Seberapa Menariknya Film Before The Flood?

image
Before The Flood merupakan film dokumenter yang diproduksi oleh National Geographic dan dipublikasikan pada tahun 2016. Perubahan iklim merupakan fokusan utama yang diangkat pada film ini.

Bagaimanakah film Before The Flood?

2 Likes

Film ini merupakan film perjalanan dari Leonardo DiCaprio saat menjabat sebagai Duta Perdamaian PBB yang menangani krisis iklim. Dia adalah seorang pelestari lingkungan hidup yang sangat berkomitmen. Namun di sisi lain, dia menganggap dirinya adalah orang yang pesimis akan masa depan. Selain itu, Leaonardo adalah seorang aktor Hollywood Sebenarnya banyak orang yang tidak terima dia diangkat sebagai Duta Perdamaian PBB untuk krisis iklim. Bagaimana mungkin seorang aktor Hollywood menangani berita hoax tentang perubahan iklim dunia? Padahal dia tidak belajar sains. Namun, keraguan orang-orang itu dia jawab dengan perjalanan dan pencarainnya akan kebenaran dari perubahan iklim yang termuat pada film dokumenter ini.

Menariknya film ini dibuka dengan penggambaran yang cukup mendalam. Seorang Leonardo digambarkan sudah tertarik pada pemaknaan kehidupan dimulai ketika masih bayi. Ada lukisan yang dipajang Ayahnya di atas ranjang bayinya. Dia bercerita, semasa kecilnya selalu melihat lukisan itu sebelum tertidur.


Setelah dewasa, dia mengetahui lukisan itu diberi nama “Garden of Farthly Delights” (Taman Dari Kesenangan Dunia), karya Hieronymus Bosch pada tahun 1500 M. Pada lukisan itu terdapat tiga panel yang seakan melambangkan kehidupan manusia, panelnya antara lain:

Panel I

Menceritakan tentang Adam dan Hawa, hewan-hewan yang hidup bahagia, tumbuha hijau, serta lambing-lambang keagamaan.

Panel II

Menggambarkan tentang kehidupan yang penuh akan dosa-dosa mematikan. Tersirat juga tentang over populasi, kesenangan duniawi, dan kehidupan yang berlebihan.

Panel III

Penggambaran fase yang paling menakutkan dalam kehidupan. Dunia seakan hancur dan terbakar, seperti sebuah surga yang telah direndahkan dan dihancurkan.

Film ini berfokus pada permasalahan perubahan iklim dunia. Dimulai dengan menceritakan tentang manusialah yang sudah mengubah iklim dunia. Manusia melakukan pembakaran batubara dan minyak bumi yang mengeluarkan CO2 ke atmosfer. Proses itu menyebabkan temperatur bumi naik. Suhu bumi paling panas tercatat resmi terjadi pada tahun 2012.

Perjalanan pertamanya terjadi saat suting film yang berlatar wialayah barat Amerika Serikat tahun 1800-an. Leonardo menemukan fakta, bahwa tempat ini adalah tempat permulaan revolusi industri terjadi. Orang-orang menjarah alam, membuat spesies-spesies hewan mati, dan mennghancurkan banyak kebudayaan. Fakta ini sama halnya seperti yang diceritakan Yuval Nuah Harari pada bukunya, Sapiens. Ketika Homo Sapiens mendiami bumi dan hidup dengan memburu kemudian menjelajah, banyak spesies penghuni bumi lainnya yang punah, hutan dibakar dan kemudian dijadikan ladang untuk bertani. Saat ini kita melakukan hal yang sama seperti Homo Sapiens dan kita menyadari apa yang sedang kita lakukan.

