Sebuah Penyesalan

instagram.com/pascalcampionart/
image

God … do they not love me? I want to be loved by children .’ Dia membatin sedih.

Gemerlapnya harta dan kemilaunya yang tampak memukau dan menghibur, nyatanya bukan pengganti sejati cinta kasih dan perhatian sesungguhnya dari orangtua kepada sang buah hati yang lapar akan kasih sayang.

“Ma, pa, gimana caranya agar aku bisa mendapatkan waktu kalian?”

Tanpa sadar, kalimat lirih itu terlontar dari bibir mungil yang dimiliki oleh seorang gadis keturunan Jerman, gadis itu berdiri memegang tepi tangga dengan sorot mata tajam menatap orang yang sedang berada diruang tengah.

Dari tangga lantai dua rumah mewah nan megah berarsitektur Eropa, kedua mata gadis itu mulai menghangat, tanpa ia sadari air matanya pun mulai bercucuran membasahi kedua pipinya yang nyaris tak ada bekas goresan sedikitpun.

Dia mendengar percakapan dua orang yang tengah asik melemparkan tanggung jawab mereka atas kewajiban sebagai orangtua. Ya, mereka adalah orangtua Aletta.

Gadis mungil itu bernama Latisha Aletta, saat ini ia duduk dibangku kelas dua SMA yang dikatakan terlalu tinggi untuk anak berusia 15 tahun seperti Aletta. Karena terlalu sibuk, orangtua Aletta memutuskan untuk menyekolahkan Aletta lebih awal dari usianya. Umur Aletta yang masih kecil tidak pernah jadi penghalang untuk meraih prestasi apapun yang ia miliki, alhasil Aletta selalu jadi juara umum di sekolahnya sejak ia duduk dibangku SD hingga saat ini.

Skip.

“Pa, besok ambil raport Aletta ya, mid semester. Mama besok pagi harus udah stay di Bandara . because the flight to Surabaya will leave at half past six in the morning, banyak yang harus disiapkan untuk pembukaan cabang baru di Surabaya, dan cabang ini bertempat di mall besar semua, jadi agak ribet!”

Seorang wanita berumur sekitar 40 tahun yang terlihat sangat anggun dan cantik dengan memakai dress kerjanya sambil mengetik sesuatu di laptop yang biasa ia pakai saat bekerja, ia berbicara kepada pria tampan sebaya disebelahnya tanpa mengalihkan pandangan dari laptop yang sedari tadi membuat wanita itu terlihat sangat sibuk.

Pria tampan itu pun akhirnya membuka suara. “nggak bisa ma, besok papa juga harus berangkat pagi, jam enam sudah ada jadwal terbang ke Banjarmasin. Kemarin papa kan sudah bilang!”

Wanita itu menghentikan kegiatan yang sedari tadi ia lakukuan tanpa henti, dengan tatapan tajam yang ditujukan kepada pria tampan itu, ia menarik napas dalam-dalam seperti akan melontarkan sesuatu. Tanpa mereka sadari, ada seorang gadis cantik yang mendengarkan percakapan mereka dengan tatapan sendu. Sebuah pemikiran terbesit melintas didalam otak gadis itu ‘kenapa kalian selalu mementingkan kepentingan kalian sendiri, kapan aku bisa diposisi penting bagi kalian?’ tak lama kemudian ia merasakan bulir jernih yang berlomba untuk jatuh dipipinya.

“Yah, gimana dong pa? Acara mama besok nggak bisa ditunda, sudah banyak janji dengan pihak mall. Metty nggak bisa handle !”

“Ma, butik mama kan sudah banyak. Yaudah lah yang di Surabaya itu ditunda dulu. Perhatikan Aletta! Dia satu-satunya anak kita, jangan sampai terlambat….”

“Mama harus tunda cabang di Surabaya? Oh! Nggak bisa pa! bisa kacau semuanya! Terus maksudnya apa tadi jangan sampai terlambat? Emang ada apa dengan anak kita? Fine! Aletta anak yang manis! Nggak akan macem-macem!”

“Ma”

“Ah! Papa gimana sih? Kita kerja keras juga buat masa depan Aletta! Jangan berfikir negative gitu dong sama anak sendiri. Dia tuh dari kecil sudah belajar mandiri! sudah terbiasa nggak ada kita!”

“Ma…!”

Tiba-tiba perdebatan kedua sepasang suami istri itu pun terhenti akibat panggilan dari suara parau milik Aletta yang mengejutkan mereka.

“Aletta? Sini sayang!”

Wanita yang biasa ia sebut dengan mama itu pun melambai lambaikan tangannya untuk memberi isyarat pada Aletta agar menghampirinya, namun Aletta hanya menatap tajam mamanya, tak lama kemudian ia pun berlalu kearah kamarnya dengan perasaan yang sangat kecewa kepada sang mama.

Aletta sering kali protes, namun apalah daya orangtuanya selalu saling menyalahkan satu sama lain, benar-benar memikirkan kesibukan masing-masing, bahkan mereka tidak pernah sekalipun berencana untuk berlibur bersama keluarga kecilnya.

a few weeks later…

Setelah turun dari bandara, Mama Aletta langsung tancap gas menuju rumahnya, karena sudah beberapa minggu ia tidak bertemu sang suami dan anak semata wayangnya, meskipun ia terlalu sibuk akan butiknya, namun wanita itu masih memiliki rasa rindu pada keluarga kecilnya.

‘Kenapa ada bendera kuning dipagar rumahku?’ wanita itu bergumam seraya memasuki rumahnya. ‘Kenapa ramai sekali?’ ia benar-benar sangat bingung melihat keadaan rumahnya yang seperti ini.

“ALETTA…!” wanita itu memekik histeris.

^^The End^^

1 Like