.”

Ternyata inilah perasaan gadis-gadis yang kumainkan. Hancur lebur bagai debu jalanan. Aku tak sadar aku telah berlutut di taman. Sendirian. Hanya ada burung-burung berlalu-lalang dan berkicau seolah mengejekku. Aku memetik apa yang telah kutanam. Keegoisanku pada akhirnya memupuskanku sendiri. Keegoisan yang tak berujung. Aku bersumpah pada diriku untuk tak mempermainkan hati perempuan lagi. Selamanya.

#LombaCeritaMini #2.0 #dictiocommunity #EgoismediSekitarKita #CeritaDiRumahAja #DiRumahAja

Pastikan Like kalau kalian suka ceritaku ya teman-teman! Love youu!!!