Pada perjalanan selanjutnya dia bertemu dengan direktur Sierra Clum. Dari pertemuan itu dia mendapatkan informasi bahwa perubahan iklim berkaitan dengan perkonomian. Semua kehidupan manusia ditopang dengan bahan bakar fosil. Pada akhirnya di awal abad ke- 21 terdapat penemuan energi baru namun berbahaya dan mematikan. Energi baru itu dari tenaga nuklir, menghancurkan gunung, metode frackling gas, pengeboran lepas pantai, dan yang paling parah adalah pasir tar. Semua cara itu dilakukan oleh pihak yang berkepentingan hanya untuk memenuhi kehidupan kita.
image
Selanjutnya Leonardo DiCaprio melakukan perjalanan ke Benua Arktik. Hasil perbincangan dengan beberapa orang di sana, dia mendapatkan informasi bahwa kemungkinan pada 2020 kita bisa berlayar melewati kutub utara jika es menghilang. Dampak lain dari mencairnya es adalah arus laut berubah, pola cuaca berubah, dan kemudian menyebabkan banjir dan kekeringan yang parah.

Ketika usianya masih 25 tahun, Leonardo berkesempatan bertemu dengan presiden Amerika Serikat yang sedang menjabat waktu itu, Bill Clinton. Pendapat Bill Clinton menyatakan bahwa perubahan iklim butuh waktu yang lama untuk berubah dan membuat manusia sadar, karena itu terlihat abstrak.

Selain mendapatkan beberapa pendapat dari orang-orang penting, Leonardo juga mendapatkan cerita dari seorang walikota di Florida. Beliau bercerita bahwa terjadi kenaikan air laut dan airnya menggenangi beberapa jalan di Florida. Sebagai orang yang sedang memipin saat itu, beliau mengambil keputusan untuk meninggikan jalanan dan memasang pompa plastik sebagai salah satu penanganan banjir. Namun, pipa itu hanya bisa bertahan 40-50 tahun saja.

Namun, perjuangan walikota Florida ini tidak hanya mendapatkan positif waktu itu. Ada beberapa pejabat di Florida yang diwakili Rick Scoot mengeluarkan peraturan. Peraturan itu berisi tentang larangan pengguaan kata “Perubahan Iklim” oleh pejabat Florida mulai awal tahun 2011. Mereka tidak percaya ada perubahan iklim yang dilakukan oleh adanya aktivitas manusia seperti yang dikatakan oleh ilmuwan-ilmuwan. Semua pernyataan di atas oleh Leonardo disimpulkan karena berlandaskan kepentingan politik.
image
Ternyata pihak yang tidak setuju dengan temuan ilmuwan tentang pemanasan global salah satunya adalah Donald Trump, presiden Amerika Serikat. Pada salah satu acara, Trump pernah mengungkapkan bahwa saat semua orang berbicara pemanasan global, kita butuh pemanasan global. Ditambah lagi oleh beliau, di sini dingin dan kita butuh pemanasan global.

Seorang ilmuwan dari Jerman juga ada yang pernah dituding sebagai penipu statistik oleh beberapa orang. Penemuan itu berupa grafik hasil penelitian tentang kenaikan suhu udara. Sebagaian besar yang menolak hasil penelitian tentang perubahan iklim adalah mereka yang memiliki perusahaan yang berhubungan dengan bahan bakar fosil. Salah satu penyangkal yang paling terkenal adalah James Inhofe yang menjabat sebagai ketua Komite Lingkungan Amerika Serikat. Dari hal ini bisa dipahami jika ternyata dewan di Amerika Serikat sudah dibeli dengan suapan uang dari perusahaan yang bersangkutan agar usahanya tetap bejalan.

Pada perjalanan menemui beberapa orang penting, Leonardo beralih menjelajahi negara-negara. Banyak cerita menarik mengenai lingkungan dari perjalanan ini. Perjalanan pertama ke negeri China.

China

Penyumbang polusi paling besar. Tapi semua orang sadar akan dampaknya dan isu lingkungan menjadi alasan besar untuk demonstrasi massal. Pihak media China sering membahas perubahan iklim. Data tentang pabrik yang tidak sesuai standar bisa diakses publik dan akan ditindak lanjuti. Pemerintah China juga mengubah rencana pembangunan menjadi energi yang bisa diperbarui. China mempunyai perusahaan energi angin dan surya yang besar.

