Apa saja Aliran Pemikiran Politik yang ada di Indonesia?

Politik aliran adalah suatu kelompok masyarakat yang tergabung dalam ormas-ormas yang memiliki suatu pemersatu berupa partai politik dalam suatu negara, sehingga ormas tersebut dikatakan penganut partai yang memang dijadikan pemersatu dalam negara.

Apa saja Aliran Pemikiran Politik yang ada di Indonesia?

Aliran Pemikiran Politik Indonesia

1. Komunisme

Komunisme yang mengambil konsep-konsep langsung maupun tidak langsung dari Barat, walaupun mereka seringkali menggunakan ideom politik dan mendapat dukungan kuat dari kalangan abangan tradisional. Komunisme mengambil bentuk utama sebagai kekuatan politik dalam Partai Komunis Indonesia.

Paham komunisme yang dicetuskan melalui pemikiran Karl Marx memandang bahwa hakikat kebabasan dan hak individu itu tidak ada. Paham komunisme dalam memandang hakikat hubungan Negara dengan agama meletakkan pada pandangan filosofisnya yaitu materialisme diakletis dan materialisme historis. Hakikat kenyataan tertinggi menurut komunsime adalah materi. Komunis di Indonesia dimulai dari terbentuknya PKI pada tahun 1920an.Alasan kaum pribumi yang mengikuti aliran tersebut dikarenakan tindakan-tindakannya yang melawan kaum kapitalis dan pemerintahan, selain itu iming-iming propaganda PKI juga menarik perhatian mereka.

Gerakan Komunis di Indonesia diawali di Surabaya, yakni di dalam diskusi intern para pekerja buruh kereta api Surabaya yang dikenal dengan nama VSTP (Vereniging van Spoor-en Tramwegpersoneel). Gerakan PKI lahir pula pada masa Perang Kemerdekaan Indonesia yang diawali oleh kedatangan Muso secara misterius dari Uni Sovyet ke Negara Republik (Saat itu masih beribu kota di Yogyakarta). Sama seperti Soekarno dan tokoh pergerakan lain, Muso berpidato dengan lantang di Yogyakarta dengan kepercayaannya yang murni komunisme. Disana ia juga mendidik calon-calon pemimpin PKI seperti D.N. Aidit. Musso dan pendukungnya kemudian menuju ke Madiun.

2. Sosialisme Demokrat

Sosialisme Demokrat yang juga mengambil inspirasi dari pemikiran barat. Aliran ini muncul dalam Partai Sosialis Indonesia.

“Hari depan revolusi Indonesia bukanlah menuju ke kapitalisme, dan sama sekali bukan menuju ke feudalisme… Hari depan Revolusi Indonesia adalah masyarakat adil dan makmur atau… Sosialisme Indonesia” - (Soekarno – Manifesto Politik RI)

(Sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830. Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujudkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi . Sosialisme adalah ajaran kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata (W.Surya Indra, 1979: 309).

Berawal dari fusi dua partai sosialis, yaitu Partai Sosialis yang diketuai Amir Sjarifuddin dan Partai Rakyat Sosialis (PARAS) yang didirikan oleh Sutan Syahrir, yang kemudian tergabung dengan nama Partai Sosialis. Partai Sosialis inilah yang sejak November 1945 menguasai kabinet Republik Indonesia sampai dengan pertengahan tahun 1947 dengan pembentukan Kabinet Syahrir I,II,III dan Kabinet Amir Sjarifuddin I,II. Ketika terjadi keretakan antara kelompok Syahrir dan kelompok Amir Sjarifuddin.

Syahrir lalu membentuk partai baru yaitu Partai Sosialis Indonesia (PSI) pada 12 Februari 1948. dalam karyanya yang monumental Islam, Society, Democracy and Peace (1955: 24) Hatta berpendapat bahwa masyarakat dari berbagai negeri berkewajiban untuk berjuang menegakkan keadilan sosial. Pada dasarnya keadilan sosial merupakan refleksi dari keadilan Ilahi, di mana tidak ada lagi kemiskinan, karena orang-orang miskin menjadi tanggung jawab dan perhatian bersama dari masyarakat
·
Menurut pandangan Sri Edi Swasonon(1990), Sosialisme Indonesia menurut Hatta dicirikan oleh 3 hal :

