Self-sabotage, Biang Kerok Kegagalan

self sabotage
Pernah ga sih kamu kepikiran bahwa kamu ga berhak dengan apa yang ada di dunia ini? Terutama hal yang baik. Mungkin kamu pernah merasa tidak berhak untuk disayangi, sampai – sampai kamu menjauhi orang yang menyayangimu, karena kalian merasa kalau mereka mungkin tidak benar - benar sayang denganmu, atau mungkin kamu menolak pujian, atau menolak kesempatan untuk promosi jabatan atau tawaran pekerjaan, hanya karena kamu merasa tidak pantas, dan bakal mengecewakan. Akhirnya semua hal ini membuat diri kalian sesat dan tidak nyaman dengan diri sendiri.

Fenomena tersebut dikenal dengan nama self – sabotage. Ini adalah suatu tingkah laku dimana kita sengaja melakukan suatu hal untuk mencegah diri kita untuk mencapai tujuan. Misalnya ketika kita menolak promosi jabatan, meskipun kita ingin. Pertanyaannya, “Kenapa sih orang ngelakuin self – sabotage?”. Self – sabotage ini berakar dari perasaan insecure, atau kurangnya kepercayaan terhadap diri sendiri, sampai – sampai kita ingin membuktikan bahwa pemikiran buruk kita terhadap diri sendiri itu memang benar. Sebesar apapun visi hidupmu, jika masih ada setitik saja rasa ragu maka hal itu akan makin menjauh. Karena segalanya butuh keyakinan yang kuat.

Seberapa sering kamu melakukan sabotase pada diri sendiri? Apa kamu pernah merasa ragu ketika akan menggapai sesuatu lalu akhirnya hal itu tidak pernah kamu dapatkan?

1 Like

Mengenai self sabotage menurut saya pasti setiap individu pernah mengalaminya atau melakukan sabotase pada diri sendiri termasuk saya. Kalau dari diri saya pribadi pernah berfikir bahwa saya merasa dimanfaatkan orang. Jadi untuk menerima pujianpun saya terkadang ragu dengan pujian yang diberikan orang lain karena bisa saja itu menjatuhkan saya. Akhinya saya merasa bahwa saya tidak pantas untuk menerima itu.

1 Like

Benar banget kak. Sepertinya semua orang pasti pernah mengalaminya. Kalau dari kakak sendiri, cara menangani self-sabotage itu dengan cara apa?

berusaha buat tidak berfikir negatif sih. trus sama mencoba buat bersikap kritis untuk diri sendiri. Agar nantinya ga terperangkap sama orang-orang yang memuji kita padahal sebenernya orang itu yang malah mau menjatuhkan kita

Saya rasa hal itu sangat lazim terjadi.
Tapi saat kita itu katakan sebaga biang kerok kegagalan itu sangat tergantung orang tersebut meresponnya
Semisal, saya menolak saat ini karena merasa belum siap
Untuk itu saya terus melengkapi kekurangan saya agar layak menerimanya
Artinya bahwa kita harus meresponnya dengan terus mengasah kemampuan kita sampai kita merasa layak akan hal itu
Namun, saya kita hanya terus menolak tanpa adanya usaha untuk terus memperbaiki diri
Itu adalah 0 besar “Kamu hanya akan terus diam dan semakin tertinggal”

Demikian pendapat saya, mari kita saling berdiskusi juga di artikel saya(Bagaimana pendapatmu mengenai “inspirasi” sebagai salah satu katalisator Self-Improvement ? Apakah sudah tepat?. Ditunggu kehadirannya.

wah, setuju sih, kita harus selalu positif kepada diri sendiri untuk menghasilkan sesuatu yang positif juga. Tetap mawas diri terhadap situasi dan juga harus lebih percaya dengan diri sendiri yaa

Keren pendapatnya. Benar, semua tergantung cara kita menyikapinya, mau terus terpuruk atau memperbaiki diri menjadi lebih baik. Terimakasih tanggapannya

Sepengalaman hidup saya, belum pernah mengalami hal ini. Tapi menurut pandangan saya ini adalah pemikiran (mindset) yang keliru. Mungkin betul karena awalnya insecure, tapi lama-lama jadi memburuk dan malah jadi self-sabotage. Oleh karena itu seharusnya ada kebenarian dalam diri kita, selayaknya pendirian yang bagus dan pemikiran yang selalu positif. Salah satu contohnya dengan afirmasi positif yang paling efektif.

Baca artikelnya di: Benarkah Afirmasi Positif Merupakan Jurus Efektif Untuk Tepis Hawa Negatif?.Artikelnya bagus, bukan punya saya, tapi silahkan dibaca. Sekian terima gaji.