India

Negara penyumbang polusi terbesar ke-tiga. Mereka peduli pada perubahaan iklim. Namun, mereka juga harus hidup dengan keadaan 30% atau 300 juta penduduk yang belum mendapatkan akses energi. Masih banyak ditemui di desa-desa yang membuat bahan bakar dari olahan kotoran sapi yang dikeringkan.

Indonesia

Pada negara ini terjadi “Bom Karbon”. Kebakaran hutan di Sumatera pada beberapa tahun terakhir sangatlah miris. Kurang lebih tiga hutan hujan besar yang tersisa di dunia. Amazon di Amerika Selatan, Congo Basindi di Afrika, hutan hujan Asia Tenggara di Indonesia. Hutan di Sumatera sengaja dibakar untuk memenuhi kebutuhan perkebunan kelapa sawit.
image
Negara-negara yang terdiri dari kepualauan-kepualauan kecil dan paling berkontribusi paling sedikit pada perubahan iklim adalah yang akan merasakan dampak terburuknya. Dalam 30 tahun terakhir, 50% batu karang telah menghilang. Padahal laut adalah kekuatan penstabil perubahan iklim.

Ada perusahaan di Canada yang memprediksi mengenai perusahaan energi surya dan baterai seperti yang dia miliki saat ini. Menurutnya, menggunakan energi surya dan baterai tidak perlu membangun pembangkit listrik. Seluruh desa terpencil bisa menggunakan. Butuh 100 pabrik seperti yang sedang dia jalankan untuk mencukupi kebutuhan energi di dunia. Hal ini bisa dengan mudah dan cepat terwujud jika perusahaan besar sama-sama bersedia melakukan dan pemerintah menetapkan peraturan yang mendukung energi keberlanjutan.

Salah satu sumbangan ide dari professor untuk masalah perubahan iklim yaitu “Pajak Karbon”. Pajak terhadap aktivitas yang mengeluarkan karbon. Jika pajak naik, orang akan mengurangi konsumsi akan hal itu. Namun ide ini tidak segera terealisasi, karena tidak semua politisi yang berhak membuat keputusan itu percaya pada profesor.

Kondisi Bumi Sekarang?

Pernyataan dari Liga Sains, Dr. Piers Sellers dikeluarkan setelah melakukan penelitian. Menurutnya suhu bumi sekarang sudah sampai pada 0.85 derajat celcius. Jika suhu sampai pada 2 derajat celcius maka terumbu karang akan mati. Parahnya lagi jika sampai pada 3-4 derajat celcius, maka aka nada gelombang panas dan sektor pertanian di garis khatulistiwa tidak akan berjalan. Akan ada konferensi iklim di Paris. Jika semua pemimpin bersatu, maka masih ada kemungkinan suhu bumi akan kembali stabil.

Pada beberapa negara, tindakan nyata kepedulian teradap pemanasan global sudah ada yang terlihat jelas. Jerman sudah mengubah sekitar 30% energinya berasal dari surya dan angin, ada sekitar 2 juta warga. Denmark sudah 100% menggunakan energi angin. Perdana menteri Swedia juga akan membebaskan bahan bakar fosil setelah banyak warga atau pemuda yang mendesak. Indonesia?

Konferensi iklim di Paris telah berlangsung dengan pemabahasan antara lain:

  • Menjaga pemanasan global ikim di bawah dua derajat celcius.
  • Tidak ada pembahasan pajak karbon atau hukuman tentang pelanggaran untuk isu lingkungan ini.
  • Dewan Amerika Serikat tidak setuju dengan kesepakatan ini, alasannya karena mengurangi 20-30% emisi karbon itu tidak mungkin.
    image