  1. Sosialisme Indonesia muncul karena dorongan etnis agama yang menghendaki adanya persaudaraan dan tolong menolong antar sesama
  2. Sosialisme Indonesia merupakan ekspresi dari jiwa berontak Bangsa Indonesia yang memperoleh perlakuan yang sangat tidak adil dari penjajahan
  3. Hatta yang kurang menerima pandangan Marxisme, mencari sumber-sumber Sosialisme dalam masyarakat Indonesia sendiri. Hatta menegaskan bahwa dasar-dasar Sosialisme Indonesia terdapat pada masyarakat desa yang kecil, yang bercorak kolektif yang sedikit banyaknya masih bertahan sampai sekarang

3. Islam

Islam yang terbagi menjadi dua varian: kelompok Islam Reformis (dalam bahasa Feith)- atau Modernis dalam istilah yang digunakan secara umum- yang berpusat pada Partai Masyumi, serta kelompok Islam konservatif –atau sering disebut tradisionalis- yang berpusat pada Nadhatul Ulama.

Daya tarik islam sendiri di arena politik indonesia memang ruang gerakannya masih dalm skala kecil atau hanya bersifat golongan-golongan saja dari pada nasional. Contohnya partai-partai islam memperoleh dukungan dari kalangan pedagang pribumi dan petani di daerah yang ortodoks – jabar. islam sendiri blum berhasil mencapai kesatuan organisasi, SI yang cukup menonjol di arena politik pada tahun 20-an mengalami kemunduran,dan disimulkan setidaknya ada dua kelompok/ elemen islam yang muncul cukup besar yakni Muahmmadiyah 1912 yang terinspirasi dari gerakan Muahmmad Abduh di mesir dan Nahdlatul Ulama 1926 yang ingin mempertahankan bentuk-bentuk budaya. kemudian pada 1945khususnya pada masa penjajahan jepang dua ormas besar ini (NU dan Muhammadiyah) bersatu dalam wadah Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) kooperatif dengan harapan merdeka – ibadah dengan tenang kemudian realitas agak sedikit melenceng dari harapan setelah proklamasi RI ternyata negara lebih memilih pancasila sebagai ideologi dan kenyataan ini di rasa mencederai beberapa pihak atau individu.

Pihak-pihak yang kecewa tersebut pada akhirnya menjadi bumerang pada RI sendiri. contohnya Darul Islam SM Kartosoeryo 1953, Teungku M Daud Beureuh di aceh. sebagaian umat islam ada yang berjuang melalui saluran konstitusional dengan harapan menjadi partai pemenang, namun persatuan yang berhasil di capai pada tahun 40-an tidak lah bertahan lama maka pada 1945 kondisinya Masyumi (sebagai partai ormas-ormas islam) mengalami kemunduran dan semakin pada kenyataan di kuasai oleh mayoritas kelompok pembaru / M natsir.mkemudian pada 1952 NU sebagai salah satu elemen yang ada di Masyumi memisahkan diri menjadi partai baru, (kondisi ini semakin mengkotak-kotakan suara islam. contohny pemilu 1955 suara islam terpecah-pecah. Masyumi dan NU mempunyai pandangan yang sama pada umumnya namun kedua partai ini sejak tahun 1952 memainan peran yang cukup berbeda, NU pada umumnya kooperatif dengan unsur-unsur nasionalis radikal.

Sedangkan Masyumi berusaha membendung arus Soekarno walaupun pada akhirnya berhenti pula, Masyumi semakin di deskreditkan dan dianggap terlibat dalam pemberontakan 1958 dua tahun setelah itu Masyumi di jadikan sebagai partai terlarang dan NU sendiri semakin besar masanya dan mempunyai peran riil dalam pemerintahan RI, namun banyak yang mengira adalah agenda oportunisme belaka.

