Sebungkus mi ayam
Puput fadhilah
Malam itu menjelang solah-solah
Jalanan yang lengang terisi bisik-bisik doa
Kaki yang telanjang, rambut menggimbal
Dan keroncong perut menemani waktu berjalanku yang semakin tertinggal
Saat solah-solah itu semakin lirih serta jiwaku yang mulai meringkih
Satu-satunya harapan ku panjatkan pada yang di hati, yang lebih dekat dari urat nadi
Maka ketika selesai ku bermunajat
Sebuah kantung mendarat lembut di pangkuanku
Sebungkus mie ayam, dan seulas senyum seseorang yang tak mau di sebutkan namanya
Tanpa sadar…
Air mataku meluruh… getar bibirku berterimakasih padanya
Pada tempat yang ku munajatkan
Pada senyum menelang fajar
Jombang