1 Like

Halo, Kak Johannes, terima kasih sudah share link artikel saya :slight_smile:
Saya sepakat dengan Kak Johannes perihal mindset yang keliru, kadang-kadang kita suka sekali mengecilkan diri kita, seolah lupa bahwa setiap manusia ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

1 Like

Hai kak, terimakasih atas refernsi artikelnya. Bagus sekali kalau kakak tidak pernah mengalaminya. Benar, self - sabotage ini berawal dari rasa insecure, hingga akhirnya menjadi kurang bersyukur dan mengucilkan diri sendiri. Saran dengan afirmasi positif sepertinya sangat cocok untuk menyingkirkan rasa insecure tersebut. Tapi menurut kakak apakah dengan memberi afirmasi positif tersebut akan mengurangi rasa insecure dalam jangka waktu yang lama?, karena rasa insecure itu biasanya muncul tiba - tiba dan bisa terjadi di segala situasi.

Benar, ini sebenarnya perihal mindset kita terhadap diri kita sendiri. Kalau menurut kakak sendiri, cara menanggulangi self - sabotage bagi orang yang sudah terlanjur melakukannya itu bagaiaman sih?

Halo, Kak Monica!
Kalau terkait cara menanggulangi self sabotage , sebenarnya ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, kita harus paham dulu tentang self sabotage ini. Jadi dari beberapa sumber yang pernah aku baca, self-sabotage ini ada yang masih dalam fase awal atau tingkatan halus, ada pula yang sudah pada fase parah ( in a brutal way ). Dan sebenarnya, kalau kita bisa mengatasi pada fase awal atau pada tingkatan halus, bakal lebih mudah untuk mengurangi kemungkinan sampai ke fase parah.
Nah, fase awal dan fase parah itu yang bagaimana? Untuk fase awal sendiri, ini yang sering tidak kita sadari kita lakukan, misalnya merendahkan bahkan membenci diri sendiri, berusaha untuk menyenangkan orang lain (menjadi people pleaser ), maladaptif (seperti penghindaran kronis, penundaan, dan agresivitas pasif), dan masih banyak lagi. Ketika kemudia fase awal ini terjadi, kecenderungan untuk beralih ke fase parah semakin tinggi, fase parah ini misalnya, mencoba bunuh diri atau bahkan sekadar suicidal thoughts itu sudah termasuk self-sabotage yang parah, konsumsi obat-obatan terlarang, self harm atau melukai diri sendiri (misal cutting ), dll.
Sehingga untuk mengatasi self sabotage terkadang diperlukan bimbingan dari tenaga terlatih misalnya psikolog ataupun psikiater. Untuk langkah mudah mengatasinya, bisa dengan beberapa cara berikut:

  1. Mencoba speak up .
    Ceritakan kegelisahan diri, kecemasan yang dialami, dan lain-lain kepada seseorang yang dipercaya.
  2. Coba untuk cintai diri serta segala tahap perkembangan diri yang dialami.
    Jangan terpaku pada kesempurnaan yang tidak rasional, percayalah tidak ada manusia yang 100000% sempurna. So, know your strengths and weaknesses , sangat tidak apa-apa untuk memiliki kekurangan kok, namanya juga manusia.
  3. Temukan aktivitas yang bisa mengurangi stres.
    Misalnya kamu suka membaca fiksi yang bisa nge- build up mood -mu yaa it is okay to read it. Suka dengar musik, ya silahkan. Lakukan apapun yang bisa membuat kamu lebih rileks, asalkan hal tersebut tidak menyakiti orang lain.
  4. Kurangi begadang.
    Asli deh, setiap begadang, overthinking tuh selalu jalan. Jadi mending mulai atur sleeping schedule yang baik.

Kalau dari pengalamanku dalam usaha melawan self-hate dan insecurities, aku koleksi semua testimoni positif dari orang tentang diriku, lalu aku satukan di satu tempat (semacam online diary ), di online diary itu aku juga menceritakan segala hal positif yang berhasil aku lakukan. Dan setiap mulai merasa insecure aku suka membaca kembali compliments yang orang kasih, rangkuman dari berbagai hal-hal positif yang ku lakukan, dll. Memang tidak langsung merasa mendingan tapi setidaknya, aku bisa sadar bahwa ‘wah aku pernah sekeren ini’.
Aku kira itu saja pendapatku, kalo ada yang keliru, mohon diberitahu beserta masukannya buat aku kedepannya ya, kak. Have a great day!

2 Likes

Setuju banget dengan pendapatmu! Apalagi soal bergadang, makin larut kita tidur, makin banyak hal yang kita pikirkan.
Wah, aku belum pernah kepikiran buat online diary, sepertinya boleh banget untuk dicoba. Terimakasih atas pendapatnya, benar - benar informatif sekali.

Sebetulnya, afirmasi dalam hal ini adalah langkah. Jangka waktu lama? Seharusnya. Karena namanya pendirian berpegang untuk seseorang. Jadi insecure sebenarnya sudah dihilangkan jika kita kuat terhadap afirmasi yang positif. Sederhananya, afirmasi ini adalah bentuk pembiasaan, makanya dapat dibilang efektif tepis hawa negatif.

Terimakasih atas masukannya, kak. Mungkin orang - orang harus yakin terhadap dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik - baik saja, sehingga afirmasi positif ini bisa berdampak secara berkelanjutan.