4. Nasionalisme Radikal

Nasionalisme Radikal, aliran yang muncul sebagai respon terhadap kolonialisme dan berpusat pada Partai Nasionalis Indonesia (PNI). Di kemukakan oleh David Miuller bahwa bangsa atau tepatnya nasionalitas adalah suatu komunitas yang :

  1. terbentuk dari keyakinan bersama dan komitmen yang saling menguntukan
  2. mempunyai latar belakang sejarah
  3. berkarakter aktif
  4. berhubungan dengan suatu wilayah

Nasionalisme (Webster) adalah Loyalitas dan kecintaaan kepada suatu bangsa khususnya sebagai suatu rasa kesadaran nasionaluntuk memuliakan suatu bangsa di atas yang lain dan memberikan penekanan utama pada upaya mempromosikan kebudayaandan kepentingan bangsa sebagai sesuatu yangpantas di antara bangsa-bangsa lain atau kelompok-kelompok supranasional

Perkembangan nasionalisme indonesia dapat diidentifikasi ke dalam tahapan ,

  • Pertama tahun 1945 -1950 yaitu disebut masa transitif
  • Kedua periode 1950 -1960 yaitu fase destruktif
  • Ketiga periode 1960 -1965 yaitu fase agresif
  • Keempat periode 1965 -1978 yaitu masa itegrasif
    Selanjutnya tahun 1980 revolusi komunikasi dan informasi cenderung membawa kedalam globalisasi

5. Tradisionalisme Jawa

Tradisionalisme Jawa, penganut tradisi-tradisi Jawa. Pemunculan aliran ini agak kontroversial karena aliran ini tidak muncul sebagai kekuatan politik formal yang kongkret, melainkan sangat mempengaruhi cara pandang aktor-aktor politik dalam Partai Indonesia Raya (PIR), kelompok-kelompok Teosufis (kebatinan) dan sangat berpengaruh dalam birokrasi pemerintahan (pamong Praja).

Soekarno sebagai Founding Father dirasa banyak dipengaruhi pemikiran politik jawa/tradisionlisme jawa & mungin tradisionalisme jawa pun memengaruhi pemikiran Nasionalisme radikal lainnya. Nasionalisme Radikal & tradisionalisme jawa memang agak sukar dibedakan, hal ini disebabkan karna :

  1. Sama bersifat eklektif
  2. Sama menghormati NKRI& pemimpinnya
  3. Sama menolak Individualisme& kapitalisme·

Pada masa kejayaan soekarno sangat kental tradisi jawa. Raja bergelar Narasoma (memperhatikan rakyatnya), soekarno dgn marhaenisme/sarinah . Salya(bijaksana), soekarno dgn penyambung lidah rakyat.

Konsepsi tradisionalisme jawa bisa terlihat dalam masa pemerintahn soekarno, dan pula pihak-pihak lain spt dlm pidato seopomo dg konsep negara integralistik(staatsidee) Juga dlm pihak-pihak yang menentang implementasi negara islam, contohnya dlm tulisan pidato atmodarmito di dpn sidang konstituante 12 novbr 1957. Menurt ia rakyat indonesia belum menjiwai islam walaupun secara sejarah pernah diwarnai kerajaan-kerajaan islam namun peninggalan-peninggalan slalu dari hindu budha,seperti keris

Kebudayaan politik di Indonesia pada dasarnya bersumber dari tingkah laku, pola dan interaksi yang majemuk, Menurut Herbert Feith dan Lance Castles dalam buku ”Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965”. ada lima aliran pemikiran politik yang mewarnai perpolitikan di Indoensia, yakni: nasionalisme radikal, tradisionalisme Jawa, Islam, sosialisme demokrat, dan komunisme. Kelima aliran pemikiran inilah yang membentuk budaya politik dan sistem politik di Indonesia dari masa lampau sampai masa sekarang, dengan berbagai perubahan yang terjadi di Indonesia.

Membicarakan Budaya politik di Indonesia tak lepas dari pemikiran politik yang secara historis mewarnai perpolitikan di Indonesia. Aliran politik Indonesia menurut Herbert Feith dan Lance Castles dalam buku ”Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965”. yang mewarnai perpolitikan di Indoensia, yakni:

Aliran pemikiran ini dalam pemilu 1955 direfleksikan melalui partai-partai peserta pemilu, diantaranya komunisme diwakili oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), nasionalisme radikal (PNI), Islam (Masyumi, NU), tradisionalisme Jawa (PNI, NU, PKI), dan sosialisme demokrat (PSI,Masyumi,PNI).