Di akhir perjalannya, Leonardo bertemu dengan presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Obama berpendapat jika haruslah percaya untuk melihat ilmu sains, contohnya saja ang terjadi Antartika. Seorang ilmuwan berkata jika satu bagian es yang mencair dapat dijamin menaikkan 4-6 meter permukaan air laut dan menjadi bagi masa depan. Selain itu sisi romantis Obama terletak saat berpendapat jika dia takut anak-anaknya tidak bisa melihat gletser seperti yang dia lihat di Alaska. Melihat sejarah dewan di Amerika Serikat yang ada beberapa tidak setuju dengan konsep perubahan iklim, Obama justru sebaliknya. Menurut dia, tidak ada alasan untuk tidak bisa memcahkan masalah ini tepat waktu. Caranya yaitu dengan mendesak dan mengedukasi publik.

Dampak dari perubahan iklim ini sebenarnya sudah terlihat nyata. Dampak dari perubahan iklim tidak selalu hangat, contohnya saja di Eropa menjadi semakin dingin. Dampak lainnya, bergesernya sabuk hujan yang akan menyebabkan kekeringan di tempat yang sudah terlalu panas. Kekeringan ini bisa menyebabkan perang sipil di Syria, Sudan, dan Darfur. Lihatlah begitu melebarnya dampak dari perubahan iklim, tidak hanya menyasar pada ekologis yang tampak, namun bisa berdampak pada pola pikir masayarakat. Leonardo mengajak orang-orang untuk berpikir realistis, cari jalan keluarnya. Salah satunya dengan mengurangi bahan bakar fosil, setelah itu bumi akan memanas sebentar lalu mendingin lagi. Bisa saja Arktik akan menebal lagi.

Isu lingkungan ini bahkan bisa membuat Paus Frasiscus secara langsung bertindak untuk menghentikan pemanasan global dengan memanggil komunitas-komunitas. Leonardo terus menekankan dampak nyata dari perubahan iklim ini. Beijing yang menjadi dampak polusi industry, hutan Boreal Purba di Kanada ditebangi, hutan hujan di Indonesia dibakar, tanaman petani di India terpendam, Greenland dan Arktik mencair, dan Gletser menghilang.

Sebelum waktu perjalanannya habis, Leonardo berusaha dengan pengalamannya mencari data mengenai pemanasan global terus mengajak orang lain untuk sadar. Dia selalu mengatakan bahwa apakah kita tidak malu pada anak cucu kita? Saat mereka tahu kita sebenarnya bisa menghentikan permasalahan ini, namun terkendala niat politik untuk melakukannya.

Waktunya tiba dia menyampaikan perjalanannya dan kenyataan yang dia jumpai ketika pergi ke beberapa negara dan bertemu dengan banyak orang. Setelah kesepakatan tentang usaha untuk menangan perubahan iklim disepakati, Leonardo menampar lagi peserta dengan kata-katanya: “Percuma berjabatan di perjanjian ini, jika kembali ke negaranya tidak berarti apa-apa dari perjanjian ini.”

Sebagai penutup dari film dokumenter ini, Leonardo berpesan jika saat ini waktunya untuk mendeklarasikan. Tidak ada lagi bicara, tidak ada lagi alasan, tidak ada lagi pembelajaran selama 10 tahun. Hal yang paling penting lagi adalah tidak ada lagi megizinkan perusahaan bahan bakar fosil untuk memanipulasi dan mendikte ilmu sains dan kebijakan yang mempengaruhi masa depan. Kita harapan terakhir untuk bumi ini.

Kita bisa memilih, tetap tinggal dan memperbaiki atau menjadi sejarah?

Perjalanan Leonardo yang bermula dari lukisan yang ada di atas ranjang bayinya juga ditutup dengan lukisan yang sama di atas ranjang bayinya. Film dokumenter ini member pesan bahwasannya isu lingkungan tentang pemanasan global bukan hal yang sederhana, namun kita bisa mulai membantu memperbaiki dari hal yang sederhana. Kesadaran akan hal ini juga bisa muncul dari hal-hal sederhana di lingkungan sekitar kita.

2